MAKNA ISLAM
Secara harfiah, islam berarti ‘damai’, ‘selamat’, ‘aman’, atau ‘tenteram’, (Lihat Ismail
bin Hammad Al-Jauhari, As-Shihhah: Tajul Lughah Washihahul Arabiyyah, [Beirut, Darul
Ilmi: 1990 M], cetakan keempat, halaman 1951) yang semua itu mengacu pada situasi
yang sangat didambakan setiap orang. Situasi ini tidak hanya oleh umat Islam, tetapi juga
oleh semua umat manusia di mana pun, bahkan hewan dan tumbuhan sekalipun.
Kemudian, secara konseptual, Islam merupakan agama yang mengajarkan monoteisme
tauhid yang harus diwujudkan dalam bentuk kepasrahan diri dan ketaatan kepada Allah
dan rasul-Nya sebagai utusan pembawa rahmah guna meraih kebahagiaan dan
keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat (Surat Al-Baqarah ayat 201). Namun,
kebahagiaan itu tidak akan pernah terwujud tanpa kedamaian dan kasih sayang di antara
sesama.Intinya, dengan membawa misi damai dan kasih sayang itulah risalah Islam
diturunkan ke seluruh alam (Surat Al-Anbiya ayat 107).
Sungguh sebuah ajaran luhur dan mulia yang telah diajarkan Rasulullah SAW
kepada kita. Ajaran Islam Sarat dengan Damai Selama ini, damai masih dipahami sebagai
hidup rukun berdampingan antara dua pihak atau dua kekuatan besar yang semula
berseteru. Padahal, nyatanya tidaklah demikian. Dalam Islam, jiwa dan individu umat
pun diciptakan sedemikian rupa agar damai dan tenteram, dan keduanya merupakan
situasi mendasar. Ketika beraktivitas atau melaksanakan ritual ibadah, kita kerap
diperintah melakukannya dengan cara tenang dan damai. Bahkan, dalam beberapa hal,
tujuan ritual itu sendiri adalah ketenangan dan kedamaian.
Namun, bagaimana cara kita menegakkannya, itu masalah teknis yang boleh saja
berbeda. Demikian pula dalam masalah penegakan keadilan. Bagaimana seorang Islam
yang menjadi rakyat harus menegakkan Islam dan keadilan, seorang pemimpin harus
menegakkan Islam dan keadilan itu bisa saja berbeda. Sementara kalangan umat Islam
berpendapat bahwa kita wajib menegakkan hukum-hukum Allah dalam kehidupan. Dan
jalannya adalah ‘harus khilafah’. Hal ini adalah mengikat kepada seluruh umat Islam.
Semua umat Islam wajib menegakkan syariah dan khilafah. Dalam pandangan penulis,
pendapat seperti itu menunjukkan pendapat yang tidak bisa membedakan antara
syariah dan fiqih. Karena pendapat tersebut harus dibedakan menjadi dua. Yakni hal-hal
yang prinsip tersebut di satu sisi dan hal-hal yang berbau teknis di sisi lain. Bahwasanya
hukum Allah harus ditegakkan maka itu memanglah sebuah kewajiban. Namun, apakah
khilafah adalah sebuah kewajiban juga dengan alasan bahwas ia sebagai alat untuk
menegakkan hukum Allah? Jawabannya tidak. Karena Khilafah itu hanyalah teknis saja.
Khilafah tidak menjadi wajib karena ia bukan satu-satunya jalan atau alat menegakkan
ajaran Islam. Cara yang lain dalam wujud dakwah moral, dakwah sosial juga banyak.
Bahkan hal inilah yang dilakukan para pendakwah Islam di Indonesia sejak zaman
dahulu.