Anda di halaman 1dari 13

TEKNOLOGI FARMASI III

PIROGEN
kelompok 3
Khairiyatul Yasmin
Meta Desri Ramadhani
Mike Julianti
Monica Cahayati
Putri Nova Susanti
Rahma Dini Soleha Esa
Rahmadona Nadilla
Reski Fernando
Tiara Mawadha

Kelas :2019 C
Hari / Tanggal : Selasa / 30 November 2021
Waktu : 08.00 WIB

Apt. Ully Chairunnisa, M. Farm


PENGERTIAN
Pirogen berasal dari kata “pyro” yang artinya keadaan yang berhubungan dengan
panas, dan kata “gen” yang artinya membentuk atau menghasilkan. Pirogen adalah
suatu produk mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif (Teztee, 2009).
Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan sebagai
senyawa lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira-kira 5-10% massa total bakteri.
Pirogen ini merupakan senyawa yang jika masuk ke dalam aliran darah akan
mempengaruhi suhu tubuh dan biasanya menghasilkan demam. Pengobatan
demam yang disebabkan oleh pirogen sangat sulit dan pada beberapa kasus dapat
menyebabkan kematian. Pirogen berasal dari kelompok senyawa yang luas, meliputi
endotoksin (LPS). Endotoksin adalah suatu molekul yang berasal dari membran luar
bakteri gram negatif. Organisme gram negatif membawa 3-4 juta LPS pada
permukaannya yang meliputi 75% permukaan membran luar (Sudjadi, 2008).
Pirogen

Pirogen secara garis besar dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Pirogen Endogen

Pirogen endogen adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh


kita sendiri sebagai reaksi kekebalan melawan kuman penyakit yang
masuk ke tubuh. Misalnya interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), alpha-
interferon, dan tumor necrosis factor (TNF).
2. Pirogen Eksogen

Pirogen eksogen merupakan faktor eksternal tubuh yang


menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh manusia. Misalnya bagian
dari sel bakteri dan virus. Selain itu, bisa juga berupa zat racun (toksin)
yang dihasilkan oleh bakteri atau virus tertentu.
Sifat-sifat Pirogen

1. Termostabil, sehingga hanya dapat dihilangkan dengan


pemanasan pada suhu 650 derajat C selama 1 menit.
2. Larut dalam air.
3. Tidak dipengaruhi oleh bakterisida biasa.
4. Tidak menguap.
5. Berat Molekul (BM) antara 15.000-4.000000.
6. Ukuran umumnya 1-50 millimikron.

 
Uji Pirogenitas

Uji pirogenitas (Depkes RI, 1979)

 Pengujian pirogenitas
 Hewan percobaan
 Alat
 Sediaan uji
 Prosedur
 Uji pendahuluan
 Uji pendahuluan
Uji Pirogenitas

Pengujian pirogenitas dilakukan dengan mengukur peningkatan suhu


badan kelinci yang disebakan penyuntikan intravena sediaan uji steril.
Uji Pirogenitas

Hewan percobaan yang digunakan adalah kelinci yang selama seminggu sebelum pengujian
tidak menunjukkan penurunan bobot badan. Kelinci tidak dapat digunakan uji pirogenitas jika:

a. 3 hari sebelumnya telah digunakan untuk pengujian pirogenitas dan memberikan hasil
negatif.
b. 3 minggu sebelumnya telah digunakan untuk pengujian pirogenitas, sediaan uji tidak
memenuhi syarat.
c. Telah digunakan kapan saja untuk pengujian pirogenitas dan respon rata-rata kelompok
kelinci melebihi 1,2o
Uji Pirogenitas

Alat yang digunakan thermometer. Digunakan thermometer atau thermometer listrik dengan
ketelitian skala 0,1o dan dapat dimasukkan ke dalam rectum kelinci sedalam lebih kurang 5
cm.Alat suntik dibuat dari kaca atau bahan lain yang cocok, tahan pemanasan pada suhu 250 o.

Sediaan uji dibuat dari zat uji dengan melarutkan atau mengencerkan dengan larutan natrium
klorida P steril bebas pirogen atau jika zat uji berupa larutan yang sesuai dapat langsung
digunakan.
Uji Pirogenitas

Prosedur: 1 jam sebelum pengujian, masukkan kelinci ke dalam kotak kelinci sedemikian
rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar, badannya bebas hingga
kelinci dapat duduk dengan bebas.

Uji pendahuluan: 1 sampai 3 hari sebelum pengujian, suntikkan intravena 10 ml per kg


bobot badan dengan larutan natrium klorida P steril bebas pirogen dalam ruangan yang
tenang.
Uji Pirogenitas

Uji pendahuluan: suhu awal tiap kelinci adalah suhu rata-rata 2 pembacaan suhu dengan
interval 30 menit dan dilakukan 40 menit sebelum penyuntikan sediaan uji. Suhu maksimum
adalah suhu tertinggi yang dicatat selama 3 jam setelah penyuntikan sediaan uji. Catat suhu
badan kelinci dengan interval tidak lebih dari 30 menit dimulai 90 menit sebelum penyuntikan
hingga 3 jam setelah penyuntikan sediaan uji. Selisih antara suhu inisial dan suhu maksimum
tiap kelinci dinyatakan sebagai suhu respon. Jika suhu respon negatif, dianggap nol. Kelinci
dinyatakan memenuhi syarat jika perbedaan suhu awal antara kelinci yang satu dengan yang lain
tidak lebih dari 1o.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit UI Press

Aulton, Michael. 1990. Pharmaceutical Practice. London: Oritic Livingston

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen
kesehatan Republik Indonesia

Houssay, 1955. Human Physiology. New York: Me Graw Hill Company. Inc. Second Edition. 942

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat Edisi V, 88. Bandung: ITB

Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)

Usman Suwandi. 1988. Uji Pirogenitas dengan Kelinci dan Limulus Amebocyt Lysate. Cermin Dunia
Kedokteran no.52

Turco, Salvatore dan Robert E. 1974. Sterile Dosage Forms. London : Published in Great Britain by
Henry Kimpton Publishers

 
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai