Anda di halaman 1dari 2

C.

ISLAM SEBAGAI RAHMAT BAGI MUSLIM DAN NON-MUSLIM

Rahmatan Lil’Alamin adalah istilah qur’ani dan istilah itu sudah terdapat dalam Al-
Qur’an , yaitu sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Anbiya’ ayat 107: ”Dan tiadalah kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil’alamin)”.

Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau ajaran Islam dilakukan secara benar dengan
sendirinya akan mendatangkan rahmat, baik itu untuk orang Islam maupun untuk seluruh alam.
Rahmat adalah karunia yang dalam ajaran agama terbagi menjadi dua ; rahmat dalam konteks
rahman dan rahmat dalam konteks rahim. Rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat ammah
kulla syai’, meliputi segala hal, sehingga orang-orang nonmuslim pun mempunyai hak
kerahmanan.

Rahim adalah kerahmatan Allah yang hanya diberikan kepada orang Islam. Jadi rahim itu
adalah khoshshun lil muslimin. Apabila ajaran Islam dipahami dan dilakukan secara benar, maka
rahman dan rahim Allah akan turun semuanya. Dengan demikian berlaku hukum sunnatullah,
baik muslim maupun non-muslim kalau mereka melakukan hal-hal yang diperlukan oleh
kerahmanan, maka mereka akan mendapatkanya. Kendatipun mereka orang Islam, tetapi tidak
melakukan ikhtiar kerahmanan, maka mereka tidak akan mendapatkan hasilnya. Dengan kata
lain, kurnia rahman ini berlaku hukum kompetitif. Misalnya, orang Islam yang tidak berikhtiar
melakukan kegiatan ekonomi, maka mereka tidak bisa dan tidak akan menjadi makmur.
Sementara orang yang melakukan ikhtiar kerahmanan adalah non-muslim, maka mereka akan
mendapatkan kemakmuran secara ekonomi. Karena dalam hal ini mereka mendapat sifat
kerahmanan Allah yang berlaku secara universal (ammah kulla syai’).

Sedangkan hak atas syurga ada pada sifat rahimnya Allah Swt, maka yang mendapatkan
kerahiman ini adalah orang muslim. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa
rahmatan lil’alamin adalah bersatunya karunia Allah yang terlingkup di dalam kerahiman dan
kerahmanan Allah.

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyerukan perdamaian dan kasih sayang antar
umat manusia, baik muslim maupun non-muslim. Benang merah yang dapat kita tarik dari
perintah ini adalah mewujudkan perdamaian, semua orang harus merasa bersaudara. Dalam
konteks ini, Alm KH. Hasyim Muzadi mengajukan tiga macam persaudaraan (ukhuwwah).
Pertama, Ukhuwwah Islamiyah artinya persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas
dasar keagamaan (Islam), baik dalam skala lokal, nasional maupun internasional. Kedua,
Ukhuwwah wathaniyah artinya persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar
kebangsaan. Ketiga, Ukhuwwah basyariyah, artinya persaudaraan yang tumbuh dan berkembang
atas dasar kemanusiaan.

Ketiga macam ukhuwwah ini harus diwujudkan secara berimbang menurut porsinya
masing-masing. Satu dengan lainnya tidak boleh dipertentangkan, sebab hanya melalui tiga
dimensi ukhuwah inilah Rahmatan Lil’Alamin akan terealisasi.

Ukhuwwah Islamiyah dan Ukhuwwah Wathaniyah merupakan landasan bagi


terwujudnya Ukhuwwah Insaniyah. Baik sebagai umat Islam maupun bangsa Indonesia, kita
harus memperhatikan secara serius, seksama, dan penuh kejernihan terhadap Ukhuwwah
Islamiyah dan Ukhuwwah Wathaniyyah. Kita tidak boleh mempertentangkan kedua macam
ukhuwwah ini. Dalam hidup bertetangga dengan orang lain, bukan famili, bahkan non-muslim
atau non-Indonesia, kita diwajibkan berukhuwwah dan memuliakan mereka dalam arti hubungan
sosial yang baik.

Rasulullah SAW memberikan contoh hidup damai dan penuh toleransi dalam lingkungan
yang plural. Ketika di Madinah, beliau mendeklarasikan Piagam Madinah yang berisi jaminan
hidup bersama secara damai dengan umat agama lain. Begitu juga ketika menaklukkan Makkah,
beliau menjamin kepada setiap orang, termasuk musuh yang ditaklukkannya, agar tetap merasa
nyaman dan aman. Gereja- gereja dan sinagog-sinagog boleh menyelenggarakan peribadatan
tanpa harus ketakutan.

Dengan demikian maka bisa kita maknai bahwasanya islam merupakan ajaran yang dapat
membawa kedamaian dan ketenangan bagi setiap manusia. Oleh sebab itu, sebagai pemeluk
agama islam, kita juga diwajibkan untuk mengamalkan ajaran agama dengan baik untuk dapat
menciptakan kondisi damai bagi seluruh umat tanpa pandang agama, suku, ras, dan bangsa.

sumber :

https://cimahikota.go.id/index.php/artikel/detail/874-memahami-konsep-islam-rahmatan-lil
%E2%80%99alamin.

Anda mungkin juga menyukai