Bahan Kuliah Filsafat Ilmu
Bahan Kuliah Filsafat Ilmu
BIDANG/WILAYAH FILSAFAT
Estetika
Etika,
Religi
MANUSIA
F. Ilmu
Logika
Metodologi
Problem yang dibahas dalam
Filsafat Ilmu Pengetahuan:
1. Persepsi (Perception).
2. Reason (rasio): Deduction, induction,
abduction; dialectic
3. Introspection
4. Sumber lain: Intuition, telepathy,
clairfoyance, precognition.
Sumber Pengetahuan (Hosper,
1967, 123-24):
Problem
o Ilmu-ilmu Alam/ Biologi Ilmu Sosial-Humaniora
1 Generalisasi Ya: Uniformitas alam Tidak: Keunikan & heterogenitas
2 Eksperimen Ya: Terkontrol Tidak/sulit dikontrol
3 Kebaruan Statis Dinamis
4 Kompleksit Tidak rumit/dapat diisolasi Kompleks/sulit diisolasi
as
5 Prognosa/ Ya Sulit
prediksi
6 Obyektivita Ya Tidak: interaksi subjek-obyek
s
7 Holisme Tidak (tapi atomistis) Ya (Ganzheit)
8 Interpretasi/ Tidak Ya
Intuisi
9 Nominalis- Nominalis: konsep umum Esensialis: memahami
Esensialis hanya nama (wakil) fakta-
fakta individual
1 Kuantitatif Ya Tidak ( tapi kualitatif)
0
• Kuhn menggunakan pengertian paradigma
dengan dua puluh satu pengertian yang
berbeda-beda. Masterman membantu untuk
menjelaskan pengertian paradigma Kuhn
dengan mereduksir kedua puluh satu konsep
Kuhn itu pada tiga tipe paradigma. Tipe
paradigma itu antara lain: 1) paradigma
metafisik (metaphysical paradigm) ,: 2)
Paradigma sosiologis (sociological paradigm)
dan; 3) Paradigma konstruk (construct
paradigm) (Ritzer,2002;4).
• Paradigma metafisik, memerankan beberapa fungsi:
• Untuk menentukan masalah ontologi (realitas, obyek)
yang menjadi fokus atau obyek kajian ilmiah dari
komunitas ilmuwan tertentu. Misalnya dalam paradigma
Positivisme dalam sosiologi obyek yang dikaji adalah
fakta sosial
• Menunjuk pada komunitas ilmuwan tertentu bagaimana
mereka menemukan realitas atau obyek (problem
ontologi) yang menjadi pusat perhatiannya.
• Menunjuk kepada ilmuwan yang berharap untuk
menemukan sesuatu yang sunguh-sungguh ada sesuai
dengan pandangan (1) dan (2). (Bandingkan dengan
Ritzer; 2002; 5).
• Paradigma sosilogi;Pengertian yang dikemukakan Masterman
tentang paradigma sosilogi ini mirip dengan exemplar pada Kuhn.
Eksemplar berkaitan dengan bekiasaan-kebiasaan, keputusan-
keputusan dan aturan yang diterima serta hasil penelitian yang
diterima secara umum, Hasil penelitian yang diterima secara umum
inilah yang dimaksudkan dengan eksemplar. Misalnya penelitian
Durkheim, Max Weber, Atfred Schulz dalam sosiologi; Freud,
Skinner, Maslow dalam psikologi, yang hasil penelitian ini kamudian
dijadikan contoh penelitian oleh pendukung paradigma tersebut.
Durkeim menjadi model bagi paradigma fakta sosial, Max Weber
dengan Social Action-nya menduduki eksempakr bagi sosiologi
interpretatif, sehingga mereka disebut sebagai “jembatan
paradigma”. Hal Yang sama tentu dapat diberikan pada Freud
(paradigma Psikoanalisa; Skinner (paradigma Behaviorisme) dan
Maslow (paradigma Humanistik) sebagai “jembatan paradigma”
ilmiah dalam psikologi
• Paradigma Konstruk; adalah konsep
yang paling sempit dari ketiga paradigma
yang dikemukakan Masterman. Untuk
menjelaskan paradigma konstruk ia
memberikan contoh: pembangunan
reaktor nuklir merupakan paradigma
konstruk dalam fisika nuklir, mendirikan
laboratorium menjadi paradigma konstruk
bagi psikologi eksperimental
(behaviorisme) dan seterusnya.
• Pergeseran paradigma ilmiah itu mengandung beberapa
unsur/pengertian:
• Munculnya cara berpikir baru mengenai masalah masalah baru
• Dapat berupa prinsip yang selalu hadir, akan tetapi tidak kita
kenal/sadari (bandingkan dengan dimensi yang teka terungkap
menurut Michel Polanyi)
• Paradigma baru tidak dapat diterapkan kecuali dengan
meningggalkan paradigma lama (prinsip incommonsurable)
• Paradigma baru selalu dihadapi/ditanggapi dengan kecurigaan dan
permusuhan (ingat tantangan terhadap Giordano Bruno dan Gelileo
Galilei sewaktu mereka mengajukan teori heliosentris yang
menggeser teori geosentris yang didukung oleh tokoh-tokoh gereja)
(Smith, Linda & W. Raeper,2000, 247).
• Dalam sosiologi menurut George Ritzer setidaknya ada
tiga paradigma yang bersaing dengan beberapa varian
teori yang dipayunginya. Paradigma itu antara lain:
• paradigma fakta sosial dengan variannya: a) teori
fungsionalisme struktural; b) teori konflik; c) teori sistem;
d) teori siologi makro.
• Paradigma Definisi sosial dengan varian teori yang
dipayunginya antara lain: a) teori aksi (action thory); b)
interaksionisme simbolik (simbolic interactionism); c)
fenomenologi (Phenomenology).
• Paradigma perilaku sosial yang dikenal juga dengan
pendekatan behavioris. Varian teorinya adalah, a)
Sosilogi tingkah-laku (behavioral sociology); b) teori
exhange atau teori pertukaran Ritzer, 2002).
• Skema Revolusi ilmiah Kuhn
(Smith;1998; ):
. Pra paradigma
• Paradigma A normal Science
Anomalies Crisis Scientific
Revolution Paradigma B
Ian Hacking mengemukakan bahwa pemikiran Kuhn telah
menghancurkan beberapa gagasan penting dalam ilmu pengetahuan
(khususnya positivisme), antara lain:
o
Kelompok Ilmu Tujuan & Kepentingan
Empiris-analitis:
1 Nomotetis: mencari
ilmu-ilmu alam & hukum alam
Ilmu sosial Kepentingan : teknis
Positivis
2
Historis- Idiografis: pengungkapan
Hermenutis: makna
Sejarah, sastra Kepentingan: Perluasan
wawasan dan komunikasi,
tindakan bersama
3
Ilmu-ilmu Refleksi kritis
Tindakan: Kepentingan:
Sosiologi, Emansipatoris
politik, filsafat,
teori feminisme
No Pandangan Rasionalisme Teori Kritis
Positivisme Kritis
Logis
1 Ilmu bebas Mendukung ilmu Menolak: Pandangan itu
nilai bebas nilai ideologis
1 dan menyembunyikan
kepentingan yang
ada di dalamnya
2 Verifikasi Ditolak: Validitas Ditolak: Validitas diarah
sebagai ilmiah didasarkan kan oleh rasionalitas-
2 dasar pada putusan kepentingan
validitas ilmuwan untuk ilmuwan/manusia
ilmiah menyepakati
dasarnya
Sociological Marxist
Text
Theory Theory
Jika kita melakukan penelitian tentang masalah perempuan yang kita anggap sebagai
teks, maka metode hermeneutika dengan variannya: teori psikoanalisa, teori estetika,
teori literatus, teori marxis, teori semiotika, teori kritis, teori-teori feminis atau bahkan
dekonstruksi model Derrtida dapat saja kita gunakan.
T. Feminis
• Ada tiga faktor yang membantu terciptanya gelombang
aktivitas feminis akhir-akhir ini antara lain:
– Berkembangnya pemikiran kritis pada tahun 1960-/1970an.
– Kemarahan aktivis perempuan yang terhimpun dalam gerakan
anti perang, penegakan hak-hak sipil, gerakan mahasiswa yang
hanya bertujuan menentang menentang sikap seksis dan liberal
di dalam gerakan tersebut.
– Pengalaman kaum perempuan dalam menghadapi prasangka
dan diskriminasi yang mereka alihkan menjadi tuntutan upah
dan pendidikan yang lebih tinggi (Ritzer dan Goodman, 2004:
98).
T. Feminis
• Jika diteliti secara rinci dapat dilihat ciri utama teori sosiologi
feminis dalam upaya membangun sosiologi yang prefosional
anatara lain:
1. Menekankan bahwa pengalaman, pekerjaan, dan kehidupan
perempuan sama pentingnya dengan, pengalaman, pekerjaan dan
kehidupan kaum laki-laki.
