Anda di halaman 1dari 8

OKLUSI VENA RETINA SENTRAL

Definisi

Sumbatan vena retina adalah suatu keadaan yang menggambarkan adanya


sumbatan yang bersifat akut pada vena retina, baik pada vena retina cabang
ataupun vena retina sentral (Budiono, 2013).

Epidemiologi dan Etiologi

Sumbatan vena retinal seringkali timbul pada penderita yang berusia di


atas 65 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada semua usia. Berdasarkan Beaver Dam
Eye Study, prevalensi sumbatan vena retina sentral adalah sebesar 0,1%.
Keterlibatan bilateral terjadi sekitar 10% dari kasus, lebih umum diikuti adanya
penyakit sistemik yang mendasari. Tidak dikenal adanya pola herediter pada
kelainan ini (Budiono, 2013).

Patofisiologi

Dari hasil temuan histopatologi pada mata dengan CRVO, ditemukan


adanya thrombus intravena pada atau didekat lamina kribrosa. Penekanan arteri
retina sentral terhadap vena retina sentral dipercaya menyebabkan turbulensi pada
aliran darah dan menyebabkan pembentukan thrombus intravena. Peningkatan
tekanan intraokuler juga merupakan faktor predisposisi kelainan ini, di mana
tertekuknya vena retina sentral pada posterior lamina kribrosa akan menyebabkan
turbulensi aliran darah (Budiono, 2013).

Menurut Ilyas (2013), beberapa penyebab sumbatan vena sentral


adalah sebagai berikut:

1. Akibat kompresi dari luar terhadap vena tersebut seperti yang terdapat
pada proses arteriosklerosis atau jaringan pada lamina kribrosa
2. Akibat penyakit pada pembuluh darah vena sendiri seperti
fibrosklerosis atau endoflebitis
3. Akibat hambatan aliran darah dalam pembuluh vena tersebut seperti
yang terdapat pada kelainan viskositas darah, diksrasia darah, atau
spasme arteri retina yang berhubungan.

Edema makula terjadi karena peningkatan permeabilitas sebagai respon


dari nonperfusi retina. Pada pasien dengan oklusi vena sentral, iskemia retina
menyebabkan sekresi VEGF yang meningkatkan permeabilitas vaskular (Yuan
dan Singh, 2011).

Terdapat dua bentuk oklusi vena sentral (Ilyas, 2014):

 Noniskemik atau retinopati stasis vena dengan permanen skotoma sentral,


yang tidak akan mengakibatkan neovaskular okuler. Pengelihatan pada
noniskemik turun perlahan akibat edema makula, iskemia atau keduanya.
Pada yang berlangsung lama akan terbentuk pembuluh darah kolateral
bernama optociliary shunt pada papil.
 Iskemik atau hemoragik retinopati, lebih gawat yang akan mengakibatkan
neovaskular glaucoma.

Tanda Klinis

Tajam pengelihatan : didapatkan adanya riwayat penurunan tajam pengelihatan


unilateral, tanpa disertai nyeri, yang timbul dalam hitungan jam, hari, atau
beberapa minggu. Pada nonischemic CRVO tajam pengelihatan berkisar antara
6/60 atau lebih baik, sedangkan pada ischemic CRVO biasanya memiliki tajam
pengelihatan yang lebih buruk (hitung jari atau lebih buruk). Sekitar 20% dari
kasus nonischemic CRVO akan berubah menjadi ischemic CRVO.

Pupil : ditemukan adanya defek afferent pupil, yang semakin meningkat sesuai
dengan penurunan tajam pengelihatan dan derajat peningkatan iskemia.

Segmen anterior : timbulnya rubeosis iridis, pada sekitar 20% kasus, yang terjadi
sekitar 3-5 bulan pasca sumbatan.
Segmen posterior : vena retina akan melebar dan terjadi peningkatan tortuosity,
yang juga disertai dengan adanya perdarahan retina dan edema. Selain itu
ditemukan edema macula. Neovaskularisasi dapat timbul baik pada papil saraf
optik maupun pada retina beberapa bulan setelah sumbatan (Budiono, 2013).

Makula : disfungsi makula terjadi pada hampir semua mata yang mengalami
oklusi vena sentralis. Walaupun sebagian mata menunjukkan perbaikan spontan,
sebagian besar mengalami penurunan pengelihatan sentral persisten akibat edema
makula kronis. (yessie)

Abraham dan Senthil (2009) menjelaskan mengenai perbedaan antara non


iskemik CRVO dengan iskemik CRVO sebagai berikut.

Non-ischemic CRVO Ischemic CRVO


Visus > 6/60 Visus < 6/60
< 10DD non-perfusi retina >10 DD non perfusi retina
Perdarahan “dot and blot” Perdarahan “flame shaped”
Retina relatif normal Retina berwarna oranye, keruh, dan
edema
Sedikit cotton wol spot Banyak cotton wol spot
Risiko rendah untuk neovaskularisasi Risiko tinggi untuk neovaskularisasi
70% dari kasus CRVO 30% dari kasus CRVO
Prognosis baik Prognosis buruk

Diagnosis Banding

 Retinopati diabetik
 Edema papil saraf optik

Evaluasi Diagnostik
Selain pemeriksaan standard dengan menggunakan oftalmoskop direk atau
indirek, maka perlu dilakukan pemeriksaan berikut.

1. Fundal Fluorescein Angiography, yang akan menunjukkan adanya


keterlambatan pengisian vena retina dan adanya kebocoran kontras
intraretina, yang secara menonjol tampak pada area macula. Adanya
daerah-daerah retina yang mengalami non perfusi timbul lebih dari 75
diameter papil saraf optic, maka insiden timbulnya neovaskularisasi akan
meningkat menjadi lebih dari 50% (Budiono, 2013). Iskemik CRVO akan
menggambarkan non perfusi kapiler retina atau obliterasi. Pada noniskemi
CRVO akan terlihat seluruh susunan kapiler terisi baik disertai beberapa
perdarahan retina dan melebarnya pembuluh darah retina. Dengan
angiografi fluoresein dapat ditentukan beberapa hal seperti letak
penyumbatan, apakah penyumbatan bersifat total atau sebagian, dan ada
atau tidaknya neovaskularisasi (Ilyas, 2014).
2. Elektroretinografi, akan didapatkan gambaran amplitude a-wave yang
normal, tetapi diikuti dengan menurun atau hilangnya amplitude b-wave
pada kasus dengan iskemi (Budiono, 2013).
3. Colour Doppler Imaging : teknik ini dapat digunakan untuk
memperkirakan onset dari neovaskularisasi dari iris pada CRVO. Metode
ini dapat digunakan selama 3 bulan dari waktu oklusi jika pemeriksaan
fluoresein angiografi susah dilakukan (karena oklusi kapiler belum
terbentuk atau adanya perdarahan retina (Williamson, 1997).
4. Optical coherence tomography (OCT): berdasarkan penelitian didapatkan
perubahan morfologi yang berhubungan dengan CRVO. Salah satu alasan
menurunnya ketajaman pengelihatan adalah adanya edema makula. Dan
pola edema makula dapat dilihat melalui OCT. Edema makula ditemukan
pada tipe non iskemik maupun tipe iskemik. Temuan edema makula akut
pada tipe iskemik maupun non iskemik memberikan gambaran edema
yang berbentuk seperti spons, perubahan kistik, dan lepasnya retinal
serous yang simetris bilateral di sekitar fovea (Noma, 2013).
5. Evaluasi sistemik:
a. Hipertensi
b. Diabetes mellitus
c. Sindrom hiperviskositas darah
d. Hiperlipidemia
e. Proses inflamasi atau infeksi (mis. Sarkoidosis, SLE, sifilis)

Gambar . Oklusi vena sentral non iskemik. A) Fase akut. B) tampak perivenular
ischaemic retinal whitening (PIRW). C) Non-akut. D) terdapat penutupan oleh
darah dan pengisian kontras pada dinding pembuluh darah, perfusi kapiler baik.
E) OCT menunjukkan edema makula (Bowling, 2016).
Gambar . Oklusi Vena Sentral Iskemik. A) cotton wool spot dalam jumlah yang
banyak dan bintik perdarahan yang berbentuk seperti kobaran api. B)
Opticocilliary shunt. C) Hipofluoresein karena adanya iskemia. D) iskemia
periferal masif (Bowling, 2016).

Penatalaksanaan

Penggunaan obat-obatan fibrinolitik secara sistemik dan laser


fotokoagulasi dilaporkan memiliki keberhasilan yang terbatas. Bila telah
didapatkan adanya rubeosis iridis dan glaucoma neovaskular maka dapat
dilakukan penyuntikan anti-VEGF secara intravitreal yang diikuti dengan pan
retinal fotokoagulasi (Budiono, 2013). Preparat anti-VEGF yang dapat digunakan
contohnya ranibizumab, bevacizumab, dan pegaptanib sodium (Shahsuvaryan,
2012). Pemberian kortikosteroid dapat dilakukan bila penyumbatan disebabkan
oleh flebitis. Injeksi periocular atau intravitreal triamcinolone dapat diberikan
pada edema makula (Ilyas, 2014). Fotokoagulasi grid makula tidak diindikasikan
untuk CRVO dengan edema makula. Meskipun fotokoagulasi tersebut efektif
dalam mengurangi edema angiografik, namun laser grid tidak memperbaiki visus.
Fotokoagulasi laser panretinal berguna dalam pengobatan komplikasi neovaskular
akibat CRVO (London dan Brown, 2011).

Gambar . Rubeosis iridis pada margin pupil (Bowling, 2016).

Komplikasi
Dua komplikasi utama yang berkaitan dengan oklusi vena retina adalah
penurunan pengelihatan akibat edema makula dan glaucoma neovaskular akibat
neovaskularisasi iris. (Yessie). Penyulit lain yang dapat terjadi pada oklusi vena
retina sentral adalah perdarahan ke dalam badan kaca. Bila terjadi perdarahan di
daerah makula maka fungsi makula tidak pernah normal seperti sedia kala (Ilyas,
2014).

Prognosis

Prognosis visual sangat tergantung pada tajam pengelihatan yang ditemui


pada saat diagnosis ditegakkan (Budiono, 2013). Biasanya perdarahan akibat
oklusi vena retina sentral diserap sesudah 6 bulan, bersama-sama edema retina
dan eksudat retina. Absorbsi akan lebih sempurna bila terdapat pembuluh darah
kolateral. Sampai 3 bulan oklusi masih terlihat kelainan pembuluh darah vena
pada FFA. Pada oklusi vena sentral bila dilakukan pemeriksaan FFA terlihat
penutupan koroid dan retina oleh perdarahan, dengan pengaliran arteri yang
lambat disertai dengan ukuran arteri irregular (Ilyas, 2014).

Anda mungkin juga menyukai