Anda di halaman 1dari 19

Asuhan keperawatan

cronnic kidney disease


Disusun oleh:
1.Dwi Listyowati ( 011191011)
2. Annisa Rahim ( 011191036)
3. Maulida Dwi Cahyani ( 011191047)
A. Anatomi dan Fisiologi
Ginjal Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna tulang belakang antara T12 dan L3.
Ginjal kiri terletak lebih superior dibanding ginjal kanan. Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh
lambung, pankreas, jejunum dan sisi fleksi kolon kiri. Ukuran setiap ginjal orang dewasa panjangnya 10 cm
dengan 5,5 cm pada sisi lebar dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 gr. Lapisan
kapsul ginjal terdiri atas jaringan fibrous bagian dalam dan bagian luar.
Setiap ginjal terdiri atas sekitar satu juta unit fungsional yang disebut nefron. Setiap nefron berawal dari suatu
berkas kapiler, yang disebut glomerulus. Plasma difiltrasi di sepanjang glomerulus melalui proses aliran yang
deras dan masuk ke tubulus nefron yang melengkung dan berkelok-kelok. Dari plasma yang masuk ke dalam
tubulus tersebut, hanya sebagian kecil yang diekskresi sebagai urin. Perkembangan segmen-segmen tubulus
dari glomerulus ke tubulus proksimal, kemudian sampai di tubulus distal dan akhirnya hingga ke duktus
pengumpul. Setiap tubulus pengumpul di masing-masing nefron menyatu dengan tubulus-tubulus pengumpul
lain untuk membentuk duktus penampung yang besarnya ratusan kali.
Lanjutan,,
Fisiologi pembentukan urin melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan oleh glomerulus), reabsorbsi (penyerapan
kembali oleh pembuluh uriner), augmentasi (pengumpulan dari pembuluh uriner). Laju filtrasi glomerulus (glomerular
filtration rate, GFR) sebagai volume filtrat yang masuk ke dalam kapsula Bowman per satuan waktu. GFR bergantung
pada empat tekanan yang menentukan filtrasi dan reabsorpsi (tekanan kapiler, tekanan cairan interstisium, tekanan
osmotik koloid plasma, dan tekanan osmotik koloid cairan interstisium). Nilai rata-rata GFR pada orang dewasa
adalah 180 liter per hari (125 ml per menit). Biasanya yang diukur di dalam plasma dan urin adalah konsentrasi
protein yang terdapat secara alamiah, yaitu kreatinin.
Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam basa. Sebagian besar proses metabolik di dalam
tubuh menghasilkan asam. Ginjal memiliki tugas esensial untuk menyerap ulang sejumlah besar bikarbonat basa,
yang difiltrasi secara bebas di glomerulus. Tanpa fungsi ini, dapat terjadi pH darah rendah yang mematikan. Ginjal
membantu mengeliminasi karbon dioksida yang dihasilkan oleh metabolisme sel pada individu yang mengidap
penyakit paru dengan meningkatkan sekresi dan ekskresi asam dan dengan reabsorpsi basa dalam jumlah besar.
B. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronis adalah destruksi struktur ginjal
yang progresif dan terus-menerus. Gagal ginjal kronis dapat timbul dari hampir semua
penyakit, pada individu yang rentan, nefropati analgesik, destruksi papila ginjal yang
terkait dengan pemakaian harian obat-obat analgesik selama bertahun-tahun dapat
menyebabkan gagal ginjal kronis. Apa pun sebabnya, terjadi perburukan fungsi ginjal
secara progresif yang ditandai dengan penurunan GFR yang progresif. Chronic Kidney
Disease (CKD) biasanya akibat terminal dari destruksi jaringan dan kehilangan fungsi
ginjal yang berlangsung secara berangsur dan keadaan ini dapat pula terjadi karena
penyakit yang progresif secara cepat disertai awitan mendadak yang menghancurkan
nefron dan menyebabkan kerusakan ginjal yang reversibel (Kowalak, 2011).
C. Etiologi
a. Infeksi
b. Penyakit peradangan
c. Penyakit vascular hipertensif
d. Gangguan jaringan penyambung seperti SLE, sklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter.
f. Penyakit metabolik seperti DM, gout, hiperparatiroidisme.
g. Nefropati toksik
h. Nefropati obstruksi, seperti traktus urinarius atas (batu, neoplasma dll). traktus urinarius bawah
(striktur uretra, hipertrofi prostat dll).
D. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi
dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal
mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons)
sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors.
Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan
aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan
fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan
aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap
terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut.
E. Manfestasi Klinik
a.Gangguan kardiovaskuler Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b.Gannguan Pulmoner Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c.Gangguan gastrointestinal Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus,
perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
d.Gangguan muskuloskeletal Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot –
otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan urokrom,
gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore.
Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi
kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan
eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien CKD dibagi tiga yaitu:
1) Konservatif
•Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin
•Observasi balance cairan
•Observasi adanya edema
•Batasi cairan yang masuk
2) Dialisis
•Peritoneal dialysis
• Hemodialisis
Lanjutan,,
3) Operasi
•Pengambilan batu
•Transplantasi ginjal
G. Komplikasi
a. Anemia
Anemia pada penyakit ginjal kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoitin.
Hal-hal lain yang ikut berperan dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi,
kehilangan darah (misal perdarahan saluran cema, hematuri), masa hidup eritrosit yang
pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang
oleh substansi uremik, proses inflamasi akut maupun kronik.
b. Osteodistrofl Renal Osteodistrofi renal merupakan komplikasi penyakit ginjal kronik
yang sering terjadi. Penatalaksanaan osteodistrofi renal dilaksanakan dengan cara
mengatasi hiperfosfatemia dan pemberian, hormon kalsitriol (1.25(OH)2D3).
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan lab.darah
- Hematologi Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test ) ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi PTT, PTTK
- BGA
b. Urine
- Urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
c. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
d. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi ).
I. Pathway
J. Pengkajian
1.Identitas pasien
2.Keluhan utama
3. Riwayat kejadian
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Keadaan umum
K. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Kelebihan volume cairan
L. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
keperawatan
Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan
ketidakefekti keperawatan selama 3x24 jm tertentu menyebabkan penurunan perfusi jaringan
fan perfusi diharapkan perfusi jaringan serebral cerebral.
jaringan membaik dengan kriteria hasil: 2. Pantau GCS
serebral •Mempertahankan tingkat kesadaran 3. Pantau tekanan darah. Catat adanya hipertensi
kognisi sistolik dan tekanan nadi yang semakin berat.
•TTV setabil 4. Pantau masukan dan haluaran.
•Nadi perifer kuat 5. Anjurkan orang terdekat untuk berbicara dengan
klien.
6. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat,
peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak
sesuai.
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring respiratory rate dan status O2 tiap jam.
pola nafas keperawatan selama 3x24 jam 2. Monitoring pola napas klien.
diharapkan pola napas efektif 3. Pertahankan jalan napas paten.
dengan kriteria hasil: 4. Auskultasi suara napas tambahan tiap jam.
•RR dalam batas normal 5. Monitoring/koreksi dan cek BGA ulang.
•Jalan napas paten, suara napas 6. Jalankan O2 sesuai advis dokter.
vesikuler, pola napas normal, dan 7. Jalankan terapi sesuai advis dokter
irama napas reguler 8. seperti:
• Nabic
• Insulin
• Lasix
• Ceftriaxon

Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan • Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
cairan keperawatan selama 3x24 jam ( BUN, Hmt, osmolalitas urine )
diharapkan volume cairan normal • Monitor vital sign.
dengan kriteria hasil: • Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan ( cracles,
1) Terbebas dari edema, efusi, CVP, edema, distensi vena leher, asites )
anasarka • Monitor asupan makanan / cairan dan hitung intake
2) Bunyi napas bersih, tidak ada kalori.
dispneu atau ortopneu. • Monitor status nutrisi.
3) Terbebas dari distensi vena • Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi.
jugularis, reflek hepatojugular (+) • Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul
memburuk.
M. Evaluasi
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu. Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk
pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen
yaitu
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Evaluasi keperawatan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai