Anda di halaman 1dari 49

PENGELOLAAN TANAMAN

HORTIKULTURA
Kelompok 9

1. FARHAN HASBULLAH 1710213002


2. ANNISA NAJLA SALSABILA 1710213003
3. SAMY HARITS PURNAMA 1710213004
4. NADYA TRIANANDA 1710213005
5. ESTI NUR SHAFURA 1710213006
SUMBER KERAGAMAN GENETIK
KOMODITAS HORTIKULTURA
KEANEKARAGAMAN SUMBER DAYA
GENETIK
 Keberhasilan dalam proses seleksi untuk memperoleh
karakter yang diinginkan bergan-tung pada ketepatan
penggunaan metode seleksi serta adanya keragaman genetik
yang luas. Tanpa keragaman genetik tidak akan terjadi
perbaikan karakter tanaman yang diwariskan.
 Nilai keragaman genetik yang tinggi akan memudahkan
proses seleksi awal untuk karakter-karakter yang diinginkan
(Rebin et al.1995; Satoto dan Suprihatno 1996). Keragaman
yang sempit menunjukkan bahwa suatu individu dalam
populasi tersebut memiliki karakter yang hampir sama,
sehingga proses seleksi tidak akan efektif (Murdaningsih et
al. 1990).
CABAI

Tanaman cabai merah berperan penting


dalam kehidupan manusia :
 Sebagai sumber pendapatan bagi petani
 Sebagai penyedia lapangan pekerjaan
 Sebagai sumber vitamin dan mineral
bagai masyarakat
 Permintaan pasar akan cabai merah
terus meningkat
 Mendorong produsen benih menyediakan
benih sayuran yang bermutu
VARIETAS UNGGUL CABAI

 Varietas Lembang 1 (cabai


keriting)
Umur Panen : 90-95 hari
Potensi Hasil : 9,3 ton/ha
Beradaptasi dengan baik di
dataran rendah sampai tinggi
 Produksi per
• Produksi per
hektar +19,9
hektar 18 ton/ha ton/ha
• Umur mulai panen  Umur mulai panen
58 hst 58 hst
• Toleran terhadap  Agak toleran thd
hama penghisap penyakit
antraknose
daun
 Umur Panen : 81 – 84 HST
• Umur Panen : 88 – 95 HST
 Potensi Hasil : + 20.5
• Potensi Hasil : + 16,1 ton/ha ton/ha
• Kunggulan : Beradaptasi  Kunggulan : Beradaptasi
dengan baik pada dataran dengan baik pada dataran
medium musim kemarau medium
basah
ALPUKAT

 Alpukat Ijo Bundar


Alpukat ini berasal dari kebun Koleksi Tlekung, Batu,
Malang. Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi
dan kesuburan tanah. Selain itu gugur buah sedikit.  Berat buah
mencapai 300-400 g/buah, diameternya 7,5 cm dengan
panjang buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik
kuning dengan tebal 1 mm. Bentuk buah lonjong atau oblong,
berujung bulat dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya
hijau muda yang berangsur tua saat matang. Daging buah tebal,
berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih, dan kering. Bentuk
biji jorong dengan ukuran 4 cm  x 5,5 cm.
  Alpukat Mega Gagauan
Alpukat Mega Gagauan memiliki
keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat,
ukuran buah besar, daging buah tebal
berwarna kuning, agak pulen, permukaan agak
halus, kulit buah kemerahan, dan berpotensi
untuk mengangkat serta memperkenalkan
buah unggul daerah kepada khalayak yang
lebih luas. Selain itu, alpukat Mega Gagauan
mempunyai ciri berbuah terus menerus, berat
buah mencapai 600-800 g/buah, warna daging
buah kuning. Bentuk buah agak bulat (pangkal
dan ujung agak membulat). Panjang buah 12,5-
17,5 cm, diameter buah 11,5-15,5 cm, tebal
kulit buah 1 mm dengan tebal daging buah 1,9-
2,1 cm. Daging buah rasanya manis pulen,
kadar protein 1,49%,  dan  kadar lemak 6,41%.
Produksi buah/pohon 220-230 buah (140-175
kg)/tahun.
 Alpukat Mega Murapi
Alpukat Mega Paninggahan
memiliki keunggulan produksi tinggi,
bentuk buah bulat lonjong, ukuran
sendang, daging buah tebal berwarna
kuning mentega, pulen, permukaan
kulit halus, warna kulit buah merah
maron, berbuah terus menerus, berat
buah mencapai 250-400 g/buah,
warna daging buah kuning mentega.
Bentuk buah lonjong. Panjang buah
13,5-18 cm, diameter buah 7,5-9 cm,
tebal kulit buah 1 mm dengan tebal
daging buah 1,8-2,1 cm. Daging buah
rasanya manis pulen, kadar protein
1,16%, dan kadar lemak 7,95%.
Produksi bisa mencapai 880-1000
buah/pohon (300-350 kg)/tahun.
 Alpukat Mega Paninggahan
Alpukat Mega Paninggahan
memiliki keunggulan produksi
tinggi, bentuk buah bulat lonjong,
ukuran sendang, daging buah tebal
berwarna kuning mentega, pulen,
permukaan kulit halus, warna kulit
buah merah maron, berbuah terus
menerus, berat buah mencapai
250-400 g/buah, warna daging
buah kuning mentega. Bentuk buah
lonjong. Panjang buah 13,5-18 cm,
diameter buah 7,5-9 cm, tebal kulit
buah 1 mm dengan tebal daging
buah 1,8-2,1 cm. Daging buah
rasanya manis pulen, kadar protein
1,16%, dan kadar lemak 7,95%.
Produksi bisa mencapai 880-1000
buah/pohon (300-350 kg)/tahun.
PEMULIAAN TANAMAN DAN PRODUKSI BAHAN
PERBANYAKAN PADA PENGELOLAAN
TANAMAN HORTIKULTURA
PEMULIAAN TANAMAN

Pendorong utama bagi aplikasi teknik kultur jaringan tanaman


untuk perbanyakan dan pemuliaan berbagai spesies tanaman
adalah keberhasilan penelitian Morel (1960) pada perbanyakan
tanaman anggrek, dan juga pengembangan disertai penggunaan
yang luas dari medium yang mengandung garam-garam mineral
konsentrasi tinggi yang diformulasikan oleh Murashige dan
Skoog pada tahun 1962 (Murashige dan Skoog, 1962).
1. Kultur tanaman lengkap (misalnya kultur biji pada anggrek;
kultur bibit).
2. Kultur embrio (misalnya kultur embrio muda).
3. Kultur organ (misalnya kultur meristem).
• kultur pucuk (shoot tip).
• kultur akar.
• kultur daun.
• kultur antera.
4. Kultur kalus.
5. Kultur suspensi sel dan kultur sel tunggal.
6. Kultur protoplas.
PEMULIAAN
BERBASIS TEKNIK MOLEKULER
Pendekatan molekuler telah membuka cara baru untuk
transformasi genetik tanaman dengan tujuan merangkai sifat-
sifat baru, seperti bentuk tanaman, bunga, dan arsitektur
pembungaan, aroma, dan lain-lain. Aplikasi potensi teknologi
ini sedang gencar-gencarnya diusahakan oleh banyak institusi
di luar negeri. Semua teknologi yang digunakan semata-mata
adalah untuk mencapai perakitan kultivar novelty yang telah
menjadi faktor penting dalam pasar dan produksi anggrek
komersial, yang tentunya merupakan sasaran utama
pengembangan varietas baru di dalam industri tanaman hias
 Modifikasi genetik molekuler dapat diadopsi pemulia untuk
memunculkan tanaman dengan sifat estetika baru atau
novelty tersebut.
PRODUKSI BENIH

1.Untuk menjamin ketersediaan benih hortikultura bermutu


secara berkesinambungan dilakukan produksi benih melalui
perbanyakan secara generatif dan vegetatif
2.Perbanyakan benih secara generatif terdiri atas bersari bebas
dan hibrida
3.Perbanyakan benih secara vegetatif dilaksanakan dengan
cara konvensional dan/atau kultur invitro
PRODUKSI BENIH HORTIKULTURA

Generatif

Bersari bebas Hibrida


Produksi Benih Hortikultura

1.Benih Penjenis (BS) Generatif Benih hibrida yang


2.Benih Dasar (BD) dihasilkan dari
3.Benih Pokok (BP) persilangan antara 2
4.Benih Sebar (BR) (dua) atau lebih tetua
pembentuknya dan/
atau galur induk inbrida
homozigot disetarakan
dengan kelas BR
Produksi Benih Hortikultura

Vegetatif

Konvensional In Vitro
KONVENSIONAL
 Hasil perbanyakan benih secara vegetatif dengan cara
konvensional untuk tanaman semusim :
a. G0 diklasifikasikan sebagai BS;
b. G1 diklasifikasikan sebagai Benih Dasar 1 (BD-1);
c. G2 diklasifikasikan sebagai Benih Dasar 2 (BD-2);
d. G3 diklasifikasikan sebagai BP;
e. G4 diklasifikasikan sebagai BR
 Hasil perbanyakan benih secara vegetatif dengan cara
konvensional untuk tanaman tahunan :
a. pohon induk di BF diklasifikasikan sebagai BD
b. pohon induk di BPMT diklasifikasikan sebagai BP
c. tanaman di BPB diklasifikasikan sebagai BR
 Hasil perbanyakan benih secara vegetatif dengan cara
konvensional untuk tanaman terna:
a. rumpun induk di BF sebagai hasil perbanyakan dari RIP
diklasifikasikan sebagai kelas Benih Dasar
b. rumpun induk di BPB dari Rumpun Induk BF diklasifikasikan
sebagai kelas Benih Pokok
c. tanaman di BPB diklasifikasikan sebagai kelas Benih Sebar
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA
(SEMUSIM/TAHUNAN) DALAM SPT
PERSIAPAN LAHAN

 Persiapan lahan merupakan tahap awal yang penting untuk


menanam hortikultura.
 Bagaimana persiapan lahan diperlukan akan tergantung pada:
 Jenis tanaman yang akan dibudidayakan, ukuran tanaman,
serta umur panennya
 Teknik budidaya yang akan dilakukan.  Apakah
menggunakan sistem organik,hidroponik ataukah
konvensional
 Luasan lahan yang akan digunakan
 Persiapan lahan ini juga bisa menggunakan cara modern atau
konvensional.  Masing-masing cara memiliki kelebihan dan
kekurangan.
PEMBIBITAN

 Pembibitan ini dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang


nantinya akan dibudidayakan.
 Ini juga bisa disebut sebagai proses perbanyakan tanaman.
 Cara memperbanyak tanaman bisa dilakukan dengan dua
cara yakni generatif (menggunakan biji) dan vegetatif yang
menggunakan bantuan tangan manusia.
PENANAMAN BIBIT

 Bibit tanaman yang telah dipersiapkan, apabila telah cukup


umur, bisa di tanam di lahan.  Penanaman akan sangat baik
jika dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit atau
sore hari sebelum matahari terbenam.
PEMELIHARAAN TANAMAN

 Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan


pemupukan, penyiangan, dan pencegahan terhadap serangan
hama dan penyakit tanaman.
PANEN

 Panen dilakukan dengan mengambil daun, buah, batang atau


akar tanaman sesuai dengan jenis tanaman yang
dibudidayakan.
EFISIENSI DAN
EFEKTIFITAS
PENANGANAN PANEN
DAN PASCAPANEN
TANAMAN HORTIKULTURA
PENGERTIAN HORTIKULTURA

Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha


membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman
hias. Sehingga Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu
pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran
dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain
buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam
kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan. Ditinjau
dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi
kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan
protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan
rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan
hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga)
PANEN

Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian


yang telah cukup umur dan sudah saatnya untuk dipetik
hasilnya.Produk hortikultura setelah panen tidak bisa dinaikan,
hanya bisa dipertahankan. Pada saat panen kwalitas harus
maksimal, dengan penanganan yang baik dapat dipertahankan
untuk waktu yang lama. Indicator yang dapat digunakan untuk
penentuan waktu panen yang tepat menurut Purwadaria (1989)
antara lain sebagai berikut :
1. Indicator fisik
Indikator fisik sering digunakan khususnya pada beberapa
komuditas buah. Indikatornya adalah:
a. Buah mudah tidaknya dilepaskan dari tangkainya, uji kesegaran
buah dengan menggunkaan onenetrometer.
b.Uji kesegaran buah lebih objektif, karena dapat dikuantitatifkan.
PANEN

2. Indicator visual
Paling banyak dipergunakan baik pada komoditas bauh
ataupun komoditas sayur.Indikatornya yaitu:

a. Berdasarkan warna kulit,ukuran dan bentuk.


b. Berdasarkan karakteristik permukaan dan bagian tanaman
yang mengering.
Sifatnya sangat subjektif , keterbatasan dari indra
penglihatan manusia.Sering salah pemenenan dialakukan
terlalu muda/awal/atau terlalu tua/ lewat panen.
PANEN

3. Analisis kimia
Terbatas pada perusahan besar , lebih banyak pada komoditas
buah.Indikator nya adalah:

a. Jumlah kandungan zat padat terlarut,


b. Jumlah kandungan asam,
c. Jumlah kandungan parti,
d. Jumlah kandungan gula
Metode analisis kimia lebih objektif dari visual karena terukur. Dasarnya:
terjadinya perubahan biokimia selama proses pemasakan buah.
Perubahan yang sering terjadi adalah:

a. Pati menjadi gula,


b. Menurunnya kadar asam,
c. Meningkanya zat padat terlarut.
PANEN

4. Indikator fisiologis
Indikator utamanya adalah:
a. Laju respirasi
b. Jumlah konsentrasi dan konsentrasi etilen.
Indikator fisiologis sangat baik diterapkan pada komoditas
yang bersifat klimaterik.Saat komoditas tercapai masak
fisiologis respirainya mencapai klimaterik.Apabila laju respirasi
suatu komoditas sudah mencapai klimaterik, siap dipanen.
PANEN

5. Komputasi
Indeksnya adalah:
a. Jumlah dari rata-rata harian selama satu siklus hidup
tanaman mulai dari penanaman sampai masak fisiologis.
b. Unit panas setiap tanaman.
Dasarnya adalah adanya korelasi positif antara suhu
lingkungan denagn pertumbuhan tanaman.Dapat diterapkan
baik pada komoditas buah maupun sayur
Setelah diketahui bahwa produk hortikultura sudah cukup
tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan produk
harus dikumpulkan di lahan secepat mungkin. Panen harus
dilakukan secepat mungkin, dengan kerusakan produk sekecil
mungkin, dan biaya semurah mungkin. Umumnya panen masih
dilakukan secara manual menggunakan tangan dan peralatan-
peralatan sederhana. Meskipun memerlukan banyak tenaga
kerja, panen secara manual masih lebih akurat, pemilihan
sasaran panen juga dapat lebih baik dilakukan, kerusakan fisik
yang berlebihan dapat dihindari, dan membutuhkan biaya yang
lebih kecil dibandingkan dengan panen menggunakan peralatan
mekanis (Suparlan, 1990)
Cara panen yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dengan cara ditarik: apokat, kacang polong, tomat
2. Dengan cara dipuntir: jeruk, melon
3. Dengan cara dibengkokkan: nenas
4. Dengan cara dipotong: buah dan sayuran pada umunya, dan
bunga potong
5. Dengan cara digali dan dipotong: umbi, dan sayuran akar
6. Dengan menggunakan galah: buah pada di pohon yang tinggi
secara umum
BEBERAPA BAGIAN YANG DIPANEN
MENURUT DHALIMI(1990) ANTARA LAIN :
a. Biji.
Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena perbedaan
waktu pematangan dari buah atau polong yang berbeda.
Pemanenan biji dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis.
Fase ini ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah
atau polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan
sempurna. Kulit buah atau polong mengalami perubahan warna
misalnya kulit polong yang semula warna hijau kini berubah
menjadi agak kekuningan dan mulai mengering. Pemanenan biji
pada tanaman se-musim yang sifatnya determinate dilakukan
secara serentak pada suatu luasan tertentu. Pemanenan dilaku-kan
setelah 60% kulit polong atau kulit biji sudah mulai mongering. Hal
ini berbeda dengan tanaman se-musim indeterminate dan tahunan,
yang umumnya dipanen secara ber-kala berdasarkan pemasakan
dari biji/polong.
BEBERAPA BAGIAN YANG DIPANEN
MENURUT DHALIMI(1990) ANTARA LAIN :

b. Buah.
Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara
me-metik. Pemanenan sebelum masak fisiologis akan
menghasilkan buah dengan kualitas yang rendah dan
kuantitasnya berkurang. Buah yang dipanen pada saat masih
muda, seperti buah mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah
ceplukan akan memiliki rasa yang tidak enak dan aromanya
kurang sedap. Begitu pula halnya dengan pemanenan yang
terlambat akan menyebabkan pe-nurunan kualitas karena akan
terjadi perombakan bahan aktif yang ter-dapat di dalamnya
menjadi zat lain. Selain itu tekstur buah menjadi lembek dan
buah menjadi lebih cepat busuk.
BEBERAPA BAGIAN YANG DIPANEN
MENURUT DHALIMI(1990) ANTARA LAIN :
c. Daun.
Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh
maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan
dilakukan dengan memangkas tanaman. Pemangkasan dilakukan
dengan menggunakan pisau yang bersih atau gunting stek.
Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil produksi yang
diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah,
seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1 - 1,5
tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan
lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam. Demikian juga
dengan pe-manenan yang terlambat menyebab-kan daun
mengalami penuaan (se-nescence) sehingga mutunya rendah
karena bahan aktifnya sudah ter-degradasi. Pada beberapa
tanaman pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses
panen.
BEBERAPA BAGIAN YANG DIPANEN
MENURUT DHALIMI(1990) ANTARA LAIN :

d. Rimpang.
Untuk jenis rimpang waktu pe-manenan bervariasi tergantung peng-
gunaan. Tetapi pada umumnya pe-manenan dilakukan pada saat tanam-an
berumur 8 - 10 bulan. Seperti rimpang jahe, untuk kebutuhan eks-por
dalam bentuk segar jahe dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah tanam,
sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan. Selanjutnya untuk keperluan pem-
buatan jahe asinan, jahe awetan dan permen dipanen pada umur 4 - 6
bulan karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi.
Sebagai bahan obat, rimpang di-panen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan
setelah tanam. Untuk temu-lawak pemanenan rimpang dilaku-kan setelah
tanaman berumur 10 - 12 bulan. Temulawak y ang dipanen pada umur
tersebut menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi.
Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen
pada pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan
mulai menge-ringnya bagian tanaman y ang berada di atas permukaan
tanah (daun dan batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan
kencur.
BEBERAPA BAGIAN YANG DIPANEN
MENURUT DHALIMI(1990) ANTARA LAIN :

e. Bunga
Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik
dalam bentuk segar maupun kering. Bunga yang digunakan
dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada saat bunga
kuncup atau setelah per-tumbuhannya maksimal. Berbeda
dengan bunga yang digunakan dalam bentuk kering,
pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang mekar. Seperti
bunga piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih
kuncup menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar.
BEBERAPA BAGIAN YANG DIPANEN
MENURUT DHALIMI(1990) ANTARA LAIN :

f. Kayu
Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk
senyawa metabolit sekunder secara maksimal. Umur panen
tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman dan ke-
cepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang
baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena
apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti
tanin dan sappan masih relatif sedikit.
PENANGANAN PASCA PANEN:
GOOD HANDLING PRACTICES (GHP)

Good Handling Practices (GHP) adalah penanganan


pascapanen yang baik, hal ini berkaitan dengan teknologi dan
cara penggunaan sarana dan prasarana yang tepat.
Dengan penerapan GHP diharapkan akan diperoleh mutu
produk yang sesuai dengan standar ( SNI ) dan kebutuhan
konsumen terpenuhi dengan tepat. Pascapanen bertujuan
untuk mempertahankan mutu produk segar sehingga waktu
diterima konsumen kondisinya masih baik. Selain itu juga
bertujuan untuk menekan kehilangan (losses) saat penanganan
pascapanen, memperpanjang daya simpan dan meningkatkan
nilai ekonomis produk pertanian.
KEGIATAN PASCAPANEN YANG DILAKUKAN DENGAN
BAIK AKAN DAPAT MEMBERIKAN HASIL SEBAGAI
BERIKUT :

 Mempertahankan mutu sampai di tangan konsumen


 Menekan kehilangan dan kerusakan bahan saat pascapanen.
 Meningkatkan daya saing produk
 Meningkatkan efisiensi usahatani

Pascapanen adalah ”suatu kegiatan yang meliputi


pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan, pengemasan,
penyimpanan, standarisasi mutu dan transportasi hasil
budidaya pertanian” (UU No 12 tahun 1992, pasal 31)
PENGUMPULAN

Yaitu upaya menyatukan hasil panen pada


tempat/wadah/media tertentu sebelum dilakukan kegiatan
penanganan pascapanen selanjutnya
 Sortasi: Pemilahan komoditi yang baik dari yang rusak atau
cacat dan benda asing lainnya
 Pembersihan: Upaya untuk membuang kotoran pada
permukaan kulit buah atau sayuran sebelum komoditi
dikonsumsi/diolah lebih lanjut
 Grading: Kegiatan pengkelasan produk berdasarkan
karakteristik fisik seperti ukuran, bentuk dan warna
 Pengemasan: Proses perlindungan komoditi dari gangguan
faktor luar yang dapat mempengaruhi masa simpan komoditi
dengan memakai media (bahan) tertentu.
FUNGSI PENGEMASAN

Melindungi komoditi dari kerusakan mekanis, menciptakan daya


tarik bagi konsumen dan memberikan nilai tambah produk,
serta memperpanjang daya simpan produk.
 Pelabelan
Memberikan label pada kemasan produk yang berisi nama
komoditi, kelas mutu, nama produsen, alamat produsen, tanggal
poroduksi/panen, tanggal kadaluarsa serta berat bersih.
 Pemeraman/ripening
Proses untuk merangsang buah agar merata masaknya dengan
menggunakan gas karbit / etilen
 Pengawetan
Upaya untuk memperpanjang masa simpan suatu komoditi
dengan cara pengeringan, pendinginan dll
PROSES PENANGANAN

a. Pengumpulan
Lokasi pengumpulan dan penampungan bahan harus berdekatan dengan
lokasi pemanenan. Produk segar harus dihindari dari kontak langsung
dengan sinar matahari. Perlakuan dan wadah yang digunakan harus
disesuaian dengan sifat khusus produk

b. Sortasi: Selama proses sortasi harus terhindar dari sinar matahari


langsung

c. Pencucian
 Gunakan air yang memenuhi standar baku air
 Produk berupa rimpang, umbi dan buah yang memerlukan penyikatan
waktu pencucian maka sikat yang digunakan harus lembut agar kulit
produk tidak terkelupas
 Pengeringan bisa dilakukan dengan spiner atau semprotan
d. G ra din g
S ela m a gra din g ha r us t er hin da r da ri s in a r m at a ha r i l an g su n g
e . Pe n ge m as a n
B ah a n k e m a s a n ha r u s dis e s u ai ka n de n a n sif at kh u s u s pro du k , s e pe r ti
k a rdu s/box , peti, k er a nj a ng ba m bu, k o ta k k a yu , j a rin g/ ne t, ka nto n g pl as tik ,
k er an j an g pl as tik dll .
f. Pe m e r am an
G un a k an e t ilen den ga n s u h u 18 – 28 oC . K om odi ti ya n g be rbe da h ar u s di pe ra m
pa da wa dah ya ng ber be da pu la
g. Pe n yim pa na n
Pe ny im pa n an h a ru s m e m pe rh a tik a n si fa t produ k ya n g be rk a ita n de n ga n da ya
s im pa n . P en yim pa n a n bis a di la ku k an de n ga n pe n ge n da lia n s u h u s e s u a i de n ga n
k ebut u ha n pr oduk .
h . Tra n s po rta s i
Pe rh a tik a n la m a wa k tu pe n gan g ku ta n , wa da h ya n g di gun a k an , c a ra
pen u m pu ka n da n ta ta l eta k ba ha n .
Pe rh a tik a n k elem ba ba n se la m a tr a ns po rt a si, te r u ta m a bila pe rj al an a n bu tu h
wa ktu le bih da ri 2, 5 ja m . Hi nda ri ko n ta k la n gsu ng de n ga n s in a r m at ah a r i.
Hi nda ri be n tu ra n da n ge se ka n s e l am a pe n ga n gk ut an

Anda mungkin juga menyukai