Anda di halaman 1dari 12

“GAGASAN / IDE POLITIK MASA

KEKHALIFAHAN ISLAM”
KELOMPOK 4 B :
1. Nabila Maradama Nizam (K6419046)
2. Natarissa Emillia Puspita (K6419050)
3. Rahma Nur Raihan (K6419056)
4. Ryanda Saputra (K6419064)
5. Wida Syafira (K6419077)
6. Yhulita Kumala Pramurdya (K6419081)
Gagasan / ide politik pada masa kekhalifahan Islam diawali dari peristiwa hijrahnya umat Islam dari
Mekah ke Madinah (Yatsrib), yang dihiasi dengan perjuangan Nabi Muhammad menyebarkan agama Islam.
Pada masa Nabi Muhammad, gagasan / ide politik tercantum dalam Piagam Madinah yang memiliki 3 bagian dan
68 poin. Piagam Madinah ini kemudian membuat kota Madinah memiliki perpolitikan yang cukup stabil dan
dipandang sebagai negara kota yang berdaulat. Setelah Nabi Muhammad wafat, gagasan / ide politik pada masa
kekhalifahan mengalami sedikit perubahan dan memunculkan berbagai pandangan.
Berikut adalah gagasan / ide politik yang dikemukakan oleh para Khalifah maupun ahli :

A. Abu Bakar Al- Siddiq

Gagasan / ide politik pada masa kekhalifahan ini masih mengimplementasikan modal kekuasaan bersifat sentralistik,
dimana kekuasaan legislatif eksekutif dan yudikatif berada ditangan Khalifah namun belum terlembagakan karena belum adanya
Pemerintahan Daerah. Dan juga belum terjadi distribusi kekuasaan karena dinamika perpolitikan saat itu masih dalam tahap-tahap
pembinaan dan pembenahan. Namun dalam pemerintahan kekhalifahan Abu Bakar justru selalu memprioritaskan sahabat-sahabat
nabi untuk bermusyawarah dan mengambil kebijakan terhadap lembaga persoalan yang menyangkut kepentingan orang banyak.

Terlepas dari segala kekurangan yang ada, pada dasarnya terdapat tiga hal gagasan / ide dalam politik, yaitu :
 Penguatan dasar-dasar politik negara
 Perluasan wilayah kekuasaan
 Penyatuan bangsa Arab dibawah satu koordinasi kepemimpinan Abu Bakar negara menjadi besar meliputi Semenanjung
Arab.
B. Umar bin Khattab

Dalam mengelola wilayah kekuasaan yang luas, Umar bin Khattab mulai mengatur administrasi dan birokrasi
pemerintahan sebagai langkah dan kebijakan yang diambilnya dalam menata perpolitikan. Kebijakan yang dilakukan Umar pada
prinsipnya adalah upaya konsolidasi wilayah Arab dan penyatuan suku-suku Arab dalam sebuah nation state. Prinsip-Prinsip Politik
menurut Umar bin Khattab adalah :

 Musyawarah
Merupakan prinsip utama dalam pemerintahan Umar bin Khattab. Di abad modern dan kontemporer musyawarah atau
konsultasi menjadi prinsip utama dalam sistem pemerintahan yang berdasarkan demokrasi.

 Menegakan Keadilan dan Persamaan Hak


Penegakkan keadilan dan persamaan hak di antara sesama warga merupakan prinsip yang diberlakukan oleh
Khalifah Umar dalam rangkaterciptanya umat yang damai, aman, dan sejahtera.

 Persamaan dan Kebebasan


Umar bin Khattab salah seorang sahabat Nabi yang memiliki nama besar dalam sepanjang sejarah peradaban Islam
setelah Abu Bakar. Kebesarannya diukur dari tingkat keberhasilanya dalam berbagai aspek kehidupan, baik sebagai seorang
negarawan yang adil dan bijaksana maupun sebagai seorang pemimpin yang sukses dalam membangun sebuah negara besar yang
ditegakan di atas prisnsip-prinsip keadilan, persamaan dan persaudaraan sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah.
C. Utsman bin Affan

Sumbangan terbesar dari Khalifah Utsman kepada umat Islam sampai hari ini adalah penyeragaman tulisan dan bacaan al-
Qur`an, sehingga tidak terjadi perbedaan dalam hal tulisan dan bacaan al-Qur`an antara daerah yang satu daerah-daerah yang lain.
Beberapa kebijakan politik Utsman yang lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menciptakan Keamanan di Wilayah Kekuasaan.
Pada tahun pertama kekhalifahan Utsman, disibukkan dengan pengendalian pemberontakan di wilayah bekas kekuasaan Persia
dan Romawi. Dimana semua gerakan separatis dan pemberontakan itu dihadapi oleh kekuatan Tentara Islam dibawah komando
Panglima Perang yang juga Gubernur Mesir, Amr bin `Ash, sehingga Mesir seluruhnya kembali ke pangkuan Khilafah Islam.
2. Tunjangan Sosial dan Kontroversi Distribusi Kekayaan
Utsman kemudian mengeluarkan kebijakan baru agar tunjangan sosial kepada para veteran perang Badar, isteri- isteri dan
keluarga Nabi, kaum Muhajirin dan Anshar, serta kaum fakir miskin dan seluruh penduduk.

Pada masa kekhalifahaan Utsman ini gagasan / ide politik tidak stabil dan dipengaruhi oleh keadaan yang ada, sehingga
kemudian timbulah beberapa gagasan politik yang dianggap tidak populis dan tidak menyejahterakan masyarakat.
D. Ali bin Abi Thalib

Pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib diawali dengan demonstran yang mendesak agar Ali bersedia diangkat menjadi
Khalifah menggantikan Utsman. Yang menangguhkan pembaiatan kepada Ali dan menyatakan menunggu perkembangan dan situasi
politik, di antara mereka adalah Sa`ad bin Abi Waqqas, Abdullah bin Umar, Shuhayb bin Abi Sinan, Zayd bin Thabit, Muhammad
bin Abi Salamah, Usamah bin Zayd, Sulaiman bin Salamah bin Raqs. Kebijakan pertama yang diambil Khalifah Ali adalah
menertibkan para pejabat yang dinilainya bermasalah. Hal ini dilakukan melalui pemberhentian pejabat lama dan mengangkat pejabat
baru di beberapa wilayah

Berikut adalah beberapa kebijakan politik sebagai gagasan / ide politik di masa kekhalifahan Ali :
1. Restrukturisasi Para Pejabat dan Gubernur
2. Reformasi Birokrasi Kepegawaian, Pengadilan dan Ketentaraan
3. Penghematan dan Pengelolaan Pendapatan Negara
4. Mengatasi Kelompok Oposisi dan Para Pemberontak
E. Ibnu Abu Rabi’

Melalui bukunya yaitu Sulukal-Malik Fiy Tadbir al-Mamalik, Ibnu Abi Rabi’ memberikan gagasan / ide politiknya yaitu negara ada
karena Allah yang menciptakan manusia dengan sifat yang membutuhkan orang lain. Kemudian dalam bentuk pemerintahan, ia memiliki
mendukung penegakan model monarchi atau kerajaan