Anda di halaman 1dari 33

GANGGUAN

 
PENGLIHATAN
(GLAUKOMA)
Anggota Kelompok

Anggita Restiana Dewi 10219005 Neti Yulia Agustin 10219040


Binti Ayu Herliana 10219010 Prischa Septi Diana 10219045
Danisa Wahyuning Asri 10219015 Rizki Adinda Putri 10219050
Dinda Sita Devi 10219020 Siska Fithia Putri 10219055
Farida Fitri Wahyuni 10219025 Vela Diah Ayu Prastika 10219060
Intan Nur Fadilah 10219030 Hildasari Astuti Wibowo 10220031
Lulu Habiba Nailarifda 10219035 Tata Melati Meliyazis 70421001
GLAUKOMA

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala
patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO)
Klasifikasi Glaukoma

Glaucoma Primer Glaukoma sekunder

Glaukoma kongenital
Etiologi Glaukoma

Glaukoma
Glaukoma primer
primer Glaukoma
Glaukoma primer
primer

Akut
Akut Disebabkan
Disebabkan penyakit
penyakit mata
mata
lain,
lain, seperti:
seperti: katarak,
katarak,
perubahan
perubahan lensa
lensa kelainan
kelainan
Kronik
Kronik uvea pembedahan
uvea pembedahan
Patofisiologi Glaukoma
Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa,
terdapat/bermuara aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha.
Aqueous humor diproduksi secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat
dibagian posterior irisdan mengalir melewatipupil kedalam cameraokuli anterior.
Aqueous humor disalurkan melalui canal Schlemm disekitar mata dan berada pada
bagian sudut camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris perifer dan kornea
dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan penyerapanaqueous
humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative konstan. TIO
berkisar 10-20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan naik
sampai 5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat
menimbulkan kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan disebabkan
abstruksi/sumbatan dari penyerapan aqueous humor.
Manifestasi klinis Glaukoma

B. Glaukoma sudut tertutup


A. Glaukoma sudut terbuka
- Nyeri hebat didalam dan disekitar mata
- Kerusakan virus yang
- Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
serius
- Pandangan kabur
- Lapang pandang
- Sakit kepala
mengecil dengan
- Mual muntah
macam-macam
- Kedinginan
skottoma yang khas
- Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang
- Perjalanan penyakit
sangat sedemikian kuatnya keluhan mata (gangguan penglihatan,
progresif lambat
fotopobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien
Lanjutan…

C. Glaukoma sekunder
- Pembesaran bola mata D. Glaukoma kongenital
- Gangguan lapang pandang - Gangguan penglihatan
- Nyeri didalam mata
Pemeriksaan Penunjang

1. Glaukoma Akut

2. Glaukoma Kronik
Penatalaksanaan Glaukoma

Obat-obat miotik Obat-obat penghambat sekresi aquor


- Golongan kolinergik (pilokarpin 1 humor (Adrenergik)
– 4 % 5 kali / hari), karbakol - Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x /
(0,75–3 %) hari)
- Golongan anti kolineoterase - Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
(demekarium bromid, hurmosal
0,25 %)
Lanjutan…
Laser trabeculoplasty dimana suatu
laser zat organ disorotkan langsung
Carbonucan hidrase intibitor kejaringan trabekuler untuk merubah
susunan jaringan dan membuka aliran
- Asetazolamid (diamol dari humor Aguos dan iridektomi
125 – 250 mg 4 x / hari)
- Diklorfenamid
(metazolamid)
Tindakan bedah trabeculectomy
Komplikasi Penderita Glaukoma
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola
mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea
terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan
kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk
menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola
mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA
• Pengkajian

1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa
medis, suku bangsa, status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di kepala,
mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri hebat
di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat
hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau
horisontal memiliki penyakit yang serupa.
4. Pola - Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai/melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit yang
diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam
pemeliharaan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan pada pola
nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi,
berapa banyak/dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya.
c. Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap
dikaji konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah/sulit tidur karena
nyeri/sakit hebat menjalar sampai kepala.
e. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien
mengalami penurunan.
f. Pola persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap
penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi/mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan pada
kongnitif tidak mengalami gangguan. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda : Papil menyempit dan
merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata.
H. Pola hubungan dan peran
Bagaimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang dideritanya.
i. Pola reproduksi
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
J. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi penglihatannya
serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
K. Pola tata nilai dan kepercayaan
  Biasanya klien tidak mengalami gangguan
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan
TTV.
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher .
 
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala, mata
merah, edema kornea, mata terasa kabur.
c. Pemeriksaan Integumen
Meliputi warna kulit, turgor kulit.
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
f. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
g. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.
h. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
i. Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
j. Pemeriksaan Sistem Pernafasan.
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya
lapang pandang.
k. Pengkajian Khusus
- Mata
- Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mmHg)
- Nyeri tumpul orbital
- Perimetri : menunjukkan penurunan luas lapang pandang
- Kemerahan (hiperemia mata)
- Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau terbuka.
6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) :
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
e. Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi : Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap,LED : Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : Memastikan
aterosklerosis.
i. Tes Toleransi Glukosa : Menentukan adanya DM.
 
2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma).


b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN
HASIL

1 Nyeri akut (D.0077) b.d agem pencedera Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.03120)
fisiologis (isemik,aterosklerosis) d.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
mengeluh nyeri keperawatan 1 x 24 jam, maka - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualita,
Tingkat nyeri membaik intesitas nyeri
dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
a. Keluhan nyeri menurun
(5) - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

b. Meringisi menurun (5) - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah


diberikan
c. Frekuensi nadi membaik
(5) - Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
d. Tekanan darah - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
membaik (5)

- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


e. Pola tidur membaik (5)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
  Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri


Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
2 Gangguan persepsi Setelah dilakukan Minimalisasi Rangsangan
sensori b.d gangguan tindakan Observasi :
penglihatan ditandai keperawatan 1x24 − Periksa status mental, status
dengan peningkatan TIO. jam masalah sensori, dan tingkat kenyamanan
  maka gangguan (mis. nyeri, kelelahan)
persepsi sensori  
dapat teratasi Terapeutik :
dengan kriteria  Diskusikan tingkat toleransi
hasil : terhadap beban sensori (mis.
a. Verbalisasi cahaya, suara, aktivitas)
melihat  Batasi stimulus lingkungan (mis.
bayangan cahaya, suara, aktivitas)
meningkat  
b. Respon Edukasi :
sesuai  Ajarkan cara meminimalisasi
stimulus stimulus (mis. mengatur
membaik pencahayaan ruangan, mengurangi
kebisingan, membatasi kunjungan)
 
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
 Trigger Case
Ny. N ibu rumah tangga berusia 50 tahun datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri
terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya pasien merasa gatal dimata, dan kepala
sering terasa sakit, selain itu, pasien juga kadang melihat pelangi saat memandang
lampu. Sekarang, pasien merasa penglihatannya menyempit sehingga untuk berjalan
menjadi kesusahan dan harus berhati- hati. Keluhan serupa pernah dialami pasien pada
mata kanannya. Mata kanan sudah tidak bisa melihat sejak 6 tahun yang lalu. Awalnya,
mata kanan juga terasa gatal, cekot – cekot, kabur dan kadang terlihat pelangi saat
melihat lampu. lalu lama kelamaan, mata kanan hilang pandangan penglihatan yang
terasa semakin lama semakin mengecil lalu tidak bisa melihat sampai sekarang. Pasien
sudah sering ke dokter dan di beri obat tetes, namun keluhan dirasa pasien tidak
berkurang.
Riwayat operasi mata disangkal, DM disangkal, hipertensi disangkal, riwayat memakai
kacamata (-) Pada pemeriksaan didapatkan TD 110/80 mmHg, nadi 80 x/m, respirasi 20
x/m, suhu 36,5 oc, visus OS 6/24, midriasis pupil yang tidak reaktif, reflek cahaya (-),
palpasi OS: teraba bola mata lebih keras dibandingkan OD, TIO OS 20 mmHg.
A. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identifikasi Klien
Seorang perempuan 50 tahun .
b. Keluhan Utama
Pasien merasa penglihatannya menyempit.
 
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien Mengatakan mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya pasien merasa
gatal dimata, dan kepala sering terasa sakit, selain itu, pasien juga kadang melihat pelangi saat
memandang lampu. Sekarang, pasien merasa penglihatannya menyempit sehingga untuk berjalan
menjadi kesusahan dan harus berhati- hati.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Mata kiri terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. Mata kanan sudah tidak bisa melihat sejak
6 tahun yang lalu. Riwayat operasi mata disangkal, DM disangkal, hipertensi disangkal, riwayat
memakai kacamata (-)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada data pada kasus.
3. Pola – pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat


Tidak ada data dikasus tapi pasien kelihatannya tidak tahu tentang penyakitnya.
b. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien terganggu karena fungsi penglihatan klien mengalami
penurunan.
3. Pola sensori dankognitif.
Penglihatan kabur dan kadang terlihat pelangi saat melihat lampu. lalu lama
kelamaan, mata kanan hilang pandangan penglihatan yang terasa semakin lama
semakin mengecil lalu tidak bisa melihat sampai sekarang.
4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien baik hanya tidak bias melihat pada kedua matanya.
b. Pemeriksaan Kepala danLeher
Gatal dimata, dan kepala sering terasa sakit.
c. Pemeriksaan Integumen
Gatal dimata
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi Respirasi 20 x/m.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Pada pemeriksaan didapatkan TD 110/80 mmHg, nadi 80 x/m.
ANALISA DATA
No Data Fokus Penyebab/ Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Ds: TIO meningkat
Gangguan persepsi sensori
 Ny. N
↓ Gangguan saraf
mengatakan
optik
penglihatan
↓ Perubahan
kabur, tidak
penglihatan
jelas, perifer
penurunan
↓ Gangguan
area
persepsi sensori
penglihatan
penglihatan
Do:
 Visus OS6/24
 Midriasis
pupil yang
reaktif
 Reflek cahaya
(-)
2 Ds: Peningkatan tekanan Nyeri akut
 Ny. N mengatakan vitreus
kepala sering terasa ↓ Pergerakan
sakit. iriskedepan
Do: ↓

 Ny. N tampak TIO meningkat

meringis ↓
 
 Ny. N tampak
Tindakan
gelisah
operasi
 TD : 110/80 mmHg  
 N : 80x/menit ↓
 RR : 20x/menit
 

trabekulectomy
 


 

Nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
gangguan penglihatan ditandai dengan peningkatan
TIO.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik ditandai dengan post operasi trabekulectomi
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. DX. TUJUAN DAN KRITERIA INTERVERENSI Rasional
KEPERAWATAN HASIL  

1. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan Minimalisasi Rangsangan  
penglihatan ditandai dengan peningkatan TIO. keperawatan 1x24 jam Observasi :  
  masalah maka gangguan 1. Periksa status mental, status sensori, Observasi :
persepsi sensori dapat teratasi dan tingkat kenyamanan (mis. nyeri, kelelahan) 1. Untuk mengetahui keadaan dan
dengan kriteria hasil :   kenyamanan pasien
1. Verbalisasi melihat bayangan Terapeutik :  
meningkat 1. Diskusikan tingkat toleransi Terapeutik :
2. Respon sesuai stimulus membaik terhadap beban sensori (mis. 2. Untuk mengetahui sampai batas mana
cahaya, suara, aktivitas) pasien mampu
2. Batasi stimulus lingkungan (mis. 3. Untuk memberikan kenyamanan kepada
cahaya, suara, aktivitas) pasien
   
Edukasi : Edukasi :
3. Ajarkan cara meminimalisasi 4. Untuk mengurangi stimulus yang
stimulus (mis. mengatur mengganggu memperparah keadaan
pencahayaan ruangan, pasien
mengurangi kebisingan,  
membatasi kunjungan) Kolaborasi :
  1. Untukmembantuprosespenyembuhanpasien
Kolaborasi :
4. Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi
stimulus
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik ditandai dengan post Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Manajemen Nyeri
operasi trabekulectomi maka rasa nyeri menurun dengan kriteria hasil : Observasi :
  1. Tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
2. Mampu mengonterol nyeri kualitas, intensitas nyeri
3. Status kenyamanan meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
 
Terapeutik
5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres air hangat/dingin,
terapi bermain)
6. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi mereadakan nyeri
 
Edukasi :
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
3. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Dx Hari/tanggal Implementasi
1. Selasa, 9 November 2021  Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
  Mengidentifikasi pengetahuan keyakinan tentang nyeri

 Menyesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan.
 

2. Rabu, 10 November 2021 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi,kualitas,



intensitas nyeri
 Mengidentifikasi skala nyeri
 Mengidentifikasi pengetahuan keyakinan tentang nyeri
 Memonitor efek samping penggunaan analgetik
 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi mereadakan nyeri
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
 Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai