Anda di halaman 1dari 29

RISIKO

PENGANGGARA
N MODAL
By; Dr. Wirasmi Wardhani, SE., M.Sc
PENDAHULUAN
 Risiko akan selalu ada dalam setiap kesempatan investasi.
 Meskipun investor telah memproyeksikan besarnya cashflow yang akan diterima selama usia
investasi namun estimasi tersebut tentu tidak selalu sama dengan apa yang diproyeksikan.
 Mengapa? Karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi.
 Apabila faktor-faktor tersebut tidak bisa diramalkan maka disebut sebagai RISIKO.
 Contoh risiko: Misalkan seseorang memutuskan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk
pembelian saham, maka orang tersebut akan menghadapi dua kemungkinan: Menerima
dividen tiap tahun atau tidak menerima dividen tiap tahun.
 RISIKO: Kemungkinan timbulnya kerugian yang dapat diperkirakan sebelumnya dengan
menggunakan data dan informasi yang cukup relevan.
KEMUNGKINAN TIMBULNYA
RISIKO
Risiko muncul karena tiga kemungkinan:
1. Besarnya Investasi: Investasi besar memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan
investasi kecil, terutama dari unsur kegagalannya.
2. Penanaman kembali cashflow
3. Penyimpangan dari cashflow
METODE PERHITUNGAN
RISIKO
1. Analisis Sensitivitas
2. Analisis Statistik: Risiko Arus Kas, Risiko Proyek
ANALISIS SENSITIVITAS
 Analisis Sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan
terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah.
 Tujuan dari Analisis Sensitivitas adalah: 1) Menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis
kelayakan suatu kegiatan investasi / bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya
atau manfaat.
 Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-
proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan
datang.
 Analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan
kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau ketidakpastian dalam
perhitungan biaya atau manfaat.
FAKTOR-FAKTOR DALAM
ANALISA SENSITIVITAS
 Mengapa analisis sensitivitas perlu untuk dilakukan? Karena bisnis sangat sensitif terhadap
perubahan akibat beberapa hal:
1. Harga
2. Keterlambatan Pelaksanaan
3. Kenaikan Biaya
4. Ketidaktepatan dan perkiraan hasil (produksi)
HARGA
 Perubahan harga terutama harga output dapat disebabkan karena adanya penawaran (supply)
yang bertambah dengan adanya bisnis skala besar atau adanya beberapa bisnis baru dengan
umur ekonomi yang panjang  Berkaitan dengan misalnya bisnis yang menyediakan bahan
baku untuk produksi
KETERLAMBATAN
PELAKSANAAN
 Terlambat dalam pemesanan / penerimaan alat baru. Biasanya berkaitan dengan prosedur
administrasi untuk memesan atau kendala dalam pengiriman atau bisa juga birokrasi / regulasi
pemerintah.
KENAIKAN BIAYA
 Terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya produksi.
 Sebagai contoh dalam bisnis konstruksi, misal terjadi kenaikan harga peralatan dan harga
bahan bangunan.
KETIDAKTEPATAN DAN
PERKIRAAN HASIL PRODUKSI
 Waktu pengerjaan yang mundur
 Terdapat kendala dalam pengerjaan sehingga terjadi kemunduran waktu produksi
 Analisis sensitivitas berdasarkan pada berbagai kemungkinan dari yang paling optimis sampai
pada kemungkinan yang paling pesimis.
 Analisis ini digunakan untuk mengevaluasi proyek investasi dengan cara menyusun estimasi
dari cashflow dalam berbagai hasil yaitu:
1. Hasil estimasi investasi secara optimis
2. Hasil estimasi investasi secara wajar
3. Hasil estimasi investasi secara pesimis
 Dalam analisis sensitivitas, perlu dicari jarak atau range antara yang optimis, wajar dan
pesimis.
 Investasi yang baik yang jaraknya adalah kecil.
Sebagai contoh: Ada dua buah proyek investasi yang membutuhkan dana investasi sebesar Rp
500.000.000 dan diketahui perhitungan rate of return masing-masing sebagai berikut:

Rate of return investasi A dan B

Investasi A Investasi B
Investasi Rp 500 jt Rp 500 jt
Optimis 20% 22%
Wajar 17% 16%
Pesimis 14% 10%
Range 6% 12%
ANALISIS STATISTIK
 RISIKO ARUS KAS (Ketidakpastian arus kas)
 Pendekatan ini menggunakan dasar pemikiran bahwa semakin tidak pasti arus kas suatu
investasi, semakin berisiko investasi tersebut.
 Apabila kita PASTI menerima sejumlah uang tertentu di masa yang akan datang, kita bisa
mengatakan bahwa penerimaan tersebut mempunyai sifat yang pasti  bebas risiko.
 Tetapi sebagian besar (kalau tidak seluruhnya) investasi pada aktiva riil (membangun pabrik,
meluncurkan produk baru, membuka usaha baru) merupakan investasi yang mempunyai unsur
risiko.
  Jika bicara soal masa depan, pasti ada unsur ketidakpastian, maka kita hanya bisa mengatakan
tentang nilai yang diharapkan (expected value), sedangkan kemungkinan menyimpang dari
nilai yang diharapkan diukur dengan deviasi standar.
 Secara formal kedua paramater nilai yang diharapakan E(V) dan deviasi standar
Misalkan ada dua proyek, A dan B, yang mempunyai usia ekonomis 1 tahun. Karakteristik arus
kas kedua proyek tersebut adalah sebagai berikut:

Ketidakpastian arus kas

Usulan Investasi A Usulan Investasi B


Probabilitas Arus Kas Probabilitas Arus Kas
0,10 Rp 3.000 0,05 Rp 3.000
0,20 Rp 4.000 0,20 Rp 4.000
0,40 Rp 5.000 0,50 Rp 5.000
0,20 Rp 6.000 0,20 Rp 6.000
0,10 Rp 7.000 0,05 Rp 7.000
 
Dengan menggunakan rumus E(V) dan

Sedangkan,

Dengan demikian investasi A dinilai lebih berisiko dibandingkan dengan investasi B.


 RISIKO PROYEK
 Proyek investasi mempunyai time frame jangka panjang.
 Aliran kas ada yang bersifat independen artinya bila aliran kas pada tahun n mengalami
penurunan sebesar 30% maka tidak akan mempengaruhi aliran kas pada tahun n+1 tetapi ada
juga aliran kas yang bersifat tidak independen artinya apabila aliran kas tahun ke-n akan
mempengaruhi aliran kas tahun n+1.
 Untuk investasi yang independen, maka untuk menentukan proyek mana yang dipilih perlu
untuk menentukan (1) NPV yang diharapkan, dan (2) Deviasi standar dari NPV tersebut.
 
Untuk menghitung PV dari nilai yang diharapkan, maka rumus yang digunakan:

Untuk menghitung Deviasi Standar NPV proyek dengan formula sebagai berikut:
ALIRAN KAS INDEPENDEN
Ada dua proyek investasi A dan B yang sama-sama mempunyai umur ekonomis 2 tahun dan
membutuhkan dana sebesar Rp 700.000.000. Distribusi probabilitas dan cashflow masing-
masing usulan investasi selama umur ekonomisnya adalah
Usulan Investasi A Usulan Investasi B
Tahun Cashflow Prob. Tahun Cashflow Prob.
1 300.000.000 0,10 1 200.000.000 0,10
350.000.000 0,20 300.000.000 0,25
400.000.000 0,40 400.000.000 0,30
450.000.000 0,20 500.000.000 0,25
500.000.000 0,10 600.000.000 0,10

2 400.000.000 0,15 2 300.000.000 0,15


450.000.000 0,20 400.000.000 0,30
500.000.000 0,30 500.000.000 0,20
550.000.000 0,20 600.000.000 0,30
600.000.000 0,15 700.000.000 0,05
 Dari data diatas bisa dihitung besarnya nilai yang diharapkan dari kedua usulan investasi
tersebut adalah sebagai berikut:
Investasi A Investasi A
Tahun 1 Tahun 2
Rp 300.000.000 x 0,1 = Rp 30.000.000 Rp 400.000.000 x 0,15 = Rp 60.000.000
Rp 350.000.000 x 0,2 = Rp 70.000.000 Rp 450.000.000 x 0,2 = Rp 90.000.000
Rp 400.000.000 x 0,4 = Rp 160.000.000 Rp 500.000.000 x 0,3 = Rp 150.000.000
Rp 450.000.000 x 0,2 = Rp 90.000.000 Rp 550.000.000 x 0,2 = Rp 110.000.000
Rp 500.000.000 x 0,1 = Rp 50.000.000 RP 600.000.000 X 0,15 = Rp 90.000.000
Nilai yang diharapkan = Rp 400.000.000 Nilai yang diharapkan = Rp 500.000.000
Investasi B Investasi B
Tahun 1 Tahun 2
Rp 200.000.000 x 0,1 = Rp 20.000.000 Rp 300.000.000 x 0,15 = Rp 45.000.000
Rp 300.000.000 x 0,25 = Rp 75.000.000 Rp 400.000.000 x 0,3 = Rp 120.000.000
Rp 400.000.000 x 0,3 = Rp 120.000.000 Rp 500.000.000 x 0,2 = Rp 100.000.000
Rp 500.000.000 x 0,25 = Rp125.000.000 Rp 600.000.000 x 0,3 = Rp 180.000.000
Rp 600.000.000 x 0,1 = Rp 60.000.000 RP 700.000.000 X 0,05 = Rp 35.000.000
Nilai yang diharapkan = Rp 400.000.000 Nilai yang diharapkan = Rp 480.000.000
  Dari kedua proyek investasi tersebut bila dicari NPV dengan return yang diharapkan adalah
sebesar 15% maka:

 Kesimpulannya kedua proyek menguntungkan tetapi proyek A lebih menguntungkan


 Untuk perhitungan deviasi standar adalah sebagai berikut:

USULAN INVESTASI A USULAN INVESTASI B


Tahun 1 Tahun 1

Total Rp 3.000 Total Rp13.000

Tahun 2 Tahun 2

Total Rp 4.000 Total Rp 13.600


 
Sehingga deviasi standar NPV proyek tersebut adalah sebagai berikut:

Deviasi standar untuk investasi A lebih kecil dibandingkan investasi B sehingga investasi A
lebih baik.
ALIRAN KAS YANG TIDAK
INDEPENDEN
 Apabila aliran cashflow tahun pertama akan mempengaruhi tingkat keberhasilan cashflow
tahun berikutnya maka aliran kas tersebut tidak independen. Sehingga perlu diperhatikan
koefisien korelasi antar waktu dari arus kas.
 Sebagai contoh: Sebuah proyek membutuhkan dana investasi Ro 200.000.000 berusia 2 tahun,
taksiran cashflow akan ditampilkan pada slide setelah ini.
Tahun ke 1 Tahun ke 1 Tahun ke 2 Tahun ke 2
Prob. Semula (P1) Aliran Kas Bersih Prob. Semula (P2) Aliran Kas Bersih Joint Probability

0,40 -300 0,12


0,30 -100 0,40 -100 0,12
0,20 50 0,06
0,40 100 0,12
0,40 200 0,40 200 0,16
0,30 300 0,12
0,20 200 0,06
0,30 400 0,40 400 0,12
0,40 500 0,12

P2 artinya bahwa ada probabilitas sebesar 0,4 pada tahun ke 2 untuk memperoleh cashflow -300 apabila
pada tahun pertama cashflow -100. Oleh karena itu untuk memperoleh joint probability cashflow seri
pertama adalah = 0,30 x 0,40 = 0,12 dst untuk seru ke 2, 3, 4, dst sampai 9.
Untuk
  menghitung NPV masing-masing cashflow mulai seri 1 sampai ke seri 9 bisa dihitung
sebagai berikut (note: Return yang diharapkan sebesar 12%):
{}=-528,44
{}=-309,95
{}=-249,43
Dst…
 Jika disajikan dalam tabel maka hasil perhitungan adalah sebagai berikut:

Seri ke NPV Joint Prob Nilai rata-rata


(1) (2) (3) (2x3)
1 -528,44 0,12 -63,41
2 -309,95 0,12 -37,19
3 -249,43 0,6 -14,97
4 58,29 0,12 6,99
5 138,01 0,16 22,08
6 217,73 0,12 26,13
7 316,58 0,06 18,99
8 476,02 0,12 57,12
9 555,74 0,12 66,69
Rata-rata tertimbang 82,43
  Selanjutnya, dengan menggunakan rumus standar deviasi untuk menilai risiko cashflow, akan
ditemukan
 Sehingga, investasi tersebut menghasilkan NPV yang positif sebesar Rp 82.430,000 dengan
penyimpangan sebesar Rp 69.040.000

Anda mungkin juga menyukai