Anda di halaman 1dari 61

CLINICAL PRESENTATION

SESSION (CPS)
Rinitis Alergi + Tonsilitis Kronik Hipertrofi

Pembimbing:
Nurbaiti Nazarudin, dr., Sp.THT-KL, M.Kes.,MMRS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. Syuri Khodijah
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 27 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Pegawai Swasta
• Alamat : Jl. Cihanjuang, Cimahi
• Tanggal Pemeriksaan : 30 April 2021
• No. Rekam Medik : 675593
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Hidung tersumbat
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklink THT RS Dustira mengeluhkan keluhan hidung
tersumbat sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai pasien sering bersin-bersin,
keluar cairan encer dan berwarna putih dari hidung, dan hidung terasa gatal.
Pasien juga mengeluhkan kemampuan mencium pasien terasa berkurang namun
pasien masih dapat bernapas dengan baik.
Pasien mengeluhkan keluhan bersifat hilang timbul. Keluhan hidung tersumbat
sebelumnya sudah pernah dirasakan oleh pasien terakhir 1 bulan yang lalu.
Keluhan dirasakan membaik setelah pasien mengkonsumsi obat yang diresepkan
oleh dokter di puskesmas. Pasien menyatakan keluhan seperti ini sudah dialami
oleh pasien sejak umur 3 tahun dan dirasakan timbul setiap 1-2 bulan sekali.
• Keluhan dirasakan terutama pada pagi hari atau saat pasien terpapar debu.
Pasien masih dapat bekerja, tidur dan melakukan aktivitas harian lainya
pada saat keluhan timbul.
• Keluhan tidak disertai demam, sesak napas, batuk, mata merah, dan tidak
bisa merasakan makanan, dan buang air besar lebih dari 4 kali. Pasien
tidak ada riwayat bepergian ke daerah atau tempat tertentu dalam waktu 14
hari terakhir, pasien hanya bekerja dari rumah dan beraktivitias disekitar
rumah.
• Riwayat pemakaian obat-obatan dan obat semprot hidung tidak ada.
Riwayat adanya keluar cairan berwarna merah dari hidung pasien tidak
ada. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya benjolan di hidung. Tidak ada
riwayat kecelakaan, benturan, atau dipukul di kepala dan hidung. Tidak
ada Riwayat pemasangan tampon atau NGT
Keluhan tidak disertai adanya mata merah yang terasa gatal, nyeri kepala,
nyeri disekitar daerah hidung dan pipi terutama bila menunduk, rasa tidak
nyaman ditelinga, telinga terasa penuh, keluar cairan dari telinga,
pendengaran berkurang, mengorok saat tidur, batuk yang terus menerus
dalam jangka waktu lama, suara menjadi serak, nyeri tenggorokan, dan nyeri
dada yang terasa seperti terbakar disertai sendawa asam

Pasien memiliki riwayat penyakit asma dan sudah diobati ke dokter. Keluhan
hidung tersumbat, bersin-bersin, hidung terasa gatal, dan keluar cairan dari
hidung yang bersifat hilang timbul juga dirasakan oleh ibu pasien.

Pasien sudah berobat berulang kali ke dokter di puskesmas untuk keluhan


hidung tersumbat dan sering membeli obat flu sendiri untuk mengobati jika
keluhan timbul, tetapi keluhan hanya hilang sesaat dan kemudian muncul
kembali
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

• Kesadaran : Composmentis

• Kesan Sakit : Tampak sakit ringan

Tanda Vital

• Tekanan darah : 110/80 mmHg

• Nadi : 80 x/menit

• Respirasi : 19 x/menit

• Suhu : 36,2 oC

Status Generalis

Dalam batas normal.


Status Lokalis
Bagian Kelainan Auris Dextra Auris Sinistra
Fistula
Tidak ada Tidak ada
Kista Brakhialis
Tidak ada Tidak ada
Tragus
Tidak ada Tidak ada
Assesorius
Tidak ada Tidak Ada
Preaurikula Abses kista brakhialis
Tidak ada Tidak ada
Parotitis
Tidak ada Tidak ada
Tumor parotis
Tidak ada Tidak ada
Hematom
Tidak ada Tidak ada
Laserasi
Mikrotia Tidak ada Tidak ada
Makrotia Tidak ada Tidak ada
Anotia Tidak ada Tidak ada
Aurikular Perikondritis Tidak ada Tidak ada
Melanoma Tidak ada Tidak ada
Basal cell carcinoma Tidak ada Tidak ada
Hematom aurikula Tidak ada Tidak ada
Status Lokalis
Abses subkutan Tidak ada Tidak ada
Retroaurikular Mastoiditis Tidak ada Tidak ada
Battle sign Tidak ada Tidak ada

CAE Tenang Tenang


Serumen Tidak ada Tidak ada
Otoskopi
Sekret Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada

Intak Intak Intak


Membran timpani
Refleks cahaya (+) arah jam 5 (+) arah jam 7

Gambar Membran Timpani:

AD AS
Status Lokalis
Tes Pendengaran

  AD AS
Tes suara Jarak 1 m: Jarak 1 m:
mendengar bisikan mendengar bisikan
Tes Rinne Positif Positif
Tes Weber Tidak ada lateralisasi
Tes Swabach Sama dengan Sama dengan
pemeriksa pemeriksa
Kesan Normal
Status Lokalis Cavum Nasi
Hidung Luar   Dextra Sinistra
Vestibulum Nasi Tenang Tenang
Bentuk Simetris Mukosa cavum nasi Pucat Pucat
Deformitas Tidak ada Sekret (+) Serosa (+) Serosa
Krepitasi Tidak ada Massa/benda asing - -
Inflamasi Tidak ada Konka inferior
Hipertrofi pucat Hipertrofi pucat

Konka Media Sulit dinilai Sulit dinilai


Septum Deviasi (-)
Rhinoskopi Anterior Pasase udara menurun menurun
Status Lokalis
Kavum Oris Trismus (-)
Mukosa Tenang
 
Pemeriksaan Lidah
Palatum durum
Atrofi (-)
Tidak ada kelainan
Orofaring Gigi geligi 87654321 12345678
 
87654321 12345678
Tonsil Mukosa Tenang
  Besar T2-T3
  Kripta Melebar
Detritus Tidak ada
Faring Mukosa Tenang
Granula Tidak ada
Post nasal drip Tidak ada
Refleks muntah +
Rinoskopi Posterior Sekret (-)
  Koana Terbuka/ terbuka
Muara Tuba Eustachius Terbuka/ terbuka
Torus Tubarius Tenang/ tenang
Fossa Rosenmuller Massa (-)/ massa (-)
Status Lokalis
Laringoskopi Indirek

Laring Epiglotis Tenang, massa (-), ulkus (-)


Kartilago arytenoid Tenang
Plica aryepiglotica
Plica vokalis Tenang, massa (-)
  Simetris, tenang, massa (-)
Rima glotis
Cincin trakea Terbuka
Cincin trakea ditengah
Status Lokalis
Pemeriksaan Maksilofasial
• Bentuk : Simetris
• Parese Nervus Cranialis : Tidak ada
• Sinus Paranasal dan Frontalis : Nyeri tekan -/-

Nyeri ketok -/-

 
• Sinus maksilaris : Nyeri tekan -/-

Nyeri ketok -/-


• Sinus Ethmoidalis : Nyeri tekan -/-

Nyeri ketok -/-


• Allergic salute (-), allergic crease (-), allergic shinner (-/-)
Pemeriksaan Transluminasi
Status Lokalis
Leher:
• KGB : Tidak teraba
• Massa : Tidak ada
Overview Case
Data Pasien Keterangan

• Perempuan, usia 27 tahun • Insidensi penyakit pada wanita usia remaja

• KU : Hidung Tersumbat DD/ :


Congenital :
Coana atresia
Inflamasi :
Polip Nasi
Rinitis akut
Rinitis kronik
Rinitis alergi
Rinitis medikamentosa
Rinitis hipertrofi
Rinosinusitis akut
Sinusitis akut
Sinusitis kronik
Infeksi Covid-19
Neoplasma :
Karsinoma nasofaring
Tumor sinonasal
Trauma :
Deviasi septum
Hematoma septum
Cerebrospinal fluid rhinorea
Another :
Benda asing dalam hidung
Rhinitis Vasomotor
Rhinitis Hipertrofi
Anamnesis:

• Sejak 3 hari yang lalu • Keluhan saat ini bersifat akut

• Keluhan penyerta : sering bersin-bersin • Reaksi inflamasi yang menyebabkan


lebih dari 5 kali, rinore, hidung terasa gatal. peningkatan sekresi mukus dan pengeluaran
mediator radang

• Pasien juga mengeluhkan kemampuan • Hiposmia Akibat gangguan sensoris pada


mencium pasien terasa berkurang namun N. Olfaktorius
pasien masih dapat bernapas dengan baik.

• Keluhan hidung tersumbat sebelumnya


sudah pernah dirasakan oleh pasien terakhir
1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan
membaik setelah pasien memakan obat
yang diresepkan oleh dokter di puksesmas. • Keluhan berulangkali dan bersifat hilang
timbul
• Perjalanan penyakit bersifat kronik
Anamnesis:
• Pasien mengeluhkan keluhan seperti ini sudah • Keluhan sudah dialami sejak kecil : Faktor resiko
dialami oleh pasien sejak umur 3 tahun dan dirasakan paparan sejak dini
hilang timbul setiap 1-2 bulan sekali.
• Timbul 1-2 bulan sekali : Bersifat intermiten

Perjalanan Penyakit :

Keluhan Keluhan
3 hari yang lalu
Umur 3 Tahun bersifat hilang terakhir
keluhan dirasakan
mengeluhkan timbul dirasakan sejak
Kembali oleh
keluhan dirasakan 1-2 1 bulan yang
pasien
bulan sekali lalu
Anamnesis lanjutan

Keluhan dirasakan terutama pada pagi hari Keluhan timbul jika terpapar alergen,
atau saat pasien terpapar debu. kemungkinan alergen saat ini tungau debu
rumah yang berasal dari seprai dan debu
DD Rinitis Vasomotor

Pasien masih dapat bekerja, tidur dan


melakukan aktivitas harian lainya pada saat Keluhan tidak menganggu aktivitias sehari-
keluhan timbul. hari

Keluhan tidak disertai demam, sesak napas,


batuk, dan tidak bisa merasakan makanan, DD :
dan buang air besar lebih dari 4 kali. Pasien Rinitis akut ec bakteri, virus, jamur, infeksi
tidak ada riwayat bepergian ke daerah atau covid-19 disingkirkan
tempat tertentu dalam waktu 14 hari
terakhir, pasien hanya bekerja dari rumah
dan beraktivitias disekitar rumah.
• Anamnesis Lanjutan

• Riwayat pemakaian obat-obatan dan obat • Rhinitis medikamentosa disingkirkan


semprot hidung tidak ada.
• Riwayat epistaksis dan benjolan tidak
• Riwayat adanya keluar cairan berwarna ada menyingkirkan kemungkinan DD
merah dari hidung pasien tidak ada. neoplasma
Pasien juga tidak mengeluhkan adanya
benjolan di hidung.

• Tidak ada riwayat kecelakaan, benturan, • Menyingkirikan DD trauma pada hidung


atau dipukul di kepala dan hidung.

• Tidak ada Riwayat pemasangan tampon • Menyingkirkan DD benda asing dalam


atau NGT hidung
• Anamnesis Lanjutan

• Keluhan tidak disertai adanya mata merah yang • Komplikasi konjungtivitis alergika disingkirkan
terasa gatal,
• Komplikasi Rinosinusitis disingkirkan
• Tidak disertai nyeri kepala, nyeri disekitar daerah
hidung dan pipi terutama bila menunduk

• Tidak disertai rasa tidak nyaman ditelinga, telinga • Komplikasi OME dan Hipertrofi adenoid, dan
terasa penuh, keluar cairan dari telinga, disfungsi tuba disingkirkan
pendengaran berkurang, disertai mengorok saat
tidur

• Tidak disertai batuk yang terus menerus dalam


jangka waktu lama • Komplikasi batuk kronik disingkirkan

• Tidak disertai suara menjadi serak, nyeri • Komplikasi laringitis disingkirkan
tenggorokan

• Tidak disertai nyeri dada yang terasa seperti • Komplikasi LPR disingkirkan
terbakar disertai sendawa asam
• Anamnesis Lanjutan

Pasien memiliki riwayat penyakit asma dan • Faktor resiko alergi : riwayat atopik pada
sudah diobati ke dokter. pasien

Keluhan hidung tersumbat, bersin-bersin, • Faktor risiko alergi : Riwayat alergi pada
hidung terasa gatal, dan keluar cairan dari ibu pasien
hidung yang bersifat hilang timbul juga
dirasakan oleh ibu pasien.

Pasien sudah berobat berulang kali ke dokter


di puskesmas untuk keluhan hidung • Riwayat pengobatan yang berulang tetapi
tersumbat dan sering membeli obat flu sendiri penyakit tidak hilang oleh karena etiologi
untuk mengobati jika keluhan timbul, tetapi tidak diselesaikan
keluhan hanya hilang sesaat dan kemudian • (Pengobatan hanya simtomatik)
muncul kembali • Penyebab alergi
Status Lokalis THT : Rhinoskopi anterior

• Cavum Nasi:
Mukosa pucat : +/+ Tanda adanya alergi
Sekret serous : +/+ Hipersekresi sel goblet
Konka nasalis inferior hipertrofi : + pucat / + pucat jaringan mukosa dan submukosa hidung
Septum nasi tidak deviasi
Pasase udara : menurun/menurun Konka hipertrofi --> aliran udara tersumbat

Kavum Oris Trismus (-)


Mukosa Tenang Tonsilitis Kronik
Lidah Atrofi (-)
Palatum durum Tidak ada kelainan
Gigi geligi 87654321
 
87654321
Tonsil Mukosa Tenang
  Besar T2-T3
  Kripta Melebar
Detritus Tidak ada
Faring Mukosa Tenang
Granula Tidak ada
Post nasal drip Tidak ada
Maksilofasial :
Simetris
Parese N.Fasialis : -/-
Sinus Paranasal dan Frontalis : Nyeri tekan -/-
Nyeri ketok -/- Komplikasi Rinosinusitis tidak ada
 
Sinus maksilaris : Nyeri tekan -/-
Nyeri ketok -/-
Sinus Ethmoidalis : Nyeri tekan -/-
Nyeri ketok -/-

Allergic salute (-), allergic crease (-), allergic shinner (-/-) Tanda khas alergi tidak ditemukan

Pemeriksaan Transluminasi : Kedua sinus terang


Komplikasi Rinosinusitis tidak ada
PETA KONSEP
DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
1. Suspek rinitis alergi intermiten ringan + rinitis akut + tonsilitis kronik
hipertrofi
2. Rinitis kronik ec rinitis hipertrofi + rinitis Akut + tonsilitis kronik hipertrofi

DIAGNOSIS KERJA

Suspek rinitis alergi intermiten ringan + rinitis akut + tonsilitis kronik hipertrofi
BASIC SCIENCE
Anatomi
✘ Bagian-bagian Hidung:
 Nares anterior
 Regio vestibuli, yaitu terdapat folikel rambut, gld. sebasea
 Regio respiratori, yaitu terdapat banyak pemb. darah, gld.
seromukosa
 Regio olfaktori, yaitu terdapat di chonca nasalis superior,
banyak CN Olfaktorius
 Nares posterior/choana
Anatomi
✘ Vaskularisasi
 Atas: a.ethmoidalis ant. Et post. Cabang
a.ophtalmicus
 Bawah: a.palatine mayor cabang a.maxilaris interna
 Depan: cabang a.fascialis
 Belakang: a.sphenopalatina
✘ Plexus Kiesselbach
Anastomosis dari:

a.ethmoidalis ant. et
post.
a.sphenopalatina
a.palatine mayor
a.labialis superior

✘ Inervasi
 Sensorik: CN I, VI, VII
 Motorik: CN VII
Histologi
 Regio Vestibuli
 Epitel berlapis gepeng tidak berkeratin
 Folikel rambut, gld.sebasea 
 Regio Olfactoria
 Epitel olfactoria (bertingkat silindris)
 Neuron olfactorius: tersebar di seluruh epitel
 Sel penyokong: menghasilkan banyak kanal ion
 Sel basal: sel punca
 Regio Respiratoria
 Epitel respiratori
 Sel silindris bersilia: Paling banyak
 Sel goblet: Menghasilkan mucus
 Brush cell
 Sel basal
 Lamina propria : kelenjar seromukosa dan
pemb. darah
Fisiologi

✘ Fungsi respirasi ✘ Tahanan saluran napas


✘ Fungsi penghidu ✘ Penyesuaian udara
✘ Fungsi static dan ✘ Fungsi mukosiliar
mekanik ✘ Hubungan dengan paru
✘ Refleks nasal ✘ Sebagai modifikasi paru
✘ Penghindu
PEMBAHASAN
Definisi
 Menurut ARIA tahun 2001 adalah kelainan pada
hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal
dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar
allergen yang diperantarai IgE.
 Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 
mencatat bahwa terdapat 10-15% populasi dunia
mengalami rhinitis alergi.
 prevalensi rhinitis alergi di Amerika Serikat
menyerang 15-30% pada seluruh populasi
Klasifikasi
Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO-ARIA
(Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2008, yaitu berdasarkan
sifat berlangsung-nya, dibagi menjadi:
 Intermiten/kadang-kadang: bila gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu.
 Persisten/menetap: bila gejala > 4 hari/minggu dan > 4 minggu.

Sedangkan untuk tingkat berat-ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi


menjadi:
 Ringan: bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian,
bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain yang terganggu.
 Sedang-berat: bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.
Etiologi dan Faktor Risiko

BERDASARKAN CARA MASUKNYA Kelainan mukosa hidung yang mengaktifkan reaksi hipersensitivitas tipe
ALERGEN I

- Tungau debu rumah


- Kecoa
Alergen
Alergen - Serpihan epitel kulit binatang - Penisilin
injektan
inhalan - Rerumputan - Sengatan lebah
- Serta jamur.
masuk melalui suntikan atau tusukan
masuk bersama dengan udara pernapasan

- Susu
- Sapi
- Telur Alergen
Alergen - Bahan kosmetik
- Coklat kontaktan
ingestan - Perhiasan
- Ikan laut
- Udang
masuk ke saluran cerna masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa
- Kepiting
- Kacang-kacangan
Patofisiologi
PATOFISIOLOGI
Alergen(
sens
Ditangkap APC

Bergabung dengan HCA


PAT kelas II
O
G
E Membentuk kompleks
N
ES PATO
peptida MHC Kelas II
IS FISI
OL Dipresentasikan
OGI
ke Th0

Poliferasi menjadi
Th1 dan Th2
Poliferasi menjadi
Th1 dan Th2

Th2 menghasilkan IL-3, IL-4,


IL-5, dan IL-13

IL-13, IL-4 diikat di


PATOGENESI
S limfosit B
PATO
FISI Limfosit B aktif
OL
OGI
Menghasilkan IgE
(sensiisisasi)
Berikatan dengan mediator
(monosit, basophil)
Berikatan dengan mediator
(monosit, basophil)
Terpapar alergen yang
sama
Degranulasi mastosit dan basofil

6-8 jam 1
Mediator
PATOGENESI jam
S
Reaksi alergi fase Reaksi alergi fase
PATO
FISI lambat cepat
OL
OGI
Reaksi alergi fase
cepat

Mediator : histamine, bradikinin,


leukotriene, PG, platelet activating factor

FASE Merangsang Hipersekresi Peningkatan


CEPAT saraf vidiatus sel goblet permeabilitas
kapiler

Vasodilatasi
sinusoid
Merangsang Hipersekresi
saraf vidianus sel goblet

Bersin Gatal Rinore Mukosa


pucat
Menggaruk
FASE hidung
CEPAT
Allergic salute,
Allergic crease
Vasodilatasi
sinusoid

Transudasi

Edema
mukosa
FASE
CEPAT Hidung tersumbat

Penurunan pasase
udara
Reaksi alergi fase
lambat

Sitokin

Inflamasi kronik
FASE
LAMB
Remodelling
AT
Hipertrofi konka
DASAR DIAGNOSIS
Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
sebagai berikut.

Dari anamnesis didapatkan:


 Keluhan bersin-bersin (sneezing).
 Adanya gatal pada hidung (nasal itching) dan mata.
 Keluhan hidung tersumbat (nasal obstruction).
 Keluar sekret encer (nasal discharge), bening, dan banyak.
 Adanya riwayat alergi debu.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan:


 Kulit berwarna kehitaman di bawah kelopak mata bawah (allergic shiner).
 Lipatan tranversal pada hidung (transverse nasal crease / allergic crease).
 Pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum didapatkan sekret hidung jernih, membran
mukosa hidung edema dan pucat.
 
Ellis et al. Allergy, Asthma & Clinical
Immunology (2015) 11:16
The International Study of
Asthma and Allergies in
Childhood (ISAAC) 2008
USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan
Lab. Darah
Sitologi
rutin
Hidung

IgE spesifik Skin Prick


RAST (Radio
Imuno Sorbet Test (Gold
Test) Standard)
KOMPLIKASI

Konjungtivitis Rinosinusitis Polip Nasi

Otitis media
Hipertrofi Disfungsi tuba
efusi yang sering
adenoid eustachius
residif

Batuk Kronik Laringitis LPR


Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum :
1. Hindari alergen (Gunakan barang-barang hipoalergenik
- Mandi dengan air hangat
- Pakai masker saat membersihkan rumah / keluar rumah

2. Olahraga (Jogging / sepeda 20 menit 5X seminggu)

Tatalaksana Medikamentosa
2. Antihistamin (AH Generasi 1 / AH Generasi 2)  Cetirinze 10 mg 1dd1
3. Kortikosteroid Topikal : Fluticasone spray, Beklometasone spray, Mometason furoat spray,
Triamcinolon acetonide
4. Dekongestan : Phenylephrine 0,5% 4 dd 2 GTT, Pseudoefedrine 60 mg 2 dd 1

Tatalaksana Khusus
5. Imunoterapi
6. Operatif
PENATALAKSANAAN (PADA KASUS)

Non-farmakologi
 Menghindarikontak dengan alergen, misalnya dengan cara memakai masker saat
akan berkontak dengan debu.
 Olahraga (Jogging / sepeda 20 menit 5 kali seminggu)
Farmakologi
 Antihistamin : Cetirizine 1 x 5-10mg
 Dekongestan : Tremenza (Pseudoefedrin 60 mg) 2 x 1 tablet
 Tatalaksana Tonsilitis Kronik : Tonsilektomi
RESEP

dr. Shiva Valeska A


SIP 4151181498
Cimahi
R/ Cetirizine tab 10 mg . No. XIV
∫ 1 dd 1__________________
R/ Tremenza tab No. XXVIII
∫ 2 dd 1____________________

Nama: Syuri Khadijah


Usia: 27 tahun
 
PROGNOSIS
 Quo ad vitam : Ad bonam.
 Quo ad functionam : Dubia ad bonam.

Rhinitis Alergi memiliki prognosis yang baik jika gejala-gejala


yang timbul dapat terkontrol terutama dengan pengobatan, serta
menghindari paparan dari pencetusnya, sehingga kualitas hidup
tidak terganggu.
PBHL
1) Medical indication
 Kaidah dasar moral beneficence, dokter menerapkan golden rule principle → dokter melakukan
diagnosis berdasarkan standar prosedur yang dimulai dari anamnesis hingga pemeriksaan
penunjang. Dokter juga mencari faktor penyebab untuk mencegah rekurensi dan melakukan
tatalaksana untuk menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi.
2) Patient preference
Kaidah dasar autonomi, pasien diberikan informasi mengenai penyakit dan tatalaksananya, lalu
setiap tindakan yang akan diberikan dilakukan berdasarkan keputusan dari pasien.
3) Quality of life
● Kaidah dasar moral non maleficence, dokter melakukan tatalaksana yang sesuai, agar
mencegah Komplikasi yang akan terjadi pada pasien sehingga pasien dapat menjalani aktivitas
sehari-harinya tanpa terganggu oleh penyakit yang dideritanya.
4) Contextual feature
 Kaidah dasar moral justice, dokter mempunyai kewajiban mendistribusikan keuntungan dan
kerugian atas tindakan medis kepada pasien serta menjaga kelompok yang rentan dan dokter juga
tidak boleh membeda-bedakan pasien dari status sosial dan ras.

Anda mungkin juga menyukai