2. Penekanan itu diiringi oleh kesadaran bahwa ,mereka berbicara
dari pendirian hendak diwujudkan bukan dengan nada
keangkuhan obyektivisme, karena mereka ingin menjadikan teori
sosiologi laki-laki sebagai patner bagi teori yang mereka bangun.
3. Kesadaran bahwa sosiologi bertujuan untuk mereformasi
kehidupan sosial, di mana tujuan akhirnya adalah untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kehidupan.
4. Kesadaran bahwa ketimpangan sosial sebagai masalah utama
dalam upaya mencapai kemajuan, karena itu ketimpangan dan
ketidak adilan itu harus diatasi .
• Dalam mengembangkan teorinya pendekatan feminis tidak
menerima pendekatan positivis atau fungsionalis karena
pertimbangan berikut:
1. Karena pendekatan positivis menekankan pada penemuam
kebenaran universal dengan metode verifikasi.
2. Komitmennya pada obyektivitas dan netralitas peneliti.
3. Klasifikasinya yang dikotomis serta penekanannya pada prinsip
kausalitas.
4. Pandangan-pandangannya yang ahistoris.
5. Tidak melihat pemakaian bahasa sebagai medium untuk
menyampaikan pemikiran-pemikiran, konsep-konsep dan teori-teori
(Ollenburger & Helen A. Moore, 1996: 46).
• Janet Chavetz mengemukakan beberapa unsur yang
terdapat dalam teori sosiologi feminis sebagai berikut:
1. Masalah jenis kelamin sentral dalam semua teori
2. Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai
masalah
3. Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai
alamiah dan kekal
4. Kriteria teori sosiologi feminis dapat digunakan untuk
menentang, meniadakan atau mengubah suatu status
quo yang merugikan atau merendahkan derajat
perempuan (Olenburger & Helen A. Moore, 1996: 45).
• Sandra Harding merumuskan metode (epistemologi) feminis sebagai
alternatif. Ia merumuskan lima macam kecenderungan penelitian
interdisipliner yang perlu dikembangkan oleh kaum feminis:
1. Suatu penelitian yang adil didorong oleh politik reformis liberal untuk
menguji perlawanan dan diskriminasi terhadap wanita di dalam dunia ilmiah.
Pendidikan serta proses sosialisasinya menanamkan minat dan bakat
dalam ilmu pengetahuan.
2. Penelitian terhadap penyalahgunaan ilmu-ilmu sosial, bilogi dan teknologi
diperlukan untuk menunjukkan adanya proyek-proyek sosial yang bersifat
sexist, racist dan homophobic
3. Kajian dari kaum konstruktivisme sosial diperlukan untuk mengusahakan
kemungkinan adanya ilmu pengetahuan murni.
4. Kajian kelompok dekonstruksionis diperlukan untuk menemukan kebenaran
laporannya, terutama yang berkaitan dengan batas bahasa, struktur retoris
dan lain sebagainya.
5. Kajian epistemologis diperlukan untuk mengeksplorasi fundasi-fundasi
pengetahuan dalam kaitannya dengan relasi sosial, perwujudannya serta
kaitannya dengan struktur kekuasaan.
• Shulamit Reinharzt mengemukakan sepuluh tema metodologi feminis
( dalam Feminst Methods In Social Research, 1992) sebagaiu berikut:
1. Feminisme adalah suatu perpektif bukan metode penelitian
2. Feminist menggunakan bermacam-macam metode penelitian
3. Penelitian femins melibatkan kritik berkelanjutan terhadap penelitian dan
kegiatan ilmiah di luar Kajian feminis
4. Penelitian feminis dituntun oleh teori feminis
5. Penelitian feminis bersifat interdisipliner/multididipliner
6. Penelitian feminis bertujuan untuk menciptakan perubahan sosial
7. Penelitian feminis berupaya untuk menampilkan keberagaman manusia.
8. Penelitian feminis sering menyertakan peneliti sebagai seorang pribadi
9. Penelitin fiminis sering berupaya mengemvbangkan hubungan khusus
dengan orang-orang yang diteliti (penelitian interaktif, partisipatif)
10. Penelitian feminis sering menetukan hubungan khusus dengan pembaca
( Shulamit; : 336).
• Richardson dan Taylor menyusun lima metode feminis sebagaimana
dikamukakan oleh Judith Cook dan Mary Margaret Fonow sebagai berikut:
Cultural Studies Praksis budaya, Teks sosial, Kritisisme Sosial Teori budaya sebagai
(studi budaya) subjektif kritik
Table 1. 2 Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):
Paradigm/Theory Kriteria Bentuk teori Tipe Narasi
Positivist/postpo Internal, validitas Logical-deductive, Laporan ilmiah
sitivist eksternal ilmiah, grounded
(teori dari dasar)
Konstruktivis Keterpercayaan, Formal-substantif Interpretasi, studi
ckredibilitas, dapat kasus, ethnografik,
ditransfer, fiksi
konfirmabilitas
Feminist Lokal, pengalaman Kritis, standpoint Essei, historis, .
hidup, dialok, tulisan
Kepedulian, eksperimentasi
akuntabilitas, ras, klas,
gender,
reflesivitas, praxis,
perasaan, didasarkan
fakta nyata
Ethnic Afrosentris, Standpoint, kritis, Essei, cerita, drama
pengalaman hidup, historis
dialog, keprihatinan,
akuntabilitas, ras,
klass,gender
Marxist Teori emansipatoris, historis-kultural, Historis, ekonomis,
dapat difalsifikasi, economis analisis sosial-
dialogis, ras, klas, budaya
gender
Bagaimana ilmu pengetahuan terkait dengan kepentingan, dengan kuasa dan nilai
emansipatoris dapat dilihat dalam table berikut:
P. Positivis P. Interpretatif P. Feminis
Asumsi dasar Fenomena/fakta sosial Fenomena sosial Ada kuasa &kepentingan yang
dapat dion\bservasi, dikonstruksi dari mengendalikan/mempengaruhi
obyektif, bebas dari pemaknaan simbolik fenomena sosial dan
bias peneliti yang dapat tingkahlaku seseorang.
terlihat/terobservasi Realitas bersifat terkonstruksi
dari tingkahlaku dan “negosiable” .
manusia, interaksi Perbedaannya tergantung pada
manusia dan bahasa. konsteks osial-budaya dan
Realitas beragam, kuasa
kompleks, terdiri dari
berbagai perspektif,
subyektif.
Sumber evidensi/ Fakta yang tersingkap Pemaknaan diperoleh Kuasa, kontrol dan faktor-
fakta melalui prosedur dari perspektif, faktor kontekstual yang dapat
penelitian yang pengalaman dan diketahui dari pendapat
terstandarisasi dan tingkahlaku dalam personal/kelompok sebagai
bebas konteks suatu konteks sosial- refleksi berbagai versi dari
budaya realitas
Metode Cara pengumpulan Semi structural. Observasi pertisipatoris,
data yang terstruktur, Observasi dan dialog terarah, memungkinkan
terukur & terkontrol pertanyaan terbuka dua kelompok (dominan-
ketat memungkinkan marjinal) mengemukakan
Contoh: survei, partisipasi untuk pendapat, pengalaman dan
eksperimen mengekspresikan keinginannya
laboratorium, pikiran & Tingkahlaku Contoh: penelitian
observasi terstruktur secata alamiah. partisipatoris, mendengar aktif
dan skala rating Contoh: Wawancara dan reflektif, Mengupayaklan
mendalam, riset perubahan dan menghilangkan
partisipatif, Studi hambatan oersonal dan politis.
kasus.
Kecendrungan/Ara Pendekatan Studi kualitatif, Studi feminis mencari
h kuantitatif, Erklaeren, memahami tingkahlaku pemahaman dari pengaruh
Penelitian verifikasi, prediksi manusia dalam gender terhadap sikap &
tingkah-laku melalui konteksnya tingkahlaku, termasuk
hubungan kausalitas perbedaan kuasa dan kontrol
dan asosiasi. dalam kerangka
perubahan/emansipasi sosial
Tingkat Partisipasi Subyek penelitian Partisipasi, pertanyaan Partisipan memiliki kebebasan
menjawab pertanyaan terbuka, spontan dan dalam mengarahkan proses
spesifik dalam bentuk natural pengumpulan data dan dalam
respon yang terformat menentukan tindakan
selanjutnya
Pengaruhnya Subyek/peneliti & Partisipan menyadari Pemberdayaan dan
terhadap Partisipasi Obyak yang diteliti peran keterlibatannya emansipasi. Hasil penelitian
tidak saling dalam proses mengarahkan aksi untuk
mempengaruhi penelitian. perubahan sosial
(Netral) Memperoleh
pemahaman sesuai
dengan persoektif &
tingkahlaku sesuai
topik penelitian
Pengertian Modernitas
N0 Pemikir Pikirannya
1 Nietzsche Perspektif, Kematian obyektivitas dan kepastian
(anti esensialis), gerak sejarah siklus
2 Karl Marx Kesadaran kelas, posisional/standpoint
epistemology, konstruksi sosial
3 Martin Menolak konsep “obyektivitas” Vs
Heidegger “Subyektivitas”
1. Pluralistis
2. Berjalan di atas perubahan yg konstan
3. Kurang dlm “otoritas universal”
4. Hieterarkhis & Permainan
5. Merujuk pada “Polivalensi penafsiran”
6. Dominasi media & Pesan-pesannya
7. Anti esensialis (semua tanda-tanda)
8. Didominasi pemirsa, pembaca
Bauman membedakan Tipe Intelektual modern (legislator) & Tipe
postmodern (Interpreter)
• Tipe Legislator:
1. Memiliki kewenangan mengatasi perbedaan
2. Pendapat legislator benar & mengikat
3. Otoritas karane ilmu yg lebih unggul
4. Ilmuwan memiliki akses yg lebih baik pd ilmu
5. Ilmuwan pemilik kolektif atas pengetahuan yg dihasilkan
6. Ilmu dianggap berhubungan langsung dg perbaikan sosial
7. Ilmuwan tdk terikat dgn tradisi lokal serta menjastifikasinya.
8. Ilmuwan melakukan kontrol thdp aturan & aplikasi ilmu
Tipe Interpreter:
No Modern Posmodern
1 Pengetahuan ilmiah Scientific Kearifan (pengetahuan cultural), wisdom
knowledge) (cultural knowledge)
2 Teori besar (grand-theory) Kesatuan cultural relative (Relative
Cultural Corpuses)
3 Universalisme (Universalism) Partikularisme (Particularism)
4 Monovokalitas (monovocality Polivokalitas (Poly-Vocality)
5 Makna simbolic (symbolic Meaning) Simulacra
6 Koherensi (Coherence) Pasticke
7 Holisme (holism) Fragmentasi (fragmentation)
8 History (Sejarah ) Sejarah-sejarah (histories)
9 Ego rasional Libidinal self
10 Intelektual Tactiler
Perbedaan modern dgn
Posmodern
No MODERN POSMODERN
1 Narasi Besar Narasi Kecil
2 Obyektivisme Naturalisme
3 Pemusatan (centring) Tersebar,lokalitas,perbedaan,the other
4 Monisme Pluralisme,multivokal
5 Mataerialisme Semiosis, interpretatif
6 Dunia Cetak Elektronik
7 Mekanistik Nonmekanistik
8 Linear Nonlinear
9 Deterministik Nondeterministik
10 Mekanika Newton Mekanika kuantum
11 Patriarkhis Pascapatriarkhis
12 Mekanis Ekologis
13 Reduktif Holistik
14 Hierarkhis Heterarkhis
15 Kepastian Kebetulan
16 Antroposentrisme Kosmosentrisme
17 Tujuan Permainan
18 Pemusatan (centring) Tersebar (decentring, ,lokalitas)
19 Kehadiran Ketidak hadiran
20 Dualisme Partisipasi/dialog
21 Ahistoris Historis
22 Konsensus Disensus
23 homologi heterologi
Perbedaan modern dgn posmodern (Eduardo P. Schetti dalam
Kuper, Adam & Jessica Kuper, 1996, 653) :
No Modernity Postmodernity
1 Scintific knowledge Wisdom (kearifan, pengetahuan cultural)
(pengetahuan ilmiah)
2 Grand-theory (teori besar, Relative cultural corpuses (teori-teori
metanarasi) kecil, kesatuan cultural kecil)
3 Universalism Particularism (paticulturalisme
(universalisme)
4 Mono-vokality Poly-vocality (polivokalitas)
(monovikalitas)
5 Symbolic meaning (Makna Simulacra (simulacra, citraan)
simbolik)
6 Coherence (koherensi) Fragmentation (fragmentasi)
7 Holism (holisme, Pastiche ( rangkaian potongan-potongan)
keseluruhan)
8 History Histories (sejarah, sejarah, keragaman)
9 Rational ego (ego rasional) Libidinal self ( hasrat, keinginan)
10 Intelectual (intelektual) Tactile
Tipe Pemikiran Posmodernis:
• Pada Teori kritis sudah dikemukakan kritik tokohnya pada ilmu pengetahuan &
Kebudayaan modern.
• Max Horkheimer & Theodor Adorno, Dialectic of Enlightenment (1944) mengkritik
dorongan untuk menguasai alam dan dominasi kapitalisme lanjut adalah satu bentuk
fasisme barbar dan irasional. Teori kritis sudah tidak mempercayai Narasi modern.
• Melalui buku itu Habermas membedakan:
• a) tindakan instrumental & strategis: tujuannya keberhasilan dlm relasinya dengan
lingkungan (fisik-sosial)
• B) tindakan komunikatif: tujuan bukan kepentingan ehois, tapi untuk mendapatkan
saling pemahaman
• Habermas melalui teori komunikatifnya mengusulkan untuk menggantikan
subyektivitas & rasionalitas yang monologis dengan konsep yang dialogis
• Habermas sudah mengemukakan tentang keberagaman rasionalitas & diskursus.
Tanpa terjebak pada relativisme/skeptisisme dgn asumsi: rasionalitas komunikatif
karena pencapaian kesepahaman tanpa tekanan diantara subyek yang bertemu &
bertindak. (Habermas masih mempercayai keunggulan rasionalitas- Neonitszchean
justru melihat kekurangannya).
Pokok Pikiran Strukturalis:
Pemikir Postrukturalis:
• Jaen Francois Lyotard
• Jacques Derrida
• Michel Foucault
• Richard Rorty
• Jean Baudrillard
• Gillesd Deleuze & Guattari
• Anthony Giddens
• Pierre Baourdieu
• Dll.
Jean Francois Lyotard (1924-
• Lahir di Versailles tahun 1924-
• Belajar Filsafat dan sastra di Sorbonne
• Ia dipengaruhi oleh Kant , Husserl (buku pertamanya La
phenomenologie (1954)
• Ia pernah mengajar di Algeria, pengalaman ini
membuatnya menjadi seorang ilmuwan & politisi yg
radikal. Skembalinya di Prancis ia bergabung dengan
kelompok Socialisne ou Barbarie (kiri dan anti perang. Ia
mengritik dan menyatakan Marxisme tidak lagi memadai.
Tahun 1966 Ia keluar dari Socialisme ou Barbarie
• Ia menjadi dosen di Universitas Nanterre dan aktif
terlibat dlm gerakan mahasiswa 1968 dan politik oposisi
• Tahun 1971 ia menyelesaikan Disertasinya
Discourse Figure dan ia diangkat menjadi
profesor filsafat di Vincennes University.
• Karyanya:
1. Discours Figure (1971)
2. Derive a partirr de Marx et Freud (1973),
3. Des dispositifs pulsionels (1973)
4. Economic Libidinale (1974)
5. The Postmodern Condition
Penolakan terhadap grand-narrative ini sering disebut
sebagai anti fundasioal sebagai salah satu ciri
posmodernisme
Antifundasionalisme itu dapat dimengerti sebagai berikut:
1. Antifundasionalis dalam teori sosial-budaya dan filsafat
me-negaskan bahwa meta-narasi yang dijadikan fundasi
dituntut dalam modernitas Barat dengan universalitas
dan hak-hak isti-mewanya dalam gagasan mengenai
ilmu pengetahuan, humanisme, sosialisme dan lain-lain
adalah cacat, karena itu kita harus mencoba untuk
menghasilkan mode pengetahuan yang lebih sensitif
terhadap berbagai bentuk perbedaan. Hal ini
dimungkinkan ketika para intelektual mengganti peran
mere-ka sebagai legislator kepercayaan menjadi
seorang interpre-ter (Lyotard, 1984, Keller, 1988,
Bauman, 1988).( 234).
2. Pemberian hak istimewa pada hal-hal yang bersifat lokal dan
vernakuler (daerah), ini diterjemahkan sebagai seorang
demokrat dan populis yang menghancurkan hierarkhi simbolik
di kalangan akademisi dan intelektual serta seni (perbedaan
seni tinggi dan populer).
3. Peralihan dari bentuk upaya diskursif ke arah bentuk budaya
figural yang tampak dalam penekanan dan imaji visual dan
bukan kata-kata, proses primer ego dan bukan proses
sekunder, apresiasi dengan cara membenamkan/ melibatkan
diri dan bukan dengan cara mengambil jarak dari penonton
yang tidak memihak (Lash, 1988),
4. Aspek ini ditangkap sebagai fase “budaya dangkal
posmodern”
(Jameson, 1984).