Anda di halaman 1dari 37

PAJAK

PENGHASILAN
PPh PASAL 25
LINDA AYU OKTORIZA, SE, MM
Pengertian PPh Pasal 25
▶ Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pembayaran
Pajak Penghasilan secara angsuran.
▶ Tujuannya adalah untuk meringankan beban Wajib Pajak,
mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu
tahun.
▶ Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa
diwakilkan.
Wajib Pajak (WP), baik berupa Orang Pribadi atau pun Badan yang
melakukan suatu kegiatan usaha dikenai Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 25 berupa angsuran PPh tiap bulannya. Keterlambatan, baik
dalam menyetor maupun melapor, dapat dikenai sanksi sesuai
ketentuan dan peraturan yang berlaku.
angsuran
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 adalah sebesar pajak
penghasilan yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
yang lalu, setelah dikurangi dengan PPh yang telah
dipotong atau dipungut oleh pihak lain dan PPh yang
terutang atau dibayar diluar negeri yang dapat
dikreditkan; dibagi 12 (dua belas).

PPh terutang menurut SPT PPh Tahun Pajak yang lalu – PPh Pasal 22, 23,24

12 bulan atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak tahun lalu
Perhitungan PPh Pasal 25
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya
setelah tahun yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang
terutang pajak tahun lalu, yang dikurangi dengan:
▶ Pajak penghasilan yang dipotong sesuai pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat
(1) bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP)
dan pasal 23 (15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah - serta 2%
berdasarkan sewa dan penghasilan lain serta imbalan jasa) - serta pajak
penghasilan yang dipungut sesuai pasal 22 (pungutan 100% bagi yang tidak
memiliki NPWP);
▶ Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa
setahun.
TTaarriiff PPPPhh
Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi (WPOP), yaitu:

PPaassaall 2255
▶ Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan usaha penjualan barang,
baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x
omzet bulanan tiap masing-masing tempat usaha.
▶ Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja bebas atau karyawan, yang
tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a
UU PPh (12 bulan).
Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:
▶ Sampai Rp 50.000.000 = 5%
▶ Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15%
▶ Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25%
▶ Di atas Rp 500.000.000 = 30%
Pembayaran angsuran PPh 25 untuk Wajib Pajak Badan yaitu = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x 25% (Tarif Pasal
17 ayat (1) huruf b UU PPh).
PENGHITUNGAN ANGSURAN PPH PASAL 25 WAJIB
PAJAK
ORANG
PRIBADI
Pajak penghasilan yang terutang untuk Tuan Hakim berdasarkan SPT tahun 2016
sebesar 50 juta. Pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak ke tiga serta
yang terutang dibayar ke luar negeri dalam tahun 2016 sebagai berikut.
▶ Pemotongan PPh Pasal 21 melalui pemberi kerja sebesar 15 juta
▶ Pemotongan PPh Pasal 22 oleh pihak lain sebesar 10 juta
▶ Pemotongan PPh Pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan sebesar 2,5 juta
▶ PPh 24, pembayaran pajak di luar negeri sebesar 7,5 juta seluruhnya dapat
dikreditkan
PENGHITUNGAN ANGSURAN PPH PASAL 25 WAJIB
PAJAK PRIBADI
ORANG
Angsuran bulanan PPh Pasal 25 untuk tahun 2017 adalah:
PPh terutang berdasar SPT Tahunan PPh tahun 2016
Kredit pajak tahun 2016: Rp
PPh Pasal 21 Rp 50,000,000
15,000,000
PPh Pasal 22 Rp 10,000,000
PPh Pasal 23 Rp 2,500,000
PPh Pasal 24 Rp 7,500,000
Total kredit pajak Rp 35,000,000
Dasar perhitungan angsuran Rp 15,000,000
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap bulan
(PPh Pasal 25) dalam tahun 2017 adalah :
Rp 15.000.000 : 12 = Rp 1.250.000
PENGHITUNGAN ANGSURAN PPH PASAL 25 WAJIB PAJAK
BADAN
Pajak Penghasilan yang terutang untuk PT Perdana berdasarkan SPT Pajak Penghasilan Tahun 2016
sebesar 125 juta. Pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga serta yang terutang atau
dibayar di luar negeri dalam tahun 2016 sebagai berikut:
▶ PPh 22 sebesar 30 juta
▶ PPh 23 sebesar 15 juta
▶ PPh 24 sebesar 42,5 juta yang dikreditkan sebesar 40 juta.
Pajak penghasilan yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain dan yang dibayarkan atau terutang di
luar negeri terebut utuk bagian tahunan pajak yang meliputi masa 8 (delapan) bulan dalam tahun
2016.
PENGHITUNGAN ANGSURAN PPH PASAL 25 WAJIB PAJAK
BADANPPh Pasal 25 untuk tahun 2017 adalah:
Angsuran
PPh terutang berdasar SPT Tahunan PPh tahun 2016
Kredit pajak tahun 2016: Rp 125,000,000
PPh Pasal 22 Rp 30,000,000
PPh Pasal 23 Rp 15,000,000
PPh Pasal 24 Rp 40,000,000

