Anda di halaman 1dari 57

Case Report Session 1

Epilepsi
Pembimbing : dr. idrat, Sp.S
Oleh
Muhammad Haldian Hakir
G1A218091
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
Pendahuluan 2

Akibatnya banyak yang menderita epilepsi yang tak


Epilepsi berasal dari bahasa Yunani yang berarti 03
“serangan” atau penyakit yang timbul secara tiba- terdiagnosis dan mendapat pengobatan yang tidak tepat
tiba.Epilepsi merupakan penyakit yang umum sehingga menimbulkan dampak klinik dan psikososial
terjadi dan penting di masyarakat. yang merugikan baik penderita maupun keluarganya
02

01 Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf yang sering dijumpai,


terdapat pada semua bangsa, segala usia dimana laki-laki sedikit lebih
banyak dari wanita.
BAB II
IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien 4

Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan


kejang-kejang sejak ± 1 hari SMRS.

Nama : Ny. F
Umur : 17 Tahun
Pekerjaan : pelajar
Alamat : RT.05 Olak Kemang
Masuk RS : 24-4-2019
Daftar Masalah
No. Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal

1. Kejang-kejang 24-4-2019
Riwayat Penyakit
Pasien datang dengan padangan ganda dan buram sejak ± 1 minggu SMRS, saat sedang mengendarai
motor siang hari, sebelumnya mata terasa nyeri dan seperti tertusuk-tusuk disertai nyeri kepala, mata
kanan terasa berat, sulit untuk dibuka secara sempurna, lapang pandang terganggu, pasien sulit melihat
benda yang berada disebelahnya, mata kanan terasa berat dan seperti ada hambatan ketika melirik
kekanan, kiri, atas dan bawah. Kejang (-), mual dan muntah (-), penurunan kesadaran (-), telinga
berdenging (-), kesulitan untuk menyeimbangkan tubuh atau berjalan (-), bicara pelo (-), kelemahan
pada saat beraktivitas dan membaik saat istirahat (-)
Anamnesis RPS 7
Keluarga mengatakan bahwa dalam 2
Keluarga pasien juga mengatakan, tahun terakhir ini pasien mengkonsumsi
saat kejang tampak badan pasien obat-obatan dari dokter namun 3 bulan
yang kaku seluruh badan dan lalu terakhir pasien tidak minum obat
setelah kaku pasien kelonjotan. kembali.
Keluarga pasien mengatakan,setiap
setelah serangan kejang pasien sadar
Pasien diantar keluarga dengan keluhan kembali lalu mengantuk dan tidur.
kejang-kejang sejak ± 1 hari SMRS. Keluhan pasien tidak disertai dengan
Kejang berulang-ulang sebanyak 8 kali demam, mual (-),muntah (-) BAB dan
yang berlangsung selama ± 2-3 menit. BAK normal. Pasien tidak
Kejang terjadi di seluruh tubuh disertai mengeluhkan baik pandangan maupun
dengan kaku dan kelonjotan, pasien dalam kelemahan anggota gerak.
keadaan tidak sadar. Saat kejang, mata
terbelalak ke atas. Keluarga pasien
mengatakan sebelum kejang, pasien
kelelahan setelah aktivitas berlebihan
kemudian tampak pucat lalu terjadilah
kejang.
DATA SUBYEKTIF 8

Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga


Pasien memiliki riwayat demam kejang ketika berusia 7 Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa.
bulan. Saat itu pasien sudah dibawa berobat ke dokter  
dan dinyatakan sembuh. 2 tahun yang lalu kejang mulai
muncul lagi dan menjadi lebih sering, lalu pasien dibawa
ke dokter untuk berobat

Riwayat Pengobatan Riwayat sosial, ekonomi, pribadi

2 Tahun SMRS pasien sudah meminum obat-obatan dari Pasien adalah pelajar SMA
dokter Obat yang diminum pasien antara lain: Depakote
1x500 mg dan Asam Folat 1x1
Status Present (25 april 2019) 9

Kesadaran
Compos mentis
GCS: 15 E:4 M:6 V: 5

ICON

Tekanan darah Nadi


120/80 mmHg
ICON ICON

86x/menit

Suhu ICON ICON


Respirasi
36,6oC 21x/menit
Jantung :
I :Ictus cordis KA (-/-), SI (-/-), Refleks
DBN
tampak pada SIC cahaya (+/+), 1
V, 2 jari medial 0
LMC sinistra
P : Ictus cordis
teraba pada SIC Paru :
V, 2 jari medial I : Simetris
P : Fremitus Text
taktil Kanan Ekstremitas :
LMC sinistra, Title

tidak kuat angkat = Kiri Place your own text here

P= Sonor Superior : Akral hangat,


P : Atas : ICS II edema (-), CRT <2 detik
linea A : Vesikuler )(+/+),
midclavicula Wheezing (-),TextRonki
Title (-)
Place your own text here
Inferior : Akral hangat,
sinistra edema (-), CRT < 2detik
Kiri : ICS V linea
midclavikula Abdomen : Text Title
sinistra I : datar03
, bekas operasi (-)
Place your own text here

Kanan : ICS IV P : Nyeri tekan (-)


linea parasternal Hepar : Tidak teraba
dextra Limpa04 : tidak teraba
Text Title
Place your own text here

A : BJ I/II reguler, Ginjal : tidak teraba


murmur (-) P : timpani
A :BU (+) N
Add an image

1
1

Status Psikitus
Cara berpikir : Baik
Perasaan hati : Baik
Tingkah laku : Normoaktif
Ingatan : Baik
Kecerdasan : Baik
1
2

Kanan Kiri
N. I (Olfaktorius)
Subjektif Normosmia Normosmia
Dengan Bahan Normosmia Normosmia

N. II (Optikus)
Visus dbn dbn
Lapangan pandang normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Fundus Okuli Tidak dilakukan
1
3

N. III (Okulomotorius)
Sela mata Simetris Simetris
Ptosis - -
Pergerakan bola mata normal
Strabismus - -
Nistagmus - -Eksoftalmus - -
Pupil; besarnya: 3mm 3mm
Bentuknya bulat bulat Reflek cahaya langsung
+ +
Reflek chya tdk langsung + +
1
4

N. IV (Troklearis)

Pergerakan bola mata Normal Normal


Sikap bulbus Normal Normal
Melihat kembar - -

N. V (Trigeminus)

Membuka mulut Normal Normal


Mengunyah Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Reflek kornea Normal Normal
Sensibilitas wajah Normal Normal
1
5
N. VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Melihat kembar - -

N. VII (Fascialis)
Mengerutkan Dahi Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Perasaan lidah (depan) Normal Normal

N. VIII (Vestibulo-cochlearis)
Detik arloji Normal Normal
Suara berbisik Normal Normal
Test Weber Normal Normal
Test Rinne Normal Normal Normal
1
6

N. IX (Glosofaringeus)
Perasaan Lidah (blkg) Normal Normal
Sensibilitas faring Normal Normal
Gangguan menelan - -

N. X (Vagus)
Arkus faring Simetris
Berbicara -
Gangguan menelan -
Reflek muntah+
Nadi Normal
1
7

N. XI (Accesorius)
Memalingkan kepala NormalNormal
Mengangkat bahu NormalNormal

N. XII (Hipoglosus)
Pergerakan lidah Normal
Tremor lidah -
Disfonia -
18

Anggota gerak atas dan bawah

Motorik Kanan Kiri


Pergerakan NormalNormal
Kekuatan 5 5
Tonus NormalNormal
 
Sensibilitas
Taktil NormalNormal
Nyeri NormalNormal
Thermi NormalNormal
Lokalis NormalNormal
PemeriksaanLaboratorium
Pemeriksaan laboratorium klinik dilakukan pada tanggal
25 April 2018

WBC: 16,55.109/L (normal: 4-10.109/L)


HGB : 13,7 g/dL (normal: 11-16 g/dL)
PLT : 325.109/L (normal: 100-300.109/L)
GDS : 96 mg/dL (normal: <200 mg/dL)
Natrium : 145,18 mmol/L (normal: 135-148 mmol/L)
Kalium : 3,86 mmol/L (normal: 3,5-5,3 mmol/L)
Chlorida : 108,58 mmol/L (normal: 98-110 mmol/L)
Calcium : 1,31 mmol/L (normal: 1,19-1,23 mmol/L)V.

19
Diagnosa dan Tatalaksana 2
0

Icon Icon

Diagnosis Tatalaksana
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
status konvulsif ec epilepsi
Injeksi Diazepam 1 ampul bolus pelan jika
witdrawal obat kejang
Phenytoin 3 x 100 mg
Terapi lain teruskan: Depakote 1x500 mg
As. Folat 1x1 .
TGl S O Nervus Cranialis A P
15/10/18 Pandangan ganda, sulit KU : Tampak sakit 1: Normosomi Multiple Sklerosis - IVFD NaCl 20 tpm
menelan, apa yang sedang 2: 6/6, Lapang pandang terbatas - Inj. Ceftriaxone 2x1g
dimakan/diminum akan GCS : E4V5M6 3,4,6 : Gerakan bola mata - Inj. Dexamethasone 3x1amp
keluar dari mulut, sulit TD : 120/70 terhambat, ptosis (+), diplopia
- Inj. Omeprazole 2x1amp
berbicara, demam (-), N: 81 x/mnt 7: Wajah simetris, kekuatan normal
muntah (-) RR : 23 x/mnt 8: Pendengaran baik - Aspar K 1x1 tab
T : 36,8⁰C 9,10 : Disfagia - Nebu ventolin+fulmicort
11: Bahu simetris - Pasang NGT
12: Disfonia

16/10/18 Pandangan ganda, mata KU : Tampak sakit 1: Normosomi Multiple Sklerosis - IVFD NaCl 20 tpm
nyeri, batuk berdahak, sedang 2: 6/6, Lapang pandang terbatas - Inj. Ceftriaxone 2x1g
sulit menelan, suara GCS : E4V5M6 3,4,6 : Gerakan bola mata - Inj. Dexamethasone 3x1amp
tidak ada TD : 110/70 terhambat, ptosis (+), diplopia - Inj. Omeprazole 2x1amp
RR : 25 kpm 7: Wajah simetris, kekuatan normal - Diet 6x200cc
N : 80 kpm 8: Pendengaran baik  
T : 36,4⁰C 9,10 : Disfagia
11: Bahu simetris
12: Disfonia

17/10/18 Sudah dapat berbicara KU : Tampak sakit 3,4,6 : Gerakan bola mata Multiple Sklerosis - IVFD NaCl 20 tpm
dan menelan, sedang terhambat, ptosis (+), diplopia - Inj. Ceftriaxone 2x1g
pandangan ganda, rasa GCS : E4V5M6   - Inj. Omeprazole 2x1amp
tidak nyaman pada TD : 110/60 - Inj. Metilprednisolone 4x250mg
mata, batuk berdahak N: 88 kpm
RR : 22 kpm
T : 36,2⁰C
18/10/18 Batuk berdahak sulit KU : Tampak sakit 3,4,6 : Gerakan bola mata Multiple Sklerosis - IVFD NaCl 20 tpm
dikeluarkan sedang terhambat, ptosis (+), diplopia - Inj. Ceftriaxone 2x1g
GCS : E4V5M6   - Inj. Omeprazole 2x1amp
TD : 120/70 - Inj. Metilprednisolone 2x250mg
N: 80 kpm - Lepas NGT
RR : 20 kpm  
T : 36,2⁰C
19/10/18 Padangan berbayang, KU : Tampak sakit 3,4,6 : Gerakan bola mata Multiple Sklerosis - IVFD NaCl 20 tpm
penglihatan kabur sedang terhambat, ptosis (+), diplopia - Inj. Ceftriaxone 2x1g
GCS : E4V5M6   - Inj. Omeprazole 2x1amp
TD : 120/80 - Inj. Metilprednisolone 4x250mg
N: 85 kpm  
RR : 18 kpm
T : 36,5⁰C
20/10/18 Padangan berbayang, KU : Tampak sakit 3,4,6 : Gerakan bola mata Multiple Sklerosis - IVFD NaCl 20 tpm
penglihatan kabur sedang terhambat, ptosis (+), diplopia - Mecobalamin 2x500mg
GCS : E4V5M6   - Inj. Ceftriaxone 2x1g
TD : 120/70 - Inj. Omeprazole 2x1amp
N: 86 kpm - Inj. Metilprednisolone 4x250mg
RR : 18 kpm  
T : 36,5⁰C
21/10/18 Padangan berbayang, KU : Tampak sakit 3,4,6 : Gerakan bola mata Multiple Sklerosis - IVFD NaCl 20 tpm
penglihatan kabur sedang terhambat, ptosis (+), diplopia - Mecobalamin 2x500mg
GCS : E4V5M6   - Inj. Ceftriaxone 2x1g
TD : 110/80 - Inj. Omeprazole 2x1amp
N: 80 kpm - Inj. Metilprednisolone 4x250mg
RR : 18 kpm  
T : 36,5⁰C
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Epilepsi
Epilepsi menurut JH Jackson (1951) didefinisikan sebagai suatu gejala akibat
cetusan pada jaringan saraf yang berlebihan dan tidak beraturan. Cetusan
tersebut dapat melibatkan sebagian kecil otak (serangan parsial atau fokal) atau
yang lebih luas pada kedua hemisfer otak (serangan umum). Epilepsi merupakan
gejala klinis yang kompleks yang disebabkan berbagai proses patologis di otak.
Epilepsi ditandai dengan cetusan neuron yang berlebihan dan dapat dideteksi dari
gejala klinis, rekaman elektroensefalografi (EEG), atau keduanya.
2
5

Epidemiologi
Angka epilepsy lebih tinggi di negara
berkembang. Insiden epilepsy di negara
maju ditemukan sekitar 50/100.000.
Sementara di Negara berkembang
mencapai 100/100.000. Penderita laki-laki
umumnya sedikit lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan
Etiologi 2
6

idiopatik kriptogenik simptomatik


penyebab tidak diketahui, umumnya Dianggap simtomatik tetapi Disebabkan kelainan/lesi pada SSP
mempunyai predisposisi genetik penyebabnya belum diketahui ex: trauma kepala, infeksi SSP,
kelainan kongenital, SOL, GPDO,
→ Sindrom West, Sindrom Lennox
toksik, metabolik, neurodegeneratif
Gestaut, epilepsi mioklonik

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Kalsifikasi 2
7

• Berdasarkan tanda klinik dan data


EEG, kejang dibagi menjadi:
kejang umum (generalized seizure) 
jika aktivasi terjadi pd kedua
hemisfere otak secara bersama-sama
kejang parsial/focal  jika dimulai
dari daerah tertentu dari otak

The Power of PowerPoint - thepopp.com


2
8

Kejang umum terbagi atas:


Tonic-clonic convulsion = grand mal
merupakan bentuk paling banyak terjadi
pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur
bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur

The Power of PowerPoint - thepopp.com


2
9
Abscense attacks = petit mal
jenis yang jarang
umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala
terkulai
kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
Myoclonic seizure
biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
Atonic seizure
jarang terjadi
pasien tiba-tiba kehilangan
kekuatan otot  jatuh, tapi bisa
segera recovered

The Power of PowerPoint - thepopp.com


3
0

Kejang parsial terbagi menjadi :


• Simple partial seizures
pasien tidak kehilangan kesadaran
terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh
• Complex partial seizures
pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Patofisologi
3
1

Serangan epilepsi terjadi apabila proses


eksitasi di dalam otak lebih dominan dari
pada proses inhibisi. Perubahan-
perubahan di dalam eksitasi aferen,
disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion
ekstraseluler, voltage-gated ion channel
opening, dan menguatnya sinkronisasi
neuron sangat penting artinya dalam hal
inisiasi dan perambatan aktivitas
serangan epileptik
3
2

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Patologi Mielin
3
3
Mielin merupakan suatu kompleks protein
berwarna putih yang mengisolasi tonjolan
saraf

Transmisi sitem saraf disepanjang serabut


bermielin lebih cepat

Pada MS lapisan mielin yang mengelilingi


serabut saraf menjadi hilang
Gejala Klinis 34

Gangguan Kelemahan spastik Disfungsi kandung


ekstremitas kemih
Sensorik
Rasa baal, rasa geli,
Gangguan pengontrolan
perasaan “mati”, tertusuk Kelelahan dan rasa berat di
sfingter, hesitansi , urgensi
tusuk jarum dan peniti sutu tungkai

Gangguan suasana
Visual Tanda serebelum hati
Diplopia, pandangan buram, Nistagmus (bola mata Euforia (perasaan gembira
distorsi warna merah hijau, bergerak cepat kearah
yang tidak seawajarnya)
dan lapang pandang horizontal atau vertikal)
abnormal
35
Klasifikasi MS 36
Patogenesis 37
38

Patofisiologi
3
9
4
0

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pemeriksaan Penunjang 41

Evoked Potential Pungsi Lumbal


EPs brainstem dan somatosensori Pemeriksaan lubal dilakukan untuk membantu menentukan
tidak lagi menjadi alat diagnostik MS diagnosis MS dan menyingkirkan kemungkinan diagnosis
lainnya terutama infeksi intrakranial
MRI 42

DIT (Lesion Dissemination in Time) dapat ditegakkan apabila :

- Terdapatnya lesi lain yang asimtomatik


- Adanya l Lesi baru pada T2 atau yang menyangat kontras pada MRI yang
dilakukan pada saat follow-up, tanpa melihat waktu pelaksanaan MRI sebelumnya
Alogaritma Penegakan Diagnosis MS 4
3
Kriteria McDonald 4
4
Diagnosis Banding 4
5
Acute Disseminated
Encephalomyelitis

Cerebro Vasculer Disease

Tumor Otak

Tumor Otak
Neuromyelitis Optika

Myasthenia Gravis
Tatalaksana 46

Tujuan utama

Mempercepat kesembuhan episode


eksaserbasi

Menurunkan jumlah serangan atau jumlah


lesi pada MRI

Memperlambat progresifitas penyakit


47

Terapi Relaps
Lini Kedua

Lini Pertama

Terapi Jangka Panjang


Pemantauan respon terapi dianjurkan meliputi aspek klinis dan MRI. Pemeriksaan
MRI sebaiknya diulang 6-12 bulan setelah terapi dimulai untuk mengevaluasi
adanya lesi aktif yang baru
Prognosis 49
Analisa Kasus 50

Diagnosa Banding
Pasien datang dengan padangan ganda dan buram mata
kanan terasa berat, sulit untuk dibuka secara sempurna, Misteni
lapang pandang terganggu pasien sulit melihat benda yang a gravis
berada disebelahnya, mata kanan terasa berat dan seperti
ada hambatan ketika melirik kekanan, kiri, atas dan
bawah. Kelemahan pada saat beraktivitas dan membaik Tumor
saat istirahat (-) Kejang (-), mual dan muntah (-),
penurunan kesadaran (-),nyeri kepala hebat (-), telinga
berdenging (-), kesulitan untuk menyeimbangkan tubuh Stroke
atau berjalan (-), bicara pelo (-),kelemahan sebelah anggota
ekstremitas (-)
Analisa Kasus 51
Kasus Teori

Pandangan ganda Banyak pasien yang mengalami keluhan visual sebagai gejala awal. Sering
dilaporkan adanya diplopia ( pandangan ganda), pandangan buram, distorsi warna
merah hijau, dan lapang pandang abnormal dengan bintik buta (skotoma) pada
satu atau dua mata
Faktor pencetus kehamilan dan stress Beberapa keadaan yang bisa dianggap sebagai factor pencetus adalah kehamilan,
infeksi (khususnya dengan demam), stres emosional, dan cedera

Serangan berulang Khas dari penyakit multiple sklerosis ini adanya serangan berulang biasanya
memperlihatkan gejala defisit neurologis, kemudian dalam perjalanan penyakitnya,
cenderung tidak kembali seperti semula bahkan semakin lama semakin parah
defisit yang dialami
Membaik dengan metilprednisolone Beberapa bukti ilmiah baik meta-analisis maupun studi klinis terandomisasi
memperlihatkan efektivitas dari glukokortikoid dalam terapi relaps.
Metilprednisolon (MP) IV atau oral dengan dosis 500mg per hari selama 5 hari
harus dipertimbangkan dalam pengobatan relaps
52

Add an image

Kriteria
Add an image
McDonald
53

Klasifikasi pada pasien ini


termasuk relapsing remitting
multiple sclerosis
54

Prognosis pada pasien


ini baik
Kesimpulan 55

Multipel sklerosis Perjalanan alamiah multipel Tiga aspek penting


adalah satu kondisi sklerosis pada tiap pasien dalam tatalaksana
amat bervariasi. Beberapa
autoimun dimana pasien dapat mengalami adalah tatalaksana
sistem kekebalan tubuh satu atau lebih episode relaps akut, modifikasi
inisial kemudian tidak ada
menyerang sistem gejala untuk bertahun-tahun perjalanan penyakit,dan
saraf pusat kontrol gejala
Daftar Pustaka 5
6
1. Dalhar. Rianawati, S. Husna, M. Update on neuroscience and clinical neurology. Universitas Brawijaya; 2016.
2. PERDOSSI. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Multiple Sklerosis di Indonesia. Jakarta; 2015.
3. Alroughani R, Ashkanani A, Al-Hashel J, Khan R, Thussu A, Alexander K et al. Consensus recommendations for the diagnosis and treatment of
multiple sclerosis in Kuwait. Clin Neurol Neurosurg; 2016. p. 51-64.
4. Aminoff MJ, Greenberg DA, Roger PS. Clinical Neurology. McGraw-Hill Education / Medical; 9 edition; 2015. p. 232-7
5. Sklerosis Multipel Riwanti Estiasari Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
Indonesia; 2014.
6. PERDOSSI. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gajah Mada University Pres; 2011.
7. Panduan Praktek Klinik (PPK): Multiple Sklerosis. Palembang: Departemen Neurologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin; 2017.
8. Gregory FW, Enrique A. The immuno-pathophysiology of multiple sclerosis. Neurol Clin; 2011. p. 257–78.
9. Price Sylvia A., Wilson Lorraine M. Multiple sklerosis. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC; 2015. Hal.
1145-47.
10.National Collaborating Centre for Chronic Conditions (Great Britain), Royal College of Physicians of London., Chartered Society of Physiotherapy
(Great Britain). Multiple sclerosis: national clinical guideline for diagnosis and management in primary and secondary care. London: Royal College of
Physicians; 2012.
11.Marcus JF, Waubant EL. Updates on Clinically Isolated Syndrome and Diagnostic Criteria for Multiple Sclerosis. The Neurohospitalis; 2013. p. 65–80.
12.Rovira À, Wattjes MP, Tintoré M, Tur C, Yousry TA, Sormani MP, et al. Evidence-based guidelines: MAGNIMS consensus guidelines on the use of
MRI in multiple sclerosis-clinical implementation in the diagnostic process. Nat Rev Neurol; 2015. p. 471-82.
13.Comabella M, Montalban X. Body fluid biomarkers in multiple sclerosis. Lancet Neurol; 2014. p.113-26.
14.Tatalaksana Multiple Sclerosis Yohanes Jafar Dokter Umum di Jakarta, Indonesia. 2017.
15.Loma I, Heyman R. Multiple sclerosis: pathogenesis and treatment. Curr Neuropharmacol; 2011. p.409-16.

Anda mungkin juga menyukai