Anda di halaman 1dari 11

SOP PEMASANGAN INFUS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :


Tia Septihanur (2107201093)
Zakiatun Ahmad (2107201094)
Muhaimin Sya’ban(2107201093)
A. LATAR BELAKANG

 Pemasangan infus merupakan salah satu tindakan dasar dan pertama


yang dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat sebagai awal
dari rangkaian kegiatan pengobatan dan perawatan. Hampir semua
jenis kasus baik itu gawat, darurat, kritis, ataupun sebagai tindakan
profilaksis.
 Karenanya, sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat adalah
sebuah keharusan untuk bisa melakukan  tindakan pemasangan infus
yang baik dan benar  sesuai standar operasional prosedur yang berlaku
agar hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihindari. Untuk SOP
pemasangan infus, setiap instansi pelayanan kesehatan pasti
mempunyai SOP yang berbeda-beda, tergantung referensi mana yang
digunakan. Namun secara garis besar, terapi intravena semuanya sama.
B. PENGERTIAN PEMASANGAN INFUS

 Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari


pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin kedalam
tubuh pasien (Darmawan, 2008).
 Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah
memasukkan jarum atau kanula kedalam vena (pembuluh balik)
untuk dilewati cairan infus/pengobatan, dengan tujuan agar
sejumlah cairan atau obat dapat masuk kedalam tubuh melalui
vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini merupakan
tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak,
dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara
pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang
keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa.
C. TUJUAN PEMASANGAN INFUS
 Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intra vena
adalah mempertahankan atau mengganti cairan tubuh
yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak
dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,
mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan
elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa,
memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk
pemberian obat intravena, dan membantu pemberian
nutrisi parenteral.
D. INDIKASI PEMASANGAN INFUS
 Secara garis besar, indikasi pemasangan infus terdiri dari 4 situasi yaitu; Kebutuhan pemberian obat
intravena, hidrasi intravena, transfusi darah atau komponen darah dan situasi lain di mana akses langsung
kealiran darah diperlukan. Sebagai contoh:
 Kondisi emergency (misalnya ketika tindakan RJP), yang memungkinkan untuk pemberian obat secara
langsung kedalam pembuluh darah Intra Vena.
 Untuk dapat memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid, digoxin).
 Pasien yang mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara terus-menerus melalui pembuluh darah
Intra vena.
 Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan & elektrolit.
 Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kepentingan dengan injeksi intra
muskuler.
 Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
 Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya pada operasi besar dengan risiko
perdarahan, dipasang jalur infus intra vena untuk persiapan seandainya berlangsung syok, juga untuk
memudahkan pemberian obat).
 Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, contohnya syok (meneror nyawa) & risiko
dehidrasi (kekurangan cairan), sebelum pembuluh darah kolaps (tak teraba), maka tak mampu dipasang
pemasangan infus.
E. KONTRA INDIKASI PEMASANGAN INFUS
Kontra indikasi relatif pada pemasangan infus, karena ada berbagai
situasi dan keadaan yang mempengaruhinya. Namun secara umum,
pemasangan infus tidak boleh dilakukan jika;
 Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis, sklerosis vena,
luka bakar dan infeksi di area yang hendak di pasang infus.
 Pemasangan infus di daaerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal,
terutama pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal karena
lokasi ini dapat digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-
V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
 Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran
darahnya lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai & kaki).
F. LOKASI PEMASANGAN INFUS

 Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena perifer
yang sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena
supervisial atau perifer terletak di dalam fasia subcutan dan
merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena.
 Daerah tempat infus yang memungkinkan adalah permukaan
dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena
sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena
kubital median, vena median lengan bawah, dan vena radialis),
permukaan dorsal (vena safena magna, ramus dorsalis).
G. Jenis Cairan Pemasangan Infus
 Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter, (2005)
cairan intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu:
 Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan)
cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
 Cairan bersifat hipotonis: osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum.
 Cairan bersifat hipertonis: osmolaritasnya lebih tinggi
dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari
jaringan dan sel kedalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi
edema (bengkak).
H. ALAT DAN BAHAN PEMASANGAN INFUS
 Sebelum melaksanakan pemasangan infus, berikut adalah alat dan bahan yang
harus dipersiapkan ketika hendak melakukan tindakan pemasangan infus.
Pastikan bahwa alat dan bahan ini sudah tersedia.
 Standar infus.

 Set Infus

 Cairan infus sesuai kebutuhan.

 IV Catheter/Wings Needle/Abocath sesuai kebutuhan.

 Perlak.

 Tourniquet.

 Plester.

 Gunting.

 Bengkok/Nierbekken.

 Handscoen.

 Kassa steril.

 Kapas alkohol/Alkohol swab.

 Betadine
I. SOP PEMASANGAN INFUS
 Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus yang digunakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut:
 Cuci tangan.
 Dekatkan alat.
 Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama
pemasanga ninfus.
 Atur posisi pasien / berbaring.
 Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus.
 Menentukan area vena yang akan ditusuk.
 Pasang alas.
 Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk.
 Pakai sarung tangan.
 Desinfektan daerah pemasangan dengan kapas alkohol

Lanjut
Lanjutan......

 Tusukan IV catheter ke vena


 Pastikan jarum IV masukke vena.

 Sambungkan jarum IV dengan selang infus.

 Lepaskan tourniquet

 Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi.

 Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester.

 Atur tetesan infus sesuai program medis.

 Lepas sarung tangan.

 Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi :nama


pelaksana, tanggal dan jam pelaksanaan.
 Bereskan alat.

 Cuci tangan.

 Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi


keperawatan

Anda mungkin juga menyukai