Anda di halaman 1dari 34

PENGUKURAN FAKTOR

RISIKO PTM

Pertemuan Orientasi Posbindu bagi Tenaga Kesehatan di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
07 Desember 2021
TUJUAN
Umum : Khusus :

Setelah mengikuti materi ini peserta Melakukan pengukuran BB


mampu melaksanakan pengukuran Melakukan pengukuran TB
Faktor Risiko PTM
Melakukan pengukuran LP
Menghitung IMT
Deteksi dini gangguan indera (Pendengaran
dan pengliatan)
Pokok Bahasan
1. Pengukuran Berat Badan
2. Pengukuran Tinggi Badan
3. Pengukuran Lingkar Perut
4. Penghitungan IMT (Indeks Masa Tubuh)
5. Deteksi dini Indera (Gangguan Pendengaran dan Penglihatan)
PENGUKURAN FR PTM
1. Persiapan Penyelenggaraan Posbindu PTM :
 Identifikasi kelompok potensial
 Sosialisasi dan advokasi
 Pelatihan petugas pelaksana
posbindu/fasilitasi teknis
 Fasilitasi logistik
 Pengaturan mekanisme kerja antara
petugas pelaksana Posbindu PTM
dengan pembinanya
 Sumber pembiayaan
2. Waktu Penyelenggaraan :
 Pelaksanaannya dapat bersama-sama
dengan program atau pelayanan lainnya.
 Sejalan dengan kebutuhan dan urgensinya
program kesehatan saat ini (GERMAS dan
SPM).
 Pengunjung Posbindu PTM yang
mempunyai faktor risiko PTM dianjurkan
untuk datang kembali berkesinambungan
dan pengunjung yang belum mempunyai
faktor risiko dianjurkan datang ke
Posbindu.
3. Tempat Penyelenggaraan
 Dilaksanakan di tempat tinggal dalam
wadah desa/kelurahan.
 Dapat dilaksanakan pada fasilitas publik
lainnya.

4. Pelaksanaan Posbindu pada 5 (Lima) kegiatan :


 Registrasi, Pemberian Nomor
Urut/Kode Dan Pencatatan Identitas
sosial :
 Wawancara oleh Petugas Pelaksana
Posbindu :
PENGUKURAN & PEMERIKSAAN FR PTM:

1. Berat Badan
2. Tinggi Badan
3. Lingkar Perut
4. Tajam Penglihatan
5. Tajam Pendengaran
6. Pemeriksaan Sederhana Telinga
7. Tekanan Darah
8. Gula Darah Sewaktu
9. Kolesterol Total
Alat – alat Posbindu
1. Pengukuran Berat Badan :
Persiapan :
a. Ambil timbangan dari kotak karton dan keluarkan dari bungkus
plastiknya.
b. Letakkan alat timbang pada lantai yang keras dan datar.
c. Warga posbindu PTM yang akan ditimbang diminta membuka
alas kaki dan jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat
seperti kunci.
d. Pastikan timbangan pada nilai pengukuran pada angka 0.
Prosedur : Sesuai tatalaksana penimbangan.
2. Pengukuran Tinggi Badan :
Pengukuran tinggi badan (cm) dimaksudkan untuk
mendapatkan data tinggi badan semua kelompok
umur.
Persiapan :
Gunakan alat pengukur tinggi badan : microtoise
dengan kapasitas ukur 2 meter dan ketelitian 0,1 cm.
Prosedur : Sesuai tatalaksana
Posisi tumit yg benar
Posisi tangan yg
benar saat menarik
papan penggeser
Posisi membaca skala
yang benar
Hasil pengukuran
ke arah yg lebih
besar
Lanjutan..
 Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan untuk
mendapatkan nilai IMT Obesitas.
 Penilaian IMT menggunakan rumus :
IMT = Berat Badan (Kg)
Tinggi Badan (m)²
 Cut off ≥ 27 penentu kategori obesitas
Tabel Nilai IMT menurut Pedoman Gizi Seimbang
Th 2014

IMT Klasifikasi

IMT < 17,0 Sangat Kurus


IMT 17 - < 18,5 Kurus
IMT 18, 5 – 25,0 Normal
IMT 25 – 7 Gemuk (overweight)
IMT ≥ 27 Obesitas
Cara Penghitungan IMT dg RUMUS
Berat Badan (Kg)
IMT = ----------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

BB = 50 kg
TB = 160 cm (1,60m)
IMT = 50/ (160 x 160), 5/ (1,6 x (1,6)
= 50/2,56
= 19,53
Yang perlu diperhatikan saat mengukur
Tinggi Badan
1. Untuk memasang microtoise memerlukan
tempat yang permukaan datar atau rata serta
tegak lurus tanpa tonjolan atau lengkungan
dinding

2. Bila tidak ada dinding yang rata dan tegak


lurus setinggi 2 meter, bisa menggunakan
papan atau tiang rumah untuk menempelkan
microtoise.
3. Lingkar Perut :
Dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
obesitas abdominal/ sentral.
1.Alat yang dibutuhkan :
a. Ruangan yang tertutup dari pandangan umum. Jika tidak ada gunakan tirai
pembatas
b. Pita pengukur
c. Spidol atau pulpen.
2.Jelaskantujuan pengukuran lingkar perut dan tindakan apa saja yang akan
dilakukan dalam pengukuran.
Cara Pengukuran Lingkar Perut :
1 Untuk pengukuran ini warga Posbindu PTM
diminta dengan cara yang santun untuk
membuka pakaian bagian atas atau
menyingkapkan pakaian bagian atas dan
raba tulang rusuk terakhir warga Posbindu
PTM untuk menetapkan titik pengukuran

2 Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling


bawah

3 Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal


paha/ panggul
4 Tetapkan titik tengah di antara di antara
titik tulang rusuk terakhir titik ujung
lengkung tulang pangkal paha/ panggul dan
tandai titiktengah tersebut dengan alat tulis

5 Minta warga Posbindu PTM untuk berdiri


tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi
normal).
Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/
diambil dari titik tengah kemudian secara
sejajar horizontal
melingkari pinggang dan perut kembali
menuju titik tengah diawal pengukuran.

6 Apabila warga Posbindu PTM mempunyai


perut yang gendut ke bawah, pengukuran
mengambil bagian yang paling buncit lalu
berakhir pada titik tengah tersebut lagi. Pita
pengukur tidak boleh melipat dan ukur
lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm.
Tabel 3. Lingkar Perut dan Risiko Penyakit

No Lingkar Jenis Risiko Penyakit


Perut Kelamin
1 ≥ 90 cm Laki – laki Meningkat

2 ≥ 102 Laki - laki Sangat Meningkat


cm
3 ≥ 80 cm Perempuan Meningkat

4 ≥ 88 Perempuan Sangat Meningkat


4. Pemeriksaan tajam
penglihatan
Alat yang diperlukan :
Kit Ophtalmologi Komunitas, terdiri dari :
 Kartu E yang telah disederhanakan atau Tumbling E
 Occluder atau penutup mata dengan pinhole flexible
 Tali pengukur 6 meter dengan penanda/multiple cincin di kedua ujungnya dan
penanda pada 1 meter & 3 meter
Metode Pengukuran Tajam Penglihatan :
 Perkenalkan diri dan berikan penjelasan singkat cara pemeriksaan
 Pemeriksa menempatkan satu cincin di jari sebagai penanda,
terperiksa/responden melakukan hal yang sama dengan cincin di ujung pita
lainnya.
 Pemeriksaan dimulai dari mata kanan dengan mata kiri tertutup tanpa
menggunakan pinhole. Upayakan mata tidak tertekan.
 Pemeriksaan dimulai dari jarak 6 meter.
 Tes dilakukan sebanyak 4 kali, apabila jawaban benar semua maka
dilanjutkan pada tes yang lebih sulit yaitu huruf yang lebih kecil.
 Apabila terdapat kesalahan saat menjawab, ulangi terlebih dahulu sampai
dengan 5 kali.
 Ulangi pemeriksaan pada jarak 3 meter dengan teknik diatas apabila semua
jawaban benar di jarak 6 meter.
 Ulangi pemeriksaan pada jarak 1 meter dengan teknik diatas
apabila semua jawaban benar di jarak 3 meter.
 Mata dengan tajam penglihatan lebih baik daripada 6/12 tidak
perlu diperiksa menggunakan pinhole.
 Catat hasil pengukuran terakhir pada kolom dengan pinhole,
kemudian lakukan pemeriksaan dengan pinhole yang dimulai
dari besar huruf terakhir yang dapat dilihat responden.
 Lakukan tes dengan pinhole sesuai tahapan sebelumnya.
 Lakukan pemeriksaan yang sama untuk mata kiri.
 Apabila ditemukan hasil pemeriksaan ≤ 3/60, disarankan agar
responden dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Tabel 4. Definisi Berdasarkan World Health
Organization (WHO – ICD10)
Kebutaan (WHO – ICD 10)

Early visual impairment : Tajam penglihatan < 6/12 – 6/18 pada mata
(EVI) terbaik dengan koreksi yang ada atau dengan
koreksi terbaik atau pinhole

Moderate visual : Tajam penglihatan < 6/18 – 6/60 pada mata terbaik
impairment (MVI) dengan koreksi yang ada atau dengan koreksi
terbaik atau pinhole

Severe visual : Tajam penglihatan < 6/60 – 3/60 pada mata terbaik
impairment (SVI) dengan koreksi yang ada atau dengan koreksi
terbaik atau pinhole
Visual : Tajam penglihatan < 6/18 pada mata terbaik
impairment dengan koreksi yang ada atau dengan koreksi
terbaik atau pinhole
Functional Low : Seseorang dengan low vision adalah yang memiliki
Vision gangguan pada fungsi visual walaupun telah
dilakukan terapi dan/atau koreksi refraksi, dan tajam
penglihatan kurang dari 6/18 hingga persepsi
cahaya, atau lapang pandang kurang dari 10 derajat
dari titik fiksasi, yang menggunakan, atau potensial
menggunakan penglihatannya untuk melakukan
kegiatan sehari-hari.*)
5.Pemeriksaan Sederhana
Telinga
Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi telinga.
1. Cara pemeriksaan pendengaran dengan bisikan :
a. Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda
pada jarak sekitar 4,5-6 meter
b. Anjurkan peserta posbindu untuk menutup
salah satu telinga yang diperiksa.
c. Bisikkan satu bilangan ( mis, tujuh enam
).
Lanjutan
d. Beri tahu peserta posbindu untuk
mengulangi bilangan yang
didengarkan.
e. Periksa telinga sebelahnya dengan
cara yang sama.
f. Bandingkan kemampuan
mendengar pada telinga kanan dan
kiri peserta posbindu.
2. Cara pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan
arloji :
a. Pegang sebuah arloji disamping telinga peserta posbindu
b. Minta peserta posbindu menyatakan apakah mendengar detak arloji.
c. Pidah posisi arloji perlahan - lahan menjauhi telinga dan minta peserta posbindu
menyatakannya bila tidak dapat mendengar lagi detak arloji normalnya detak arloji
masih dapat di dengar sampai jarak 30 cm dari telinga.
d. Bandingkan telinga kanan dan kiri
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai