IMUNISASI
IMUNISASI
Kekebalan aktif
• Kekebalan dibuat oleh tubuh sendiri akibat
terpapar pada Ag seperti pada imunisasi atau
terpapar secara alamiah.
• Berlangsung lama
Kekebalan Pasif
• Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,
bukan oleh individu itu sendiri, misalnya
kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu,
setelah pemberian Ig serum
• Tidak berlangsung lama
Tujuan Immunisasi
• Mencegah terjadinya penyakit tertentu
• Menghilangkan penyakit tertentu
(transmisinya manusia)
Respon Imun
Respon tubuh terhadap Ag,untuk mengeliminasi Ag tsb.
Primer
• Respon imun yang terjadi pada paparan pertama kali
dengan Ag
• Ab yang terbentuk IgM dengan titer yang rendah
Sekunder
• Respon imun yang terjadi pada paparan setelah paparan
pertama kalinya dengan Ag yang serupa.
• Ab yang terbentuk IgG dengan titer yang tinggi
sel memori mengalami transformasi, prolifrasi,
deferensiasi
Keberhasilan Imunisasi tergantung faktor
• Status Imun
• Faktor genetik pejamu
• Kualitas-kuantitas Vaksin
Status Imun pejamu
• Adanya Ab spesifik pada pejamu keberhasilan
vaksinasi, mis: - Campak pada bayi
- Kolustrum ASI IgA polio
• Maturasi imunologik
Neonatus Fungsi makrofag , kadar
komplemen, aktifasi optonin
Pemberian Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil
vaksinasi ditunda sampai umur 2 bulan
Apabila diharapkan
• Cakupan imunisasi semaksimal mungkin atau
• Frekuensi penyakit , dampaknya pada neonatus
berat Imunisaasi dapat diberikan pada
neonatus
• Status imunologik respon terhadap vaksin
kurang
• Faktor genetik
– Secara genetik respon imun manusia terhadap
Ag tertentu baik, cukup, rendah
keberhasilan vaksinasi tidak 100%
• Kualitas, Kuantitas Vaksin
Cara pemberian
– Polio oral imunitas lokal dan sistemik
Dosis Vaksin
– Tinggi Menghambat respon
menimbulkan Efek Samping
– Rendah Tidak merangsang sel
imunokompeten
Frekuensi Pemberian
• Respon imun sekunder sel efektor aktif
lebih cepat, lebih tinggi produksinya,afinitas
lebih tinggi
Frekuensi pemberian mempengaruhi respon
imun yang terjadi
Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat
kadar Ab spesifik masih tinggi Ag
dinetralkan oleh Ab spesifik tidak
merangsang sel imunokompeten
Ajuvan
Zat yang meningkatkan respon imun
terhadap Ag
– mempertahankan Ag tidak cepat hilang
– mengaktifkan sel imunokompeten
Jenis Vaksin
Vaksin hidup menimbulkan respon imun
lebih baik
Faktor epidemiologik
Menentukan saat pemberian vaksinasi
Kandungan Vaksin
1.Antigen virus, bakteri.
– Vaksin yang dilemahkan
• Polio, Campak, BCG
– Vaksin mati
• Pertusis
– Eksotoksin
• Toksoid Dipteri, Tetanus
2. Ajuvan
– Persenyawaan Aluminium Sulfat
3. Cairan pelarut
– Air, Garam fisiologis cairan kultur jaringan, telur
Hal-hal yang merusak vaksin
• Panas semua vaksin
• Sinar matahari BCG
• Pembekuan toxoid
• Desinfeksi/antiseptik : sabun
Jadwal Imunisasi
• Untuk keseragaman
• Mendapatkan respon imun yang baik
berdasarkan keadaan epidemiologi,
prioritas penyebab kematian, kesakitan
PPI ( Program Pengembangan Imunisasi )
• BCG, Polio, DPT, Campak, Hepatitis B, TT ibu
hamil
Non PPI
• Hib Meningitis
• Typhim Typhus
• Varilrix Varisela
• MMR Measles, Mumps, Rubella
• Havrix Hepatitis A
Imunisasi ulangan
• Sering tidak diperhatikan
• Meningkatkan titer Ab yang mulai turun
Imunisasi BCG
• Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang
terhindar dari infeksi M.tuberculosa 100% tapi
dapat mencegah penyebaran penyakit lebih
lanjut.
• Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan
• Ditemukan oleh Calmette Guerin
• Diberikan sebelum usia 2 bulan
• Disuntikkan Intra kutan di daerah insertio
M.Deltoid dengan dosis 0,05ml, sebelah kanan
• Imunisasi ulang tidak perlu
• Vaksin BCG berbentuk bubuk kuning harus
dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%
• Setelah dilarutkan harus segera dipakai
dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.
• Penyimpanan pada suhu < 5 0C terhindar
dari sinar matahari
Cara penyuntikan BCG
• Bersihkan lengan dengan kapas air
• Letakkan jarum hampir sejajar dengan
lengan anak dengan ujung jarum yang
berlubang menghadap keatas
• Suntikkan 0,05 ml vaksin Intrakutan
– merasakan tahanan
– benjolan kulit yang pucat dengan pori-pori yang jelas
diameter 4 - 6 mm
Kenapa suntikan Intrakutan ?
• Vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo
berkembang biak reaksi indurasi, erytema,
pustula
• Setelah cukup berkembang subkutan –
kapiler-kel.limfe-peredaran darah
Bayi kulitnya tipis intrakutan sulit sering
suntikan terlalu dalam (subkutan)
Reaksi sesudah imunisasi BCG
1.Reaksi normal lokal
– 2 minggu indurasi, eritema kemudian
menjadi pustula
– 3 - 4 minggu pustula pecah menjadi
ulkus (tidak perlu pengobatan)
– 8 - 12 minggu ulkus menjadi scar
diameter 3 - 7 mm
2.Reaksi pada kelenjar
– Merupakan respon selular pertahanan tubuh
– Kadang terjadi di kel.axilla dan
supraklavikula
– Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi
– Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri,
demam (-)
– Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa
pengobatan
Komplikasi
1. Abses ditempat suntikan
– Abses bersifat tenang (cold abses) tidak
perlu terapi
– Oleh karena suntikan sub kutan
– Abses matang aspirasi
2. Limfadenitis Supurativa
– Oleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi
– Terjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasi
– Bila telah matang aspirasi
– Terapi tuberkulostatika mempercepat
pengecilan