Total kredit pajak Rp 85,000,000

Dasar perhitungan angsuran Rp 40,000,000


Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap bulan
(PPh 25) dalam tahun 2017 adalah:
Rp 40.000.000 : 8 = Rp 5.000.000
Batas waktu pembayaran PPh Pasal

▶ 25
Misalnya: untuk bulan Februari 2014, angsuran PPh 25
harus dibayar paling lambat 15 Maret 2014. Jika batas
waktu penyetoran jatuh pada hari libur (termasuk Sabtu,
Minggu, hari libur nasional, dan Pemilihan Umum),
maka pembayaran masih dapat dilakukan pada hari
berikutnya
▶ Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
22/PJ/2008 pada 21 Mei 2008, pembayaran harus
dilakukan dengan membawa Surat Setoran Pajak (SSP)
atau dokumen sejenisnya.
Batas Waktu Pelaporan PPh
P P a a s s a a ll 2 2 5 5
Wajib Pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT masa selambat-lambatnya 20
hari setelah masa pajak berakhir.
Bagi Wajib Pajak pengusaha tertentu berlaku juga ketentuan sebagai berikut:
▶ Jika Wajib Pajak memiliki beberapa tempat usaha dalam satu wilayah kerja
kantor pelayanan pajak, maka harus mendaftarkan masing-masing tempat
usahanya di kantor pelayanan pajak yang bersangkutan.
▶ Wajib Pajak yang memiliki beberapa tempat lebih dari satu wilayah kerja
kantor pelayanan pajak, maka harus mendaftarkan setiap tempat tempat
usahanya di kantor pelayanan pajak masing-masing tempat usaha Wajib Pajak
berkedudukan
▶ SPT tahunan PPh harus disampaikan dikantor pelayanan pajak tempat domisili
Wajib Pajak terdaftar dengan batas waktu seperti pada ketentuan butir 2.
MENGHITUNG ANGSURAN PPh UNTUK BULAN-BULAN
SEBELUM BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN
PPh
Wajib Pajak
2016 2017
Desember Januari Februari Maret

1 jt
1 juta 1 jt
MENGHITUNG ANGSURAN PPh UNTUK BULAN-BULAN
SEBELUM BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN
PPh
Badan
2016 2017
Desember Januari Februari Maret April

5,5 jt
5,5 juta 5,5 jt 5,5 jt
MENGHITUNG ANGSURAN PPH PASAL 25 APABILA DALAM TAHUN
BERJALAN
DITERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK UNTUK TAHUN PAJAK YANG LALU

Contoh
▶ Berdasarkan SPT PPh tahun pajak 2016 yang disampaikan Wajib Pajak dalam bulan Februari
2017, besarnya angsuran pajak adalah 1,25 juta. Bulan Juni 2017, telah diterbitkan SKP tahun
pajak 2016 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar 2 juta.

2016 2017

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

2 juta
1,25 juta
SPT

SKP

▶ Berdasarkan ketentuan tersebut, besarnya angsuran pajak mulai bulan Juli 2017 adalah
sebesar 2 juta.
MENGHITUNG ANGSURAN PPH PASAL 25 APABILA DALAM TAHUN
DITERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK UNTUK TAHUN PAJAK YANG LALU
BERJALAN

Contoh
Wajib Pajak PT Perdana tahun 2016 memperoleh penghasilan neto sebesar 500 juta. Pajak”:
▶ PPh pasal 22 atas impor barang sebesar 50 juta.
▶ PPh pasal 23 atas sewa, dividen, dan lain-lain 10 juta.
▶ Pajak yang dibayar di luar negeri sebesar 25, 750 juta. Dari jumlah tersebut yang boleh dikreditkan sebesar 20 juta.
2016 2017

Neto 500 juta Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Spt Okt Nov Des
3 juta 3,75 juta 4 juta
3 juta 3,75 juta
4 juta
b
a SPT c
SKP

▶ SPT PPh disampaikan pada 30 April 2017 angsuran pajak bulan Desember 2016 sebesar 3 juta,
pada bulan Agustus 2017 diterima SKP bahwa angsuran PPh tahun 2017 adalah 4 juta.
BESARNYA ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN 2017 DIHITUNG
SEBAGAI BERUKUT:
a. Angsuran PPh bulan Januari s.d Maret 2017 adalah sama dengan angsuran bulan terakhir tahun 2016,
yaitu 3 juta.
b. Angsuran PPh bulan April s.d. Agustus 2017 dihitung sebagai berikut.
PPh terutang berdasar SPT Tahunan PPh tahun 2016
25% x 500 juta 125 juta
Kredit pajak tahun 2016:
 PPh pasal 22 50 juta
 PPh pasal 23 10 juta
 PPh pasal 24 20 juta
Total kredit pajak (80
juta) Dasar perhitungan angsuran 45
juta
Besarnya angsuran pajak yang harus
dibayar sendiri oleh WP setiap bulan mulai
bulan April s.d. Agustus
2017 adalah :
WP berhak atas
kompensasi kerugian
WP memperoleh
Perubahan usaha
penghasilan tidak
atau kegiatan WP
teratur

PPH PASAL 25
DALAM HAL-

WP menbetulkan SPT
HAL SPT PPh tahun yang lalu

PPh angsuran bulanan TERTENTU disampaikan setelah lewat

>angsuran bulanan batas waktu yang


ditentukan
WP diberi perpanjangan
jangka waktu
penyampaian SPT PPh
WP berhak atas kompensasi kerugian
Perusahaan Ananda milik Tuan Hakim (K/I). SPT PPh thn pajak 2016 disampaikan bulan Januari 2017. Data dalam SPT adalah:
▶ Penghasilan neto Rp 542 juta.
▶ PTKP (K/I) Rp (42 juta)
▶ Penghasilan kena pajak Rp 500 juta
Sisa kerugian fiskal tahun pajak tahun 2010 sebesar Rp 300 juta.
Sisa kerugian tersebut tidak dapat dikompensasikan pada penghasilan neto tahun 2017 karena telah lewat 5 tahun.
Jadi, penghasilan kena pajak tahun 2016 sebesar Rp 500 juta.
Pajak penghasilan terutang:
▶ 5 % x Rp 50 juta Rp 2,5 juta
▶ 15 % x Rp 200 juta Rp 30 juta
▶ 25 % x Rp 250 juta Rp 62, 2 juta
Rp 95 juta
Apabila pada tahun 2016 tidak ada pajak penghasilan yang dipotong atau dipungut oleh pihak lain dan pajak yang dibayar atau
terutang di luar negeri sesuai dengan ketentuan Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam
tahun 2017 adalah Rp 95 juta : 12 = Rp 7.916. 670.
WP berhak atas kompensasi kerugian
PKP PT Putra Jaya tahun 2016 adalah 120 juta. Sisa kerugian tahun sebelumnya yang masih dapat
dikompensasikan 150 juta. Sisa kerugian yang belum dikompensasikan tahun 2016 adalah 30 juta
(rugi 150 juta, dikompensasikan dengan PKP tahun 2016 sebesar 120 juta).
Penghitungan pajak penghasilan Pasal 25 tahun 2017 adalah:
▶ Penghasilan kena pajak tahun 2016 120 juta
▶ Sisa kerugian yang belum dikompensasikan tahun 2016 (30 juta)
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan
▶ Angsuran pajak penghasilan Pasal 25 90 juta
Pajak penghasilan yang terutang:
25 % x 90 juta = 22, 5 juta
▶ Angsuran pajak bulanan PT Putra Jaya tahun 2017
adalah: 1/12 x 22,5 juta =1,875 juta
Wajib Pajak memperoleh penghasilan
tidak
teratur
Wajib Pajak PT A pada tahun 2016 memperoleh total peredaran bruto sebesar
14, 8 milyar. Penghasilan neto yang bersifat teratur dari usaha dagang
sebesar 148 juta dan penghasilan tidak teratur dari mengontrakkan selama
3 tahun yang dibayar sekaligus pada tahun 2016 sebesar 72 juta.
Mengingat penghasilan yang tidak teratur tersebut diterima sekaligus
pada tahun 2016 maka penghasilan yang dipakai sebagai dasar
penghitungan angsuran PPh Pasal 25 pada tahun 2017 adalah hanya dari
penghasilan teratur tahun 2016. Dengan catatan bahwa dalam tahun 2016,
Wajib Pajak A telah dipungut PPh Pasal 22 oleh pihak lain sebesar 2,9
juta sehingga angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2017 dihitung sebagai
berikut.
Wajib Pajak memperoleh
penghasilan tidak teratur
▶ Penghasilan neto (teratur) 148 juta
▶ Tidak ada sisa kerugian yang bisa dikompensasikan sehingga besarnya PKP adalah 148 juta.
▶ Penghasilan kena pajak yang memperoleh
fasilitas: (4,8 milyar : 14,8 milyar) x 148 juta =
48 juta
▶ Penghasilan kena pajak yang tidak memperoleh fasilitas: 148 juta – 48 juta = 100 juta

PPh50yang
% x terutang
25 % x 48: juta 6 juta
= 25 juta
▶ 25 % x 100 juta = 31 juta
Kredit pajak atau pengurangan:
▶ PPh pasal 22 (2, 9 juta)
Dasar perhitungan angsuran 28,1 juta
▶ Angsuran bulanan PPh Pasal 25 tahun 2017: 28,1 juta : 12 = Rp
2.341.667.
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Tahun yang Lalu Disampaikan Setelah Lewat Batas
Penghasilan
Waktu yang Ditentukan
PT Putra Jaya menyampaiakan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2016 pada tanggal 25 Mei 2017, dengan data sebagai berikut:
▶ PPh yang terutang 150 juta
▶ PPh Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 Tahun Pajak 2016 yang dapat dikreditkan 42,5 juta
▶ PPh Pasal 25 bulan Desember 2016 8 juta
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun 2017 adalah:
▶ Angsuran PPh Pasal 25 bulan Januari dan Maret 2017 masing-masing sebesar 8 juta rupiah (sama dengan angsuran PPh Pasal 25 bulan
Desember tahun 2016).
▶ Angsuran PPh Pasal 25 bulan April-Mei 2017 sama dengan 8 juta.
▶ Angsuran PPh Pasal 25 bulan April-Desember 2017 dihitung kembali berdasarkan SPT tahunan PPh tahun pajak 2016, yaitu:
PPh yang terutang 150 juta
Kredit pajak diperbolehkan (Pasal 22, Pasal 23, & Pasal 24) (42,5 juta)
Dasar penghitungan angsuran 107,5 juta
▶ Angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan April sampai dengan Desember 2017 : 107,5
juta : 12 = Rp 8.958.333
Menyampaikan
SPT

Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Ags Spt Okt Nov Des
Juli
8 juta 8 juta
8 juta

Dihitung kembali brdsr SPT

▶ PPh Pasal 25 bulan April sampai dengan Mei 2017 yang telah disetor sebesar 8
juta sebulan, padahal yang seharusnya adalah sebesar 8,958.333 juta; sehingga
terdapat kekurangan sebesar Rp 958.333 setiap bulan untuk bulan April
sampai Mei 2017. Jumlah tersebut harus disetor dan terutang bunga sebagai
berikut:
▶ Untuk masa April 2017 terutang bunga 2 % per bulan dihitung sejak 16 April
2017 sampai dengan tanggal penyetoran ;
▶ Untuk masa Mei 2017 terutang bunga 2 % per bulan dihitung sejak 16 Juni 2017
sampai dengan tanggal penyetoran.
Wajib Pajak Diberikan Perpanjangan Jangka Waktu
Penyampaian SPT Tahunan
PPh
PT Ananda menyampaikan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
Tahun Pajak tahun 2016 pada tanggal 10 Januari 2017, dengan melampirkan penghitungan
sementara sebagai berikut:
▶ PPh yang terutang tahun 2016 100 juta
▶ PPh Pasal 22, Pasal 23, Dan Pasal 24 Tahun Pajak 2011 yang dapat dikreditkan 42,5 juta
▶ Izin perpanjangan waktu penyampaian SPT tahuan PPh diberikan sampai dengan 30 Juni
2017.
▶ PPh Pasal 25 masa Desember 2016 4 juta
SPT tahunan PPh pajak 2016 disampaikan pada tanggal 10 Juni 2017, dengan data
sesungguhnya sebagai berikut:
▶ PPh yang terutang tahun 2016 125 juta
▶ PPh Pasal 22, Pasal 23, Dan Pasal 24 Tahun Pajak 2016 yang dapat dikreditkan 42,5 juta
Wajib Pajak Diberikan Perpanjangan Jangka Waktu
Penyampaian SPT Tahunan PPh
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun 2017 adalah :
▶ Angsuran PPh Pasal 25 bulan Januari sampai dengan Maret 2017 masing-masing sebessar 4 juta
▶ Angsuran PPh Pasal 25 bulan April sampai dengan Mei 2012 dihitung berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2016 (penghitungan
sementara), yaitu :
PPh yang terutang 100 juta
Kredit pajak yang diperbolehkan(Pasal 22, Pasal 23, Dan Pasal 24) (42,5 juta)
Dasar penghitungan angsuran 57,5 juta
Angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Maret s.d. Mei 2017:
57,5 juta : 12 = 4.781.667
Angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan April s.d. Desember 2017 dihitung berdasarkan SPT tahunan PPh tahun pajak 2016 (penghitungan
sesungguhnya), yaitu:
PPh yang terutang 125 juta
Kredit pajak diperbolehkan (Pasal 22, Pasal 23, Dan Pasal 24) (42,5) juta
Dasar penghitungan angsuran 82,5 juta


Angsuran PPh Pasal 25 buan April s.d. Desember 2017 :

▶ 82,5 juta :12 = 6,875 juta


▶ PPh Pasal 25 utuk bulan April s.d. Mei 2017 yang telah disetor
sebesar 4.791.600 sebulan, padahal yang seharusnya adalah sebesar
6.875.000, sehingga terdapat kekurangan sebesar 2.083.400 setiap
bulan untuk bulan April s.d. Mei 2017. Jumlah tersebut harus
disetor dan terutang bunga sebagai berikut:
▶ Untuk masa April 2017 terutang bunga 2 % per bulan dihitung
sejak 16 Mei 2017 s.d. tanggal penyetoran ;
▶ Untuk masa Mei 2017 terutang Bunga 2 % per bulan dihitung
sejak 16
Juni 2017 s.d. tanggal penyetoran;
Sanksi-sanksi Keterlambatan
Pembayaran PPh Pasal 25

