Landasan idiil yang menjadi pokok pikiran berdirinya ‘Aisyiyah sebagai berikut :
Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang diberi kedudukan tinggi diantara
makhluk-makhluk lainnya dan ia diciptakan dengan satu tujuan tertentu. Oleh karena itu,
sudah seharusnyalah kalau manusia menyesuaikan hidup dan kehidupannya sejalan
dengan maksud dan tujuan Allah yang menciptakannya, yaitu dengan cara mendasarkan
seluruh hidupnya berdasarkan tauhid, dalam arti hidup bertuhan, beribadah serta tunduk
dan patuh hanya kepada Allah semata.
Manusia harus yakin dengan sesungguhnya, bahwa tak ada suatu apapun yang wajib
disembah, tidak ada suatu apapun yang pantas ditakuti, tidak ada suatu apapun yang
pantas dicintai dan tak ada suatu apapun yang wajib ditaati dan diagung-agungkan kecuali
hanya Allah semata.
Artinya : “maka ketahuilah bahwa sresungguhnya tidak ada tuhan kecuali Allah”.
Ayat ini selain selain berisi penegasan tentang keberadaan Allah yang maha esa, juga
memberikan rangsangan kepada akal fikiran manusia agar dipergunakan dengan sebaik-
baiknya untuk memngadakan penalaran.
Kata “ketahuilah” mengandung makna bahwa manusa diperintahkan untuk menggunakan
fikiran dan menggunkaan fikiran dan kemampuan lainnya guna merenungkan dan
memikirkan berbagai kejadian (makhluk) yang berada di alam semesta ini.
Manusia diperintahkan untuk membaca dan mengetahui berbagai rahasia alam beserta
segala isinya. Demikian jga dia diperintahkan untuk merenungkan terhadap dirinya
sendiri secermat-cermatnya. Renungan manusia yang didukung oleh akal fikiran yang
kritis disertai dengan pengamatan instuisi yang halus dan tajam, pasti akan membuahkan
hasil semakin bertambha kuatnya keyakinan bahwa sesungghnya seluruh jagat raya
beserta segala isinya ini adalah makhluk Allah, diciptakan dengan perencanaan dan
tujuan.
Artinya “sesungguhnya agama yang ada di sisi Allah adalah agama islam”
ِ َو َم ْن يَ ْبت َِغ َغ ْي َر اإْل ِ ْساَل ِم ِدينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوهُ َو فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنَ ْالخ
ََاس ِرين
Artinya : “dan siapa pun yang mencari agama selain agama islam, tidaklah diterima dan
ia di akhirat tergolong orang-orang yang rugi”.
Artinya :” pada hari itu telah aku sempurnakan agama untukmu dan telah aku cukupkan
nikmatku padamu dan aku rela islam sebagai agamamu”.
Artinya : “ Orang mukmin itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu serta berjuang dengan harta dan dirinya di jalan Allah
mereka itulah orang-orang yang benar”(QS. Al-Hujurat, ayat 15).
Pendirian dan sikap seperti tersebut diatas merupakan sifat perjuangan ‘Aisyiyah
secara keseluruhan. Dengan demikian, setiap kegiatan dan amalan ‘Aisyiyah diarahkan dan
disesuaikan dengan sikap serta pendirian yang ada. Dan tidak dibenarkan sama sekali jika ada
suatu kugiatan yang berlawanan atua menyimpang daripadanya.
Bagi setiap muslim tidak ada cara yang patut dijadikan teladan selain harus mengikuti
cara-cara perjuangan para Nabi terutama Nabi Muhammad SAW. Sebab pada diri Rasulullah
tergambar rentangan contoh teladan paling baik dan mulia, seperti yang ditegakkan Allah
dalam surat Al-Mumtahanah, ayat 6 :
Artinya : “sesungguhnya “bagi kalian semua di dalam diri Rasulullah adalah merupakan
contoh yang bagus sekali”.
Artinya : “ssungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang berjuang di jalan-Nya secara
tersusun rapi (berbais-baris) ibarat suatu bangunan yang kokoh”.
‘Aisyiyah menyadari hal itu, dengan mengingat ayat tersebut maka berorganisasi
untuk melaksanakan kewajiban menegakkan ajaran islam hukumnya wajib.
َصالِحًا ِم ْن َذ َك ٍر أَوْ أُ ْنثَ ٰى َوه َُو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَةً ۖ َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم أَجْ َرهُ ْم بِأَحْ َس ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون
َ َم ْن َع ِم َل
Arinya : “ barang siapa berbuat kebaikan dari antara laki-laki dan perempuan sedangkan dia
beriman, maka akan kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan pasti akan kami
balas mereka itu dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka lakukan”