Anda di halaman 1dari 23

ULKUS

PEPTIKUM
ANGGITA STEVANIA (200106019)
ANTI AMELIA (200106023)
BAGAS KARA ALFARIDZI
(200106031)
DEFINISI

Penyakit ulkus peptikum merupakan keadaan kronis yang


menimbulkan kehilangan jaringan mukosa, submokasa, dan
kadang-kadang jaringan otot dengan lesi berbentuk sirkumskripta
pada bagian traktus GI yang terkena getah lambung yang
mengandung pepsin serta asam lambung. Ulkus peptikum
dideskripsikan sebagai:
▪ Ulkus lambung (ulkus ventrikuli) : mengenai mukosa lambung,
▪ Ulkus duodeni : mengenai pilorus atau duodenum,
▪ Ulkus primer : terjadi tanpa faktor predisposisi, atau
▪ Ulkus sekunder (stress ulcers) : terjadi karena stress yang
ditimbulkan oleh penyakit atau cedera berat yang melatarinya
(misalnya luka bakar berat, sepsis, penyakit intrakranial, trauma
berat, kegagalan organ yang multisistem) atau pemakaian obat
ulserogenik (misalnya salisilat, obat NSAID sulfas ferosus)
ETIOLOGI

Kebanyakan ulkus terjadi jika sel-sel mukosa usus tidak


menghasilkan produksi mukus yang adekuat sebagai perlindungan
terhadap asam lambung. Penyebab penurunan produksi mukus
dapat termasuk segala hal yang menurunkan aliran darah ke usus,
menyebabkan hipoksia lapisan mukosa dan cedera atau kematian
sel-sel penghasil mukus. Ulkus jenis ini disebut ulkus iskemik.
Penurunan aliran darah terjadi pada semua jenis syok.
▪ Jenis khusus ulkus iskemik yang timbul setelah luka bakar yang parah disebut ulkus
Curling (Curling Ulcer).
▪ Penurunan produksi mukus di duodenum juga dapat terjadi akibat penghambatan
kelenjar penghasil mukus di duodenum, yang disebut kelenjar Brunner
▪ Penyebab utama penurunan produksi mukus berhubungan dengan infeksi bakterium
H.pylori membuat koloni pada sel-sel penghasil mukus di lambung dan duodenum
▪ Penggunaan beberapa obat, terutama obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), juga
dihubungkan dengan peningkatan risiko berkembangnya ulkus.
PATHWAY (JALAN MASUK)
PATOFISIOLOGI

Mukus melapisi saluran pencernaan dan bertindak sebagai perintang melawan sekresi
lambung. Produksi mucus yang terlalu sedikit ditambah dengan produksi asam yang
berlebihan akan menyebabkan saluran pencernaan rentan terhadap erosi asam dan
ulserasi. Erosi pada lapisan mukosa dapat menyebabkan pembentukan fistula. Fistula
memungkinkan isi lambung yang asam bocor ke dalam peritoneum, yang
mengakibatkan peritonitis. Stress, kafein, merokok dan mengonsumsi alcohol
meningkatkan produksi asam lambung. Obatobatan seperti NSAID dan aspirin
menghambat prostaglandin, yang melindungi lapisan mukosa (Hogan and Hill, 2004).
Infeksi bakteri H.pylori menyebabkan kematian sel epitel mukosa pada lambung dan
duodenum. Bakteri melepaskan toksin dan enzim yang mengurangi efisiensi mucus
dalam melindungi lapisan mukosa pada saluran pencernaan. Sebagai respon terhadap
infeksi bakteri, tubuh memulai respon inflamasi, yang mengakibatkan penghancuran
lapisan mukosa dan ulserasi lebih lanjut.
Gambar 3. Gambaran penyakit ulkus peptikum (Price dan Wilson, 2005).
MANIFESTASI (GEJALA) KLINIS

Gambaran klinis utama tukak peptik adalah kronik dan nyeri epigastrium. Nyeri
biasanya timbul 2 sampai 3 jam setelah makan atau pada malam hari sewaktu
lambung kosong. Nyeri ini seringkali digambarkan sebagai teriris, terbakar atau rasa
tidak enak. Remisi dan eksaserbasi merupakan ciri yang begitu khas sehingga nyeri di
abdomen atas yang persisten. Pola nyeri- makan- hilang ini dapat saja tidak khas pada
tukak lambung. Bahkan pada beberapa penderita tukak lambung makanan dapat
memperberat nyeri. Biasanya penderita tukak lambung akan mengalami penurunan
berat badan. Sedangkan penderita tukak duodenum biasanya memiliki Berat tetap.
Penderita tukak peptik sering mengeluh mual, muntah dan
regurgitasi. Timbulnya muntah terutama pada tukak yang masih
aktif, sering dijumpai pada penderita tukak lambung daripada tukak
duodenum, terutama yang letaknya di antrum atau pilorus. Rasa
mual disertai di pilorus atau duodenum. Keluhan lain yaitu nafsu
makan menurun, perut kembung, perut merasa selalu penuh atau
lekas kenyang, timbulnya konstipasi sebagai akibat instabilitas
neromuskuler dari kolon (Akil, 2006).
Penderita tukak peptik terutama pada tukak duodenum mungkin dalam mulutnya
merasa dengan cepat terisi oleh cairan terutama cairan saliva tanpa ada rasa.
Keluhan ini diketahui sebagai water brash. Sedang pada lain pihak kemungkinan juga
terjadi regurgitasi pada cairan lambung dengan rasa yang pahit (Akil, 2006). Secara
umum pasien tukak gaster mengeluh dispepsia. Dispepsia adalah suatu sindrom atau
kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah, kembung,
nyeri ulu hati, sendawa atau terapan, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat
merasa kenyang (Tarigan, 2001).
KOMPLIKASI ULKUS PEPTIKUM