Apabila Wajib Pajak (WP) terlambat membayar,


maka WP akan dikenai bunga sebesar 2% per
bulan, dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga
tanggal pembayaran.
Misalnya: untuk bulan Februari 2014, WP terlambat
dan baru membayarnya pada 16 Maret. Sesuai
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP, WP dikenai bunga 2%.
Wajib Pajak Membetulkan Sendiri SPT Tahunan PPh Yang
Mengakibatkan Angsuran Bulanan Lebih Besar Dari Pada Angsuran
Bulanan Sebelum Pembetulan

▶ Besarnya pph pasal 25 dihitung kembali berdasarkan SPT tahunan PPh pembetulan
tersebut dan berlaku surut mulai bulan batas waktu penyampaian SPT tersebut.
▶ Apabila besarnya PPh Pasal 25 setelah pembetulan SPT tahunan tersebut lebih besar
daripada PPh Pasal 25 sebelum dilakukan pembetulan, atas kekurangan setoran PPh Pasal
25 tentang bunga sebesar 2% untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo
penyetoran PPh Pasal 25 dari masing-masing bulan sampai tanggal penyetoran.
▶ Apabila penyetoran PPh Pasal 25 setelah pembetulan SPT tahunan tersebut lebih kecil
daripada PPh Pasal 25 sebelum dilakukan pembetulan, atas kelebihan setoran PPh Pasal 25
dapat dipindah bukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikutnya setelah penyampaian SPT
tahunan pembetulan.
Contoh
soal:
Diketahui: a. SPT tahunan PPh yahun pajak 2016 PT. Perdana disampaikan pada tanggal 25 April 2017
dengan data sbb:
PPh terutang Rp. 125.000.000
PPh Pasal 22, 23, 24 yang dapat dikreditkan Rp. 42.500.000

b. Besarnya angsuran PPh Pasal 25untk bulan Desember 2016 adalah Rp. 6.000.000
c. Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT tahunan PPh tahun pajak 2016 pada tanggal 16
Agustus 2017, dengan data baru sbb,
PPh terutang Rp. 150.000.000
PPh Pasal 22, 23, 24 yang dapat dikreditkan Rp. 42.500.000
Ditanyakan: berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun 2017
Jawa
b:Angsuran PPh Pasal 25 bulan Januari sampai denga Maret 2017 masin-masing sebesar Rp.6.000.000 (sama dengan angsuran
bulan terakhir tahun yang lalu, yaitu angsuran bulan Desember 2016).
Angsuran PPh Pasal 25 bulan April sampai dengan bulan Juli 2017 dihitung berdasarkan SPT tahunan PPh tahun pajak 2016
sebelum pembetulan, yaitu:
PPh terutang Rp. 125.000.000
Kredit pajak yang diperbolehkan (PPh Pasal 22, 23, 24) (Rp. 42.500.000)
Dasar perhitungan angsuran Rp. 82.500.000
Angsuran PPh Pasal 25 April sampai denga Juli 2017:
Rp. 82.500.000/12 Rp. 6.875.000
Angsuran PPh Pasal 25 bulan Agustus sampai denga bulan Desember 2017 dihitung kembali berdasarkan SPT tahuna PPh
tahun pajak 2016 setelah pembetulan, yaitu:
PPh terutang Rp. 150.000.000
kredit pajak yang diperbolehkan (PPh Pasal 22, 23, 24) (Rp. 42.500.000)
Dasar perhitungan angsuran Rp.107.500.000
Angsuran PPh Pasal 25 April sampai denga Juli 2017:
Rp.107.500.000/12 Rp. 8.958.333
PPh Pasal 25 bulan April sampai dengan bulan Juli 2017 yang telah disetor sebesar Rp. 6.875.000 sebulan,
padahal yang seharusnya adalah Rp. 8.958.333 sebulan sehingga terdapat kekurangan sebesar Rp. 2.083.333
setiap bulan untuk bulan April sampai dengan bulan Juli 2017. Jumlah tersebut harus disetor dan terutang
bunga sbb,
▶ Untuk masa April 2017, terutang bunga 2% per bulan dihitung sejak 16 Mei 2017 sampai denga
tanggal
penyetoran.
▶ Untuk masa Mei 2017, terutang bunga 2% per bulan dihitung sejak 16 Juni 2017 sampai denga tanggal
penyetoran.
▶ Untuk masa Juni 2017, terutang bunga 2% per bulan dihitung sejak 16 Juli 2017 sampai denga
tanggal
penyetoran.
▶ Untuk masa Juli 2017, terutang bunga 2% per bulan dihitung sejak 16 Agustus 2017 sampai denga tanggal
penyetoran.
Jika perhitungan kembali PPh Pasal 25 untuk masa Agustus sampai dengan Desember 2017 menghasilkan
jumlah yang lebih kecil daripada jumlah PPh Pasal 25 untuk bulan April sampai dengan Juli tersebut dapat
diperhitungkan dengan setoran bulan Juli 2017 dan seterusnya

April Mei Juni Juli


6,875 jt
Kurang 2,083 juta
8,958 jt
Terjadi perubahan usaha atau kegiatan Wajib
Pajak
Apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, Wajib Pajak mengalami penurunan usaha,
dan dapat menunjukkan bahwa PPh yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari PPh yang
terutang yang menjadi dasar perhitungan besarnya PPh Pasal 25 maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
pengurangan besarnya PPh Pasal 25 dengan cara sbb,
▶ Pemohonan diajukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
▶ Pengajuan permohonan pengurangan besarnya PPh Pasal 25 tersebut harus disertai dengan penghitungan
besarnya PPh yang akan terutang berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan
besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan.
▶ Apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat permohonan Wajib Pajak tentang
pengurangan PPh Pasal 25, Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak memberikan keputusan maka permohonan
Wajib Pajak tersebut dianggap diterima dan Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran PPh Pasal 25 sesuai
dengan perhitungannya.
▶ Apabila dalam tahun pajak berjalan Wajib Pajak mengalami peningkatan usaha dan diperkirakan PPh yang akan
terutang untuk tahun pajak tersebut lebih dari 150% dari PPh yang terutang yang menjadi dasar penghitungan,
besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa daritahun pajak yang bersangkutan harus dihitung kembali
berdasarkan perkiraan kenaikan PPh yang terutang tersebut oleh Wajib Pajak sendiri atau Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
Contoh:

PT. Gonjang Ganjing merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi benang.
Dalam tahun 2017, perusahaan membayar angsuran bulanan sebesar Rp. 10.000.000
(jumlah ini didasarkan pada SPT tahunan PPh tahunj pajak 2016). Pada bulan Juni 2017,
terjadi bencana alam tanah longsor yang menimpa sebagian pabrik milik PT. Gonjang
Ganjing. Atas keadaan itu, PT. Gonjang Ganjing mengajukan permohonan kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak agar angsuran PPh Pasal 25 dapat diturunkan menjadi Rp.
7000.000 (sesuai lampiran perhitungan). Sampai dengan bulan Juli 2017, tidak diterima
Surat Keputusan dari Dirjen Pajak. Oleh karena itu, permohonan tersebut dianggap
diterima. Mulai bulan Juli 2017, PT. Gonjang Ganjing membayar angsuran PPh Pasal 25
sebesar Rp. 7.000.000.
Sebaliknya, apabila Wajib Pajak mengalami peningkatan usaha, misalnya adanya
peningkatan penjualan dan diperkirakan PKP-nya juga meningkat atau lebih besar
dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka kewajiban angsuran bulanan Wajib Pajak
tersebut dapat disesuaikan lagi.
Pph Pasal 25 Bagi
WP Baru

