Anda di halaman 1dari 34

KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN LEUKIMIA
KELOMPOK 3
Lastri Ayulandari
Tita Melawati
Mega Rismayanti
Imam Nurhakim
Shofiatin Nur Azizah
Fadilah Alya Fitri Alfian
Zahra Maudita Sabila
Definisi Leukimia
Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah
putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum
tulang normal, juga terjadi proliferasi di hati limpa dan nodus
limfatikus dan invasi organ non hematologis seperti meningen,
traktus gastrointestinal, ginjal dan kulit (Bruner & Suddarth,
2002).
Leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan,
jumlah leukosit dalam bentuk akut seringkali rendah (sehingga
dinamakan leukemia). Sel-sel imatur ini tidak dengan sengaja
menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan
vaskuler. Penghancuran sel terjadi melalui infiltrasi dan kompetisi
yang terjadi kemudian pada unsur-unsur metabolik. (Dyna, 2016).
Klasifikasi Leukimia
Leukemia dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)
ALL sering menyerang pada masa anak-anak dengan
presentase 75-80%. ALL mengilfiltrasi sumsum tulang oleh sel
limfoblastik yang menyebabkan anemia, memar
(trombositopeni), dan infeksi (neutropenia).
2. Akut Mieloid Leukemia (AML)
Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari
transformasi suatu atau beberapa sel hematopoietik. Sifat
sebenarnya dari lesi molekulelar yang bertanggung jawab atas
sifat-sifat neoplasmik dari sel yang berubah bentuknya tidak
jelas, tapi defek kritis adanya intrinsik dan dapat diturunkan
oleh keturunan sel tersebut
Lanjutan.....
3. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)
Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) adalah penyakit
klonal sel induk pluripoten dan digolongkan sebagai salah
satu penyakit mieloproliferatif (Hoffbrand et.al., 2005).

4. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL)


CLL/LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati
generalisata dan peningkatan jumlah leukosit disertai
limfositosis, perjalanan penyakit biasanya jinak dan indikasi
pengobatan adalah hanya jika timbul gejala
Lanjutan....
5. Leukemia Kongenital
Leukemia kongenital sangat jarang terjadi, terdapat
kurang dari 100 kasus yang tercatat dengan baik, dengan
sebagian besar adalah AML. Leukemia ini biasanya
ditandai oleh hiperleukositosis, hepatosplenomegeli,
infiltrat kulit nodular, dan gawat napas sekunder akibat
leukositasis pulmonal.
Etiologi
Penyebab leukemia pada manusia tetap belum diketahui akan
tetapi beberapa faktor predisposisi atau faktor yang berperan
telah diketahui termasuk faktor lingkungan dan genetik serta
keadaan imuno defisiensi seperti Sinar radioaktif Virus
onkogenik (retrovirus tipe C) - Virus RNA. Virus Epsteinbarr
dengan limfoma Burkitt memberi kesan bahwa agen infeksius
memegang peranan pada leukemia manusia. Virus limfotropik
sel T manusia (HTLV)-1 berhubungan dengan sel-T leukemia
dewasa, dan HTLV II dengan leukemia sel serabut (hairry cell)
manusia. Meskipun telah dilakukan observasi seperti ini, tidak
ada bukti langsung yang menghubungkan segala virus dengan
jenis leukemia yang sering terjadi pada anak (Dyna, 2016).
Patofisiologi
Manifestasi Klinik
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,
trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang
terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
1. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya
menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis
berhubungan dengan anemia (mudah lelah atau letargi,
pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
2. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi
yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang.
Lanjutan.....
3. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam,
keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan
penyakitnya.
4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blast.
Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang
akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah
penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan
anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai
infeksi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan
pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum
tulang.
1. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan
trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis
lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3.
Lanjutan....
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang
diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel
muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap).
Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.
Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh
limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan
limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan
keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan
aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.
Penatalaksanaan medis
1) Kemoterapi
Tujuan kemoterapi untuk mencapai remisi lengkap dengan
menghancurkan sel-sel leukemia sehingga sel-sel normal dapat tumbuh
lagi di sumsum tulang. Terapi leukemia pemakaian agen kemoterapi
dengan atau tanpa iradiasi kranial diberikan dalam empat tahapan, yaitu:
a. Induksi selama 4-6 minggu
Obat yang digunakan kortikosteroid, VCR ( vincristin 1 x/mgg, total 4-6
dosis), L-asparaginase dengan atau tanpa doxorubicin. Induksi lengkap
apabila sel blast dalam sumsum tulang kurang 5%.
b. Intensifikasi atau konsolidasi
Tujuan konsolidasi untuk menurunkan lebih besar lagi jumlah sel
leukemia dalam tubuh anak. Obat yang digunakan adalah Lasparaginase,
MTX (metrotrexate) dosis tinggi, atau dosis menengah dari MTX dengan
leukovorin, VCR, doxorubicin, steroid, cytarabin secara IM atau oral dan
pemberian mercaptopurin. Diberikan selama 6 bulan pertama pengobatan.
Lanjutan....
c. Terapi propilaksis sistem persyarafan
Tujuan terapi profilaksis untuk mencegah infiltrasi sel
leukemia ke sistem saraf pusat.
d. Maintenance atau Rumatan (selama 2,5-3 tahun)  
Tujuan maintenance mempertahankan remisi dan
menurunkan sel leukemia lebih besar dari tahap
selanjutnya.
Lanjutan....
2) Transfusi darah
Diberikan jika kadar HB < 6%, pada trombositopenia
dan perdarahan masif diberikan tranfusi trombosit.
3) Kortikosteroid
Terapi prednison, dexametason, kortison dan sebagainya
diberikan setelah masa remisi (sel kanker sudah tidak
ada lagi dalam tubuh dan gejala klinik membaik) dosis
dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
Lanjutan....
4) Immunoterapi
Immunoterapi diberikan setelah tercapai masa remisi dan jumlah
sel leukemia cukup rendah (105-106) immunoterapi dapat
diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan
pemberian immunisasi BCG dengan Crinae Bacterium bertujuan
untuk terbentuknya antibodi yang dapat memperkuat daya tahan
tubuh.
5) Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak karena kanker dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum
tulang yang rusak disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi.
Konsep Asuhan Keperawatan Leukimia
pada Anak

Anda mungkin juga menyukai