Kasus
Seorang laki-laki 61 tahun datang ke klinik dengan keluhan
batuk. Pasien mengalami beberapa kali infeksi saluran napas
atas dalam 2 bulan terakhir dengan disertai hemoptysis.
Pasien adalah perokok berat sejak usia 30 tahun dan berhenti
10 tahun kemudian, dan tidak merokok lagi sejak itu (21
tahun). Hasil pemeriksaan diketahui pasien menderita kanker
paru-paru.
• Laki-laki memiliki tingkat metilasi pada gen Ras Association domain Family 1A
(RASSF1A) yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (Vaissiere dkk,
2015).
• Metilasi pada gen RASSF1A akan menginduksi inaktivasi dari ekspresi gen yang
Jenis menyebabkan hilangnya inhibisi pada Cyclin D1.
Kelamin • Sehingga cell cycle arrest tidak terjadi, yang menyebabkan sel membelah
secara tidak terkendali, sehingga menjadi kanker.
• Semakin tuanya umur, maka akan semakin tinggi risiko terkena kanker.
• Golongan umur diatas 45 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi menderita
kanker paru, dibandingkan populasi yang berumur dibawah 45 tahun.
Umur • Usia lebih dari atau sama dengan 55 tahun mengalami perubahan silia,
perubahan imunologis, dan perubahan struktur paru.
• Apabila ada keluarga pasien yang terkena kanker paru-paru, maka pasien
memiliki risiko sekitar 2 kali lipat terkena kanker paru-paru.
• Apabila keluarga pasien kanker paru didiagnosis pada usia 40 dan 59 tahun,
Genetik maka memiliki risiko 6 kali lipat terkena kanker paru-paru.
Kasus diatas
meyebutkan bahwa Berdasarkan kasus
pasien yang berumur ini, penyebab Selain itu, kasus
61 tahun adalah utama pasien ini juga
perokok berat sejak mengalami kanker disebabkan
usia 30 tahun, lalu paru adalah karena karena faktor
berhenti merokok 10 pasien seorang usia, dan jenis
tahun kemudian, dan perokok berat yaitu kelamin.
tidak merokok selama 10 tahun.
kembali.
Dari kasus diatas, pasien mengalami gejala batuk dan
hemoptosis, artinya pasien tersebut menderita tumor
primer NSCLC (Chisholm-Burns, M. A., 2015).
Pasien didiagnosis terkena kanker paru NSCLC
karena:
Visualisasi X-ray dada Metode visualisasi paling murah, Mudah diakses dan tidak memerlukan administrasi
pewarna kontras sistemik.
CT Lebih akurat saat memberikan informasi tentang ukuran, lokasi, dan invasi daripada
radiografi dada.
PET scanning Menggunakan zat yang disebut 5-FDG untuk menghasilkan citra fungsional paru-paru.
Tumor Jarum halus Metode aspirasi sel dari tumor melalui penyisipan jarum kecil ke lesi dan aspiratif.
contoh aspirasi Umumnya digunakan untuk mengevaluasi kelenjar getah bening atau situs yang tidak dapat
diakses lainnya, ia memiliki keuntungan menjadi lebih cepat dan kurang invasif
dibandingkan metode biopsi lainnya
Bronkoskopi Kamera fiberoptik dimasukkan melalui saluran udara untuk memeriksa lokasi lesi yang
dicurigai, lesi divisualisasi, dan alat yang melekat pada kamera memungkinkan untuk biopsi
jaringan
Jarum inti Metode memperoleh jaringan. Jarum besar-bor dimasukkan ke dalam lesi, di mana ia
biopsi memotong inti jaringan yang kemudian dapat dievaluasi
Thoracentesis Mengangkat cairan di rongga pleura melalui jarum. Cairan kemudian diuji untuk melihat sel
kanker.
Sitologi dahak Mendeteksi sel kanker yang terlepas dari saluran udara ke dahak. Sitologi dahak adalah
berguna karena tidak invasif, tetapi memiliki sensitivitas yang lebih rendah untuk
mendeteksi kanker.
sehingga
Kemudian
setelah itu menyebabkan Jalur membentuk Mengalami transisi
Sel kanker Tumbuhnya
mutagenik melalui keadaan
terlepas sel kanker.
yang berbeda premaglinan
Kemoterapi
Bedah
neoadjuvant
atau operasi
Bedah
Radioterapi
Histologi sel non-skuamosa— untuk analisis genetik dan mengidentifikasi tumor EGFR+ atau ALK+ untuk
histologi Squamous (25% kanker paru) pertimbangan untuk analisis genetik jika tidak pernah merokok atau
campuran histologi
EGFR + (15% dari ALK + (3% -7% dari NSC-LC) EGFR dan ALK WT atau tidak
adenokarsinoma) dikenal
Crizotinib
Monitoring Evaluasi
• Pantau kekambuhan atau perkembangan • Evaluasi kesesuaian rejimen pasien di
penyakit. setiap kunjungan (setiap minggu, 3
• Metode ini termasuk pemeriksaan fisik minggu, atau 4 minggu).
dan rontgen dada setiap 3-4 bulan • Manage toksisitas yang mungkin
selama 2 tahun. terjadi. Tanyakan pada pasien terkait
• Jika tidak ada penyakit yang terdeteksi keluhan dari pemakaian terapi
selama waktu ini, frekuensi tindak lanjut (toksisitas).
dapat diperpanjang hingga setiap 6 bulan
• Progresifitas kanker harus dapat
selama 3 tahun dan kemudian setiap
tahun. dihambat dengan terapi yang
diberikan.
• Rekomendasikan pasien untuk berhenti
merokok, ini menjadi hal yang prioritas.