1945 ( UUDNRI 1945) Pasal 2 : Bahwa sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila Dalam Pasal 35 (5) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah Agama, Pancasila, Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia . Ketentuan Pasal 10 (1) menyatakan bahwa Mata kuliah Kewarganegaraan, wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi, yang terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan Bahwa Perguruan Tinggi harus menyelenggarakan pendidikan Pancasila minimal 2 SKS Pancasila merupakan dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia dan merupakan keharusan moral bagi generasi muda dan seluruh rakyat untuk dapat memahami makna sila-sila Pancasila dan mengimplementasikan dalam kehidupan berbangsa . Dalam perspektif UUD 1945, Pancasila berada dalam dua kedudukan yakni: (1) Sebagai “Cita Hukum” (Rechtsidee). Sebagai Rechtsidee, Pancasila berada dalam tata hukum Indonesia namun terletak di luar sistem norma hukum. Dalam perspektif ini, Pancasila berfungsi secara konstitutif dan regulatif terhadap norma yang ada dalam sistem norma . hukum (2). Sebagai Norma Dasar (Grundnorm, Staatsfundamentalnorm, Basic Norm),
Sebagai norma tertinggi dalam sistem norma
hukum Indonesia, yang berasal dari Pokok- Pokok Pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. PS sebagai Grundnorm menyebabkan tidak tergolong sebagai bagian dari hukum positif, Ia melampaui tata hukum positif dan menjadi penentu validitas seluruh hukum tata positif Sebagainorma tertinggi, norma inilah yang menciptakan semua norma- norma lain yang lebih rendah dalam sistem norma hukum tersebut, dan norma tertinggi inilah yang menentukan berlaku atau tidaknya norma-norma yang lebih rendah, serta menjadi sumber validitas (sah nya) norma-norma yang lebih rendah. Pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan pidato tanpa teks yang berisi “Pemandangan Oemoem” mengenai “dasar filsafat negara”. Pada saat itulah untuk pertama kalinya Soekarno menyebut istilah “dasar filsafat negara” (Phlosophische Grondschlag) yang terdiri dari lima sila, yaitu : (1) Kebangsaan Indonesia, (2) Internasionalisme atau perikemanusiaan, (3) Mufakat atau demokrasi, (4) Kesejahteraan sosial, dan (5) Ketuhanan yang berkebudayaan. Rumusan ini kemudian diubah oleh ‘Panitia Sembilan’ - diketuai Soekarno -yang bertugas menyusun rancangan “Pembukaan Hukum Dasar”. Hasil rumusan inilah yang kemudian dikenal dengan “Piagam Jakarta”, dan mengalami perubahan tata urutan seperti yang sekarang kita kenal dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dengan dihapusnya (komproni antara kalangan Nasionalis Religius dan Islam Nasionalis) kalimat ‘dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk). Ideologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani: eidos dan logos; dalam bahasa Latin: idea. Eidos berarti melihat, memandang dan juga berarti pikiran (idea). Logos berarti “kata”, “pengertian”, “budi”, “ilmu”. Ideologi berarti “science of ideas”. Secara lebih luas, Ideologi berarti seperangkat ide asasi tentang manusia dan dunia, yang dijadikan pedoman dan cita-cita tentang tatanan kehidupan kemasyarakatan antara manusia hidup ( cf. A.Gunawan S.,1990:124 dan Arief Sidharta: 10). Ideologi itu adalah hasil pemikiran manusia Ideologi Negara merupakan ‘’Guiding
principles” (Asas) atau “direction of life”
bagi semua kegiatan dalam menjalani kehidupan bernegara. Sebagai asas me-negara PS dapat dikatakan
adalah dasar-dasar Filsafat Negara atau
dasar-dasar Ideologi Negara (Sumber: B Arief Sidharta) Menurut Prof. Notonagoro, Cita Hukum tidak lain adalah Pancasila (baca: Penjelasan Umum UUD 1945 sebelum perubahan). Disebutkan bahwa Pancasila adalah Cita Hukum (Rechtsidee) yang menguasai Hukum Dasar Negara, baik Hukum Dasar yang tertulis maupun Hukum Tidak Tertulis. Cita Hukum adalah konstruksi pikir yang merupakan keharusan bagi mengarahkan hukum kepada cita-cita yang diinginkan masyarakat (cf.:Rudolf Stmmler, Filsuf Neo Kantian, 1856- 1939). Cita Hukum (‘mutatis mutandis’ berlaku untuk Pancasila sebagai Cita Hukum) berfungsi: 1.Fungsi Konstitutif, yaitu menentukan dasar suatu tata hukum, yang tanpa itu suatu tata hukum kehilangan arti dan maknanya sebagai hukum. 2.Fungsi Regulatif, yaitu menentukan apakah suatu hukum positif adil atau tidak adil. – Cita Hukum kita adalah Pokok-Pokok Pikiran Dalam Pembukaan = Pancasila (Ideologi Pancasila). PANCASILA sebagai Ideologi pada hakekatnya adalah nilai, yaitu: ◦ nilai religius (terkandung dalam Sila pertama), ◦ nilai kemanusiaan atau humanitas (terkandung dalam Sila kedua), ◦ nilai persatuan bangsa (terkandung dalam Sila ketiga), ◦ nilai kerakyatan (terkandung dalam Sila keempat), dan ◦ nilai keadilan sosial (cf. Prof. Dardjo Darmodihardjo, Paper,1996;2-3). Dengan Ideologi Pancasila dimaksud sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan dan nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (cf. Soerjanto Poespowardojo,1991:44). Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila inilah mestinya dipandang sebagai “patron”, “pola”, “model” atau “paradigma untuk membangun bangsa dan negara Indonesia ke depan