Komplikasi yang dapat timbul pada umumnya :


1. Perdarahan : hematemesis/ melena dengan tanda syok apabila
perdarahan masif dan perdarahan tersembunyi
2. Anemia : Anemia dapat terjadi apabila terjadi kekurangan darah
berlebihan dan anemia kronik
3. Perforasi : nyeri perut menyeluruh sebagai tanda peritonitis
4. Gastric Outlet Obstruction : keluhan pasien akibat komplikasi ini berupa
cepat kenyang, muntah berisi makanan tak tercerna, mual, sakit perut
setelah makan/ post prandial, berat badan menurun.
Komplikasi Pasca Operasi:

1. Obstruksi loop aferent (Billroth II),


2. Bile reflux gastritis,
3. Dumping syndrome (pengosongan lambung menjadi cepat dengan abdominal
distress),
4. Postvagotomy diare,
5. Bezoar,
6. Anemia (iron, B12, malabsorpsi folat),
7. Malabsorption,
8. Osteomalacia and osteoporosis (malabsorpsi vitamin D and Ca), dan - Gastric
remnant carcinoma.
PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi untuk penderita ulkus peptikum adalah meredakan rasa nyeri, mempercepat proses
kesembuhan, mencegah komplikasi, dan menghindari eksaserbasi. Penatalaksanaan ulkus peptikum
terutama berupa tindakan medis dan terdiri atas pemberian obat-obat yang mengurangi atau menetralisir
sekresi asam lambung, obat yang digunakan seperti antasid, preparat antisekresi asam lambung
meliputi antagonis reseptor histamin (H2) (seperti simetidin (Tagamet), ranitidin (Zantac), dan
famotidin (Pepcid)) dan inhibitor pompa proton (meliputi omeprazol (Prilosec, Losec) dan lansoprazol
(Prevacid)) terkadang senyawa bismuth juga direspkan untuk menyembuhkan ulkus peptikum, dan bila
memungkinkan stresor yang diketahui juga harus dikurangi. [wong:2008]
Pasien dengan ulkus peptikum harus mendapatkan makanan bergizi dan menghindari
mengkonsumsi kafein, alkohol dan rokok. Anak dengan ulkus peptikum akut dengan komplikasi
pendarahan masif, memerlukan perawatan kedaruratan, pemberian infus cairan, tranfusi darah
atau plasma bergatung pada jumlah darah yang hilang. Intervensi bedah mungkin harus dilakukan
dalam penatalaksanaan komplikasi ulkus peptikum seperti perdarahan, perforasi atau obstruksi
saluran keluar lambung. Pengikatan sumber perdarahan atau penutupan lubang perforasi dapat
dikerjakan. Vagotomi dan piloroplasti mungkin diperlukan pada anak dengan ulkus peptikum
rekuren kendati sudah dilakukan terapi medis yang agresif. [wong:2008]
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis ulkus peptikum ditegakkan berdasarkan pengamatan


klinis, hasil pemeriksaan radiologi dan endoskopi, disertai biopsi
untuk pemeriksaan histopatologi, tes CLO (Campylobacter Like
Organism), dan biakan kuman Helicobacter pylori. Secara klinis
pasien mengeluh nyeri ulu hati kadang-kadang menjalar ke
pinggang disertai mual dan muntah (Tarigan, 2009).
PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum :
GCS :
▪ Ciri tubuh : kulit, rambut, postur tubuh.
▪ Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
2.Head to toe :
Kepala
▪ Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
▪ Palpasi : nyeri tekan dikepala.
Wajah
▪ Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
▪ Palpasi : nyeri tekan di wajah.
Mata
▪ Inspeksi : bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil,
▪ Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna
mukosa sclera
Hidung :
▪ Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret
▪ palpasi : nyeri tekan pada hidung
Mulut
▪ Inspeksi : bentuk mulut, bentuk mulut, bentuk gigi
▪ Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi
Leher
▪ Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher
▪ Palpasi : nyeri tekan pada leher.
Dada
▪ Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi
pernapasan.
▪ Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal
fremitus, nyeri tekan.
▪ Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
▪ Auskultasi : bunyi paru dan suara napas
Payudara dan ketiak
▪ Inspeksi : bentuk, benjolan
▪ Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan
Abdomen
▪ Inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen
▪ Auskultasi : bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien.
▪ Perkusi : batas hepar,batas ginjal,batas lien,ada/tidaknya pnimbunan cairan
diperut
Genitalia
▪ Inspeksi : bentuk alat kelamin,distribusi rambut kelamin,warna rambut
kelamin,benjolan
▪ Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin
Integumen
▪ Inspeksi : warna kulit,benjolan
▪ Palpasi : nyeri tekan pada kulit
Ekstremitas Atas :
▪ Inspeksi : warna kulit,bentuk tangan
▪ Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot Bawah :
▪ Inspeksi : warna kuliy,bentuk kaki
▪ Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai