Anda di halaman 1dari 36

IMUNISASI

Dr. H. AHMAD NURI, Sp.A


IMUNISASI
Cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu Ag, sehingga bila ia
terpapar pada Ag yang serupa tidak terjadi
penyakit

Kekebalan aktif
• Kekebalan dibuat oleh tubuh sendiri akibat
terpapar pada Ag seperti pada imunisasi atau
terpapar secara alamiah.
• Berlangsung lama
Kekebalan Pasif
• Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,
bukan oleh individu itu sendiri, misalnya
kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu,
setelah pemberian Ig serum
• Tidak berlangsung lama

Tujuan Immunisasi
• Mencegah terjadinya penyakit tertentu
• Menghilangkan penyakit tertentu
(transmisinya manusia)
Respon Imun
Respon tubuh terhadap Ag,untuk mengeliminasi Ag tsb.
Primer
• Respon imun yang terjadi pada paparan pertama kali
dengan Ag
• Ab yang terbentuk IgM dengan titer yang rendah
Sekunder
• Respon imun yang terjadi pada paparan setelah paparan
pertama kalinya dengan Ag yang serupa.
• Ab yang terbentuk IgG dengan titer yang tinggi
sel memori mengalami transformasi, prolifrasi,
deferensiasi
Keberhasilan Imunisasi tergantung faktor
• Status Imun
• Faktor genetik pejamu
• Kualitas-kuantitas Vaksin
Status Imun pejamu
• Adanya Ab spesifik pada pejamu keberhasilan
vaksinasi, mis: - Campak pada bayi
- Kolustrum ASI IgA polio
• Maturasi imunologik
Neonatus Fungsi makrofag , kadar
komplemen, aktifasi optonin
Pemberian Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil
vaksinasi ditunda sampai umur 2 bulan
Apabila diharapkan
• Cakupan imunisasi semaksimal mungkin atau
• Frekuensi penyakit , dampaknya pada neonatus
berat Imunisaasi dapat diberikan pada
neonatus
• Status imunologik respon terhadap vaksin
kurang
• Faktor genetik
– Secara genetik respon imun manusia terhadap
Ag tertentu baik, cukup, rendah
keberhasilan vaksinasi tidak 100%
• Kualitas, Kuantitas Vaksin
Cara pemberian
– Polio oral imunitas lokal dan sistemik
Dosis Vaksin
– Tinggi Menghambat respon
menimbulkan Efek Samping
– Rendah Tidak merangsang sel
imunokompeten
Frekuensi Pemberian
• Respon imun sekunder sel efektor aktif
lebih cepat, lebih tinggi produksinya,afinitas
lebih tinggi
Frekuensi pemberian mempengaruhi respon
imun yang terjadi
Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat
kadar Ab spesifik masih tinggi Ag
dinetralkan oleh Ab spesifik tidak
merangsang sel imunokompeten
Ajuvan
Zat yang meningkatkan respon imun
terhadap Ag
– mempertahankan Ag tidak cepat hilang
– mengaktifkan sel imunokompeten
Jenis Vaksin
Vaksin hidup menimbulkan respon imun
lebih baik

Faktor epidemiologik
Menentukan saat pemberian vaksinasi
Kandungan Vaksin
1.Antigen virus, bakteri.
– Vaksin yang dilemahkan
• Polio, Campak, BCG
– Vaksin mati
• Pertusis
– Eksotoksin
• Toksoid Dipteri, Tetanus
2. Ajuvan
– Persenyawaan Aluminium Sulfat
3. Cairan pelarut
– Air, Garam fisiologis cairan kultur jaringan, telur
Hal-hal yang merusak vaksin
• Panas semua vaksin
• Sinar matahari BCG
• Pembekuan toxoid
• Desinfeksi/antiseptik : sabun

Jadwal Imunisasi
• Untuk keseragaman
• Mendapatkan respon imun yang baik
berdasarkan keadaan epidemiologi,
prioritas penyebab kematian, kesakitan
PPI ( Program Pengembangan Imunisasi )
• BCG, Polio, DPT, Campak, Hepatitis B, TT ibu
hamil
Non PPI
• Hib Meningitis
• Typhim Typhus
• Varilrix Varisela
• MMR Measles, Mumps, Rubella
• Havrix Hepatitis A
Imunisasi ulangan
• Sering tidak diperhatikan
• Meningkatkan titer Ab yang mulai turun
Imunisasi BCG
• Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang
terhindar dari infeksi M.tuberculosa 100% tapi
dapat mencegah penyebaran penyakit lebih
lanjut.
• Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan
• Ditemukan oleh Calmette Guerin
• Diberikan sebelum usia 2 bulan
• Disuntikkan Intra kutan di daerah insertio
M.Deltoid dengan dosis 0,05ml, sebelah kanan
• Imunisasi ulang tidak perlu
• Vaksin BCG berbentuk bubuk kuning harus
dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%
• Setelah dilarutkan harus segera dipakai
dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.
• Penyimpanan pada suhu < 5 0C terhindar
dari sinar matahari
Cara penyuntikan BCG
• Bersihkan lengan dengan kapas air
• Letakkan jarum hampir sejajar dengan
lengan anak dengan ujung jarum yang
berlubang menghadap keatas
• Suntikkan 0,05 ml vaksin Intrakutan
– merasakan tahanan
– benjolan kulit yang pucat dengan pori-pori yang jelas
diameter 4 - 6 mm
Kenapa suntikan Intrakutan ?
• Vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo
berkembang biak reaksi indurasi, erytema,
pustula
• Setelah cukup berkembang subkutan –
kapiler-kel.limfe-peredaran darah
Bayi kulitnya tipis intrakutan sulit sering
suntikan terlalu dalam (subkutan)
Reaksi sesudah imunisasi BCG
1.Reaksi normal lokal
– 2 minggu indurasi, eritema kemudian
menjadi pustula
– 3 - 4 minggu pustula pecah menjadi
ulkus (tidak perlu pengobatan)
– 8 - 12 minggu ulkus menjadi scar
diameter 3 - 7 mm
2.Reaksi pada kelenjar
– Merupakan respon selular pertahanan tubuh
– Kadang terjadi di kel.axilla dan
supraklavikula
– Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi
– Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri,
demam (-)
– Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa
pengobatan
Komplikasi
1. Abses ditempat suntikan
– Abses bersifat tenang (cold abses) tidak
perlu terapi
– Oleh karena suntikan sub kutan
– Abses matang aspirasi
2. Limfadenitis Supurativa
– Oleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi
– Terjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasi
– Bila telah matang aspirasi
– Terapi tuberkulostatika mempercepat
pengecilan

Reaksi pada yang pernah tertular TBC


• Koch phenomen-Reaksi lokal BCG berjalan
cepat (2 - 3 hari sesudah imunisasi), 4 - 6
minggu timbul scar
Imunisasi bayi > 2 bulan tes
Tuberkulin (Mantoux)
• Untuk menunjukkan apakah pernah kontak
dengan kuman TBC
• Menyuntikkan 0,1 ml PPD didaerah flexor
lengan bawah secara intrakutan
• Pembacaan dilakukan setelah 48 - 72 jam
penyuntikan
• Diukur besarnya diameter indurasi ditempat
suntikan
• < 5 mm negatif
• 6 - 9 mm meragukan
• > 10 mm positif
Test Mantoux (-) Imunisasi
(+) pemeriksaan TBC
Meragukan Ulang 2 minggu
Imunisasi Hepatitis B
• Vaksin berisi HbsAg murni
• Diberikan sedini mungkin setelah lahir ok
Indonesia daerah endemis Hepatitis B
• Suntikan secara Intra Muskular didaerah Deltoid
atau paha, dosis 0,5ml
• Penyimpanan vaksin pada suhu 2 - 8 0C
• Bayi lahir dari ibu HbsAg (+) diberikan
imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir +
imunisasi Hepatitis B
• Dosis kedua 1 bulan berikutnya
• Dosis ketiga 6 bulan berikutnya
• Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian
• Kadar pencegahan anti HbsAg > 10 Цg/ml
• Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia,
mulai program imunisasi pada th 1997
Imunisasi Polio

• Vaksin dari virus Polio yang dilemahkan


• Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1cc
atau 2 cc dalam flacon, pipet
• Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1ml)
• Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 - 6
minggu
• Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD
kelas I, VI
• Anak diare gangguan penyerapan vaksin
• Ada 2 jenis vaksin
– IPV salk
– OPV Sabin IgA lokal
• Penyimpanan pada suhu 2 - 8 0C
Imunisasi DPT
• Terdiri dari
– Toxoid difteriRacun yang dilemahkan
– Pertusis Bakteri yang dimatikan
– Toxoid tetanus Racun yang dilemahkan
• Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan
sedikit berkabut endapan putih didasarnya
• Shake test utk melihat vaksin sdh membeku
• Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena
reaktogenitas pertusis pada bayi kecil
• Dosis 0,5 ml secara intra muskular dibagian
luar paha ok ototnya paling besar pada bayi
• Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 – 6
minggu
• Vaksin mengandung Aluminium fosfat jika
diberikan sub kutan menyebabkan iritasi
lokal, peradangan dan nekrosis setempat
Reaksi Pasca imunisasi
– Demam, nyeri pada tempat suntikan 1 - 2 hari
diberikan analgetik - antipiretik
– Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi
demam > 40 0C kejang , syok
imunisasi selanjutnya DT atau DPaT
Imunisasi Campak
• Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan
• Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam
5cc pelarut aquadest.
• Diberikan pada bayi umur 9 bulan, oleh
karena masih ada antibodi bayi yang
diperoleh dari ibu
• Dosis 0,5 ml, diberikan sub kutan di lengan
kiri
• Disimpan pada suhu 2 - 8 0C
• Efek samping demam, ruam setelah 7 - 12
hari pasca imunisasi
• Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8
jam pada suhu 2 - 8 0C
• Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan
usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian
Imunisasi Hib
• Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena
Haemofilus Influenza tipe B
• Diberikan pada umur 2-4-6 bulan, pada
anak > 1 tahun. diberikan 1 kali
• Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5
ml pelarut dalam semprit
• Dosis 0,5 ml diberikan intra muskular
• Disimpan pada suhu 2 - 8 0C
• Di Asia belum diberikan rutin
• Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa,
Amerika, Australia
Imunisasi MMR

• Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan


terdiri dari
– Measles (campak)
– Mumps (Parotitis)
– Rubela (campak jerman)
• Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan
umur 12 tahun
• Dosis 0,5 ml secara sub kutan
• Sediaan vaksin MMR, Trimovax
Imunisasi Typhus
• Tersedia 2 jenis vaksin
– Suntikan (Typhim) > 2 tahun
– Oral (Vivotif) > 6 tahun .3 dosis
hari 1,3 dan 5, kapsul diminum 1 jam sebelum
makan, ulangan tiap 5 tahun
• Typhim (Typherix) diberikan dengan dosis
0,5 ml secara Intra muskular. Ulangan
dilakukan setiap 3 tahun
• Disimpan pada suhu 2 - 8 0C
• Tidak mencegah salmonella para typhi A
atau B
Imunisasi Varisela

• Bisa diberikan mulai umur 1 tahun, ulangan


umur 12 tahun
• Vaksin varisela (varilrix) berisi virus hidup
yang dilemahkan
• Kemasan beku kering disertai pelarut
• Vaksin diberikan secara sub kutan
• Penyimpanan pada suhu 2 - 8 0C
Imunisasi Hepatitis A

• Imunisasi diberikan pada anak umur > 2


tahun
• Imunisasi dasar 2x dengan interval 6 bulan
• Dosis vaksin 0,5 ml secara Intra muskular
di daerah deltoid
• Sediaan Vaksin : Havrix, Avaxim, Vaqta
Cold Chain (Rantai Dingin)

• Vaksin harus disimpan dalam keadaan dingin


mulai dari pabrik sampai ke sasaran
• Simpan vaksin di lemari es pada suhu yang tepat
2 - 8 0C
• Pintu lemari harus selalu tertutup, terkunci
• Simpan termometer untuk memonitor lemari es
• Taruh vaksin Polio, Campak pad rak I dekat
freezer
• Untuk membawa vaksin ke posyandu harus
menggunakan vaccine carrier/ termos yang berisi
es
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai