Anda di halaman 1dari 12

Sistem Pengendalian Internal Pengendalian Pemerintah

dan Pembangunan Zona Integritas


1. Ananda Syaidina Putri 203110121 11.Hana Azzahra 203110131
2. Annisa Khaira 203110122 12.Ifva Ardi Anisa Dwi 203110132
3. Aulia Rahmila 203110123 13.Lara Asri Darma 203110133
4. Azizah Akhwat 203110124 14.Lisa Dilla Nurman Safitri 203110134
5. Cardilla Meida Putri 203110125 15.Marzella Pramathania 203110135
6. Chykita Putri Amanda 203110126 16.Monalisa Alya Putri 203110136
7. Dilla Febriani Lukman 203110127 17.Muhammad Zakia 203110137
8. Ella Angelina 203110128 18.Mutiara Jondesya 203110138
9. Findi Alandari 203110129 19.Nadila Ratinus 203110139
10. Giva Afna Sucita 203110130 20.Nadya Okdilla 203110140
A. SPIP (SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PEMERINTAH)

PENGERTIAN

SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan
secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP mewajibkan menteri/pimpinan
lembaga, gubernur dan walikota untuk melakukan pengendalian terhadap penyelenggaraan kegiatan
pemerintahannya. Tindakan pengendalian diperlukan untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) terhadap pencapaian efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara. Pengendalian intern akan menciptakan keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Tujuan akhir sistem pengendalian intern ini adalah untuk mencapai efektivitas, efisiensi,
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.
Pemerintah merasa perlu merumuskan SPIP karena telah terjadi perubahan dalam penganggaran,
sistem pencatatan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Hal ini berdampak terhadap
pendekatan sistem pengendalian internal sehingga menjadi menjadi tanggung jawab setiap
pimpinan instansi yang tentunya akan dibantu oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
UNSUR SPIP

SPIP dirumuskan secara komprehensif ke dalam lima unsur, yakni:


1. Lingkungan pengendalian, merupakan kondisi dalam instansi pemerintah yang mempengaruhi
efektivitas pengendalian intern.
2. Penilaian risiko, adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam
percapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah.
3. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta
penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi
risiko telah dilaksanakan secara efektif.
4. Informasi dan komunikasi proses pengolahan data yang telah diolah dan dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan serta tersampaikan informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada
pimpinan instansi pemerintah dan pihak lain yang ditentukan.
5. Pemantauan pengendalian intern, pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja baik
secara kualitatif dan kuantitatif dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil
audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti.
SPIP diadopsi dari sebuah konsep yang mencoba mengaitkan terjadinya
perubahan bertahap terhadap sistem pengendalian intern. Konsep ini telah
disempurnakan berdasarkan pengalaman selama menjalankan dan mempelajari
sistem pengendalian intern. SPIP mencoba meninggalkan pemahaman sistem
pengendalian intern yang semula hanya berbasis accounting control dan
administrative control kemudian dapat dipadukan dengan unsur lingkungan
pengendalian (control environment). Meskipun demikian, SPIP masih tetap
mengaitkan tanggung jawab audit dengan laporan keuangan. Konsep SPIP
diadopsi dari sebuah grup studi: The Committee of Sponsoring Organization of
the Treadway Commission (COSO), berdasarkan publikasi laporan Internal
Control-Integrated Framework (September 1992).
Menurut COSO, pengendalian manajemen terdiri lima komponen utama yang
saling berkaitan. Komponen tersebut bersumber dari cara manajemen (pimpinan)
menyelenggarakan tugasnya. Jika kinerja pimpinan organisasi baik, maka seluruh
komponen utama tersebut akan menyatu (built in) dan saling menjalin
(permeatted) di dalam proses manajemen. Oleh COSO, lima komponen sistem
pengendalian intern dirumuskan sebagai: lingkungan pengendalian (control
environment); penilaian risiko (risk assessment); aktivitas pengendalian (control
activities); informasi dan komunikasi (information and communication); serta
pemantauan (monitoring). Dengan pengertian tersebut, sistem pengendalian
intern diartikan sebagai rangkaian kegiatan, prosedur, proses, dan aspek lain yang
berkaitan dengan pencapaian tujuan penciptaan pengendalian intern. Dalam
perkembangannya, kemudian terjadi pergeseran karakter pengendalian yang
tidak hanya mencakup rangkaian kegiatan dan prosedur, namun menjadi suatu
proses yang integral yang dipengaruhi oleh setiap orang di dalam organisasi.
CONTOH PENERAPANNYA
2. Pembangunan Zona Integritas

PENGERTIAN

a. Zona integritas adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada K/l/P yang pimpinan dan jajarannya
mempunyai niat atau komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui upaya pencegahan, korupsi,
reformasi birokrasi, dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
b. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang
memenuhi syarat indikator hasil WBK dan memperoleh hasil penilaian indikator proses di atas 75 pada ZI
yang telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WDP) dari BPK atas laporan keuangannya.
c. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang
memenuhi syarat indikator hasil WBBM dan memperoleh hasil penilaian indikator proses di atas 75 pada ZI
yang telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WDP) dari BPK atas laporan keuangannya.
d. Unit kerja adalah unit/satuan kerja di lingkungan K/L/P serendah-rendahnya eselon III yang
menyelenggarakan fungsi pelayanan kepada masyarakat.
e. Tim Penilai Internal (TPI) adalah tim yang dibentuk oleh pimpinan K/L/dan Pemda yang mempunyai tugas
melakukan penilaian unit kerja dalam rangka memperoleh predikat WBK/WBBM. f. Tim Penilai Nasional
(TPN) adalah tim yang dibentuk oleh Menteri yang mempunyai tugas melakukan penilaian unit kerja dalam
rangka memperoleh predikat WBK/WBBM.
TAHAP PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS

a. Penandatanganan pakta integritas


1) Dilakukan oleh pimpinan dan seluruh pegawai K/L/dan Pemda secara serentak sesuai Permen PAN dan RB, No.
49 Tahun 2011, sebagai pelaksanaan Instruksi Presiden, No. 17 Tahun 2011.
2) Dilakukan juga pada saat pelantikan sebagai CPNS, PNS, dan mutasi kepegawaian horizontal maupun vertikal.
3) Penandatanganan PI sebagai unsur indikator utama penilaian WBK/WBBM.

b. Pencanangan Pembangunan ZI
4) Pencanangan pembangunan ZI merupakan deklarasi komitmen bahwa pimpinan K/L/P siap menjadi instansi
yang berpredikat ZI, yang dibuktikan dengan telah ditandatanganinya PI oleh sebagian besar
pejabat/pegawainya.
5) Pencanangan dilakukan dalam upacara terbuka, dan disaksikan oleh wakil/unsur Kementerian PAN dan RB
(wajib), KPK, dan ORI, serta unsur masyarakat lainnya.
Susunan acara pencanangan ZI.\, sekurang-kurangnya terdiri dari :
6) Pernyataan pimpinan K/L/P dan penandatanganan piagam pencanangan oleh pimpinan K/L/P.
7) Sambutan pimpinan K/L/P sebagai peneguhan pernyataan siap membangun ZI
8) Sambutan Menteri PAN dan RB atau yang mewakili.
c. Proses Pembangunan Zona Integritas Penerapan program pencegahan korupsi:

• Penandatanganan dokumen Pakta • Pelaksanaan saran perbaikan dari


Integritas; BPK/KPK/APIP;
• Pemenuhan kewajiban LHKPN; • Penerapan kebijakan pembinaan purna
• Pemenuhan Akuntabilitas Kinerj tugas;
• Pemenuhan kewajiban Pelaporan • Penerapan kebijakan pelaporan transaksi
keuangan; tidak wajar;
• Penerapan disiplin PNS; • Rekrutmen secara terbuka;
• Penerapan kode etik khusus; • Promosi jabatan secara terbuka;
• Penerapan kebijakan pelayanan publik;
• Mekanisme pengaduan masyarakat;
• Penerapan Whistleblower sistem tipikor;
• Pelaksanaan \
• Pengendalian gratifikasi;
• e-procurement
• Penanganan benturan kepentingan
• Pengukuran kinerja individu.
• Kegiatan pendidikan/pembinaan dan
promosi anti korupsi; • Keterbukaan informasi publik.
d. Unit Penggerak Integritas (UPI)
Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah sebagai Unit
Penggerak Integritas (UPI) yang berperan sebagai pembina melalui
kegiatan konsultansi, sosialisasi, bimbingan teknis berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008, Tentang SPIP. Konsultansi
terutama dalam hal pelaksanaan pembangunan ZI. Apabila diperlukan
dapat meminta bantuan pendampingan kepada instansi terkait.
e. Unit Pembangun Integritas (UPbI)
Unit Pembangun Integritas dibentuk pada masing-masing K/L/P dengan
keanggotaan dari unsur Sekretariat dan unit kerja, yang mempunyai
tugas mendorong (bersama UPI) terwujudnya WBK/WBBM.
f. Penilaian dan penetapan WBK/WBBM.
Penilaian dan Penetapan satuan kerja berpredikat WBK/WBBM.
Penilaian satker yang berpredikat wilayah Birokrasi bersih dan melayani
(WBBM), dilakukan oleh Tim penilai nasional (TPN) melalui evaluasi
atas kebenaran material hasil self-assesment yang dilaksanakan oleh
TPI termasuk hasil self-assesment tentang capaian indikator hasil
WBBM.
CONTOH PENERAPANNYA

Anda mungkin juga menyukai