DEFINISI Syok neurogenik merupakan salah satu syok distributif. Syok neurogenik juga biasa disebut synkope. Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal yang berlebihan. Syok neurogenik pada trauma terjadi karena hilangnya tonus simpatis, misalnya pada cedera tulang belakang (cedera medulla spinalis). ETIOLOGI • Suhu lingkungan yang panas dengan banyak orang • Terkejut, takut, atau nyeri • Anestesi lumbal/spinal • Trauma tulang belakang (Cedera medulla spinalis) • Penggunaan obat-obat depresan • Reaksi insulin MANIFESTASI KLINIS • Penderita merasa pusing dan biasanya jatuh pingsan. • Pusing, sampai terjadi penurunan kesadaran atau pingsan • Denyut nadi lambat (bradikardia) • Kulit kering dan hangat • Hipotensi (pada pasien dengan cedera medula spinalis) • Terkadang adanya penurunan fungsi neurologik (quadriplegia atau paraplegia) PATOFISIOLOGI Hilangnya tonus simpatik mengakibatkan peningkatan vasodilatasi peripheral, menghambat respon baroreseptor, dan kegagalan termoregulasi. Dilatasi masif arteria dan vena memungkinkan darah mengumpul di perifer. Dilatasi arteri mengurangi tahanan vaskular sistemik. Pada awalnya curah jantung akan tinggi pada syok distributif, baik karena penurunan dalam afterload dan karena upaya peningkatan otot jantung untuk mempertahankan perfusi meski terjadi inkompeten vaskulatur sekunder terhadap dilatasi arteri. Pengumpulan darah dalam perifer mengakibatkan penurunan arus balik vena. Penurunan arus balik vena mengakibatkan penurunan volume sekuncup dan penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung selanjutnya menyebabkan penurunan tekanan darah dan pada akhirnya penurunan perfusi jaringan. KOMPLIKASI • Hipoksia jaringan, kematian sel, dan kegagalan multiorgan akibat penurunan aliran darah yang berkepanjangan. • Sindrom distres pernapasan pada orang dewasa akibat destruksi pembatasan alveolus-kapiler karena hipoksia. PEMERIKSAAN PENUNJANG • CT-scan • Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit. • Sinar X spinal • MRI • Mielografi • Rongent torak • GDA PENATALAKSANAAN • Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi Trendelenburg). • Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan menggunakan masker • Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi cairan. • Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan seperti ruptur lien) ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Fokus pengkajian kegawatdaruratan : a. Keadaan umum : Klien biasanya mengalami penurunan kesadaran hingga tidak sadar (koma). b. ABC Steps : 1). Airway : Biasanya tidak ada masalah pada jalan nafas (kecuali adanya trauma yang mengakibatkan obstruksi jalan nafas) 2). Breathing : Nafas tidak adekuat 3). Circulation : Nadi rate ≤ 60 x/menit (bradikardi), tekanan darah menurun (hipotensi). Lanjutan ...
Pada kasus cedera medula spinalis, perlu dikaji :
1). Kemampuan motorik yaitu dengan meminta pasien untuk meregangkan jari-jari tangan, meremas tangan pemeriksa, dan menggerakkan ibu jari kaki atau membalik kaki. 2). Kemampuan sensasi, yaitu dengan menanyakan apakah dapat ia rasakan sensasi nyeri pada bahu, kedua sisi ekstremitas. 3). Kaji juga adanya penurunan fungsi neurologik seperti quadriplegia atau paraplegia yang sering menyertai pada kasus-kasus syok neurogenik DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan aliran arteri dan vena 2.Penurunan curah jantung b/d stroke volume, pre load dan afterload 3.Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b/d disfungsi neuromuskular 4.Kecemasan b/d Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi INTERVENSI NOC : • Circulation status • Neurologic status • Tissue Prefusion : cerebral Tujuan: Setelah dilakukan asuhan selama 2x24jam ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil: • Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan • Tidak ada ortostatikhipertensi • Komunikasi jelas • Menunjukkan konsentrasi dan orientasi • Pupil seimbang dan reaktif • Bebas dari aktivitas kejang • Tidak mengalami nyeri kepala NIC : • Monitor TTV • Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi • Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala • Monitor level kebingungan dan orientasi • Monitor tonus otot pergerakan • Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis • Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus • Monitor status cairan • Pertahankan parameter hemodinamik • Posisikan klien dengan posisi trendelenburg