PPh Pasal 25 bagi WP Bank & Sewa


WP Orang Pribadi Guna Usaha Dengan
Pengusaha Tertentu Hak Opsi

PPH PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK BARU: BANK, BUMN, BUMD, WAJIB PAJAK MASUK BURSA, DAN
WAJIB PAJAK LAINNYA YANG BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
HARUS MEMBUAT LAPORAN KEUANGAN BERKALA; DAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PENGUSAHA TERTENTU DENGAN TARIF PALING TINGGI 0,75% DARI PEREDARAN BRUTO.

WP Masuk Bursa & WP


Lainnya Berdasarkan PPh Pasal 25 bagi
Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Harus
WP BUMN & BUMD
Membuat Laporan Berkala
PPH PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK
BARU
Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak baru = [PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum x (pengahsilan neto sebulan x 12)] / 12
Besarnya penghasilan neto adalah:
1. Apabila WP menyelenggarakan pembukuan yg dpt dihitung pengahasilan neto tiap bulan = penghasilan neto fiskal
Contoh soal Jawab soal
PT. Angkasa terdaftar sebagai WP pada KPP Yogyakarta
Perhitungan PPh Pasal 25 bulan Februari 2016 sbb,
pada tanggal 1 Februari 2016. Peredaran usaha bruto menurut Penghasilan neto bulan Februari 2016 Rp. 100.000.000
pembukuan bulan Februari 2016 sebesar Penghasilan neto disetahunkan
(12 X Rp. 100.000.000) Rp. 1.200.000.000
Rp. 500.000.000. setelah dikurangi dengan
Total peredaran bruto setahun:
pengurangan/biaya yang diperkenankan. (12 X Rp. 500.000.000) Rp. 6000.000.000
Didapatkan penghasilan neto sebesar
PPh yang terutang sebgaai dasar perhitungan PPh Pasal 25:
Rp. 100.000.000. 12,5% X (4.800.000.000/6.000.000.000) X 1.200.000.000
Rp.
25%X (1.200.000.000 – 960.000.000) 12
Rp. 60.000.000
0.0 180.000.000
Rp.
00.
Angsuran PPh Pasal 25 sebulan: 00
Rp. 180.000.000/12 0Rp. 15.000.000
2. Apabila WP menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan norma penghitungan pengahsilan neto,
pengahasilan neto fiskal dihitung berdasarkan norma penghitungan penghasilan neto atas peredaran atau
penerimaan bruto. Bagi Wajib Pajak orang pribadi baru, jumlah penghasilan neto fiskal yang disetahunkan harus
dikurangi terlebih dahulu dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
Contoh soal
una
Kantor Notaris Maimuna dimiliki oleh Maim Penghitungan PPh Pasal 25 bulan Maret 2016 sbb,
(tidak kawin tanpa tanggungan) terdaftar
Penghasilan neto bulan Maret 2016
sebagai WP pada KPP Yogyakarta sejak (55% X RP. 60.000.000) Rp. 33.000.000
Penghasilan neto disetahunkan
tanggal 1 Maret 2016. Peredaran usaha bruto
(12 X Rp. 33.000.000) Rp. 396.000.000
pada bulan Maret 2016 sebesar Rp. PTKP (TK/0) (Rp. 36.000.000)
Penghasilan kena pajak Rp. 360.000.000
60.000.000. Norma penghitungan
penghasilan neto untuk usaha tersebut PPh yang terutang sebgaai dasar perhitungan
PPh Pasal 25:
adalah 55%. 5% X Rp. 50.000.000 Rp. 2.500.000
15%X Rp. 200.000.000 Rp. 30.000.000
25%X Rp. 110.000.000 Rp. 27.500.000
Rp.60.000.000

Angsuran PPh Pasal 25 sebulan:


Rp. 60.000.000/12 Rp. 5.000.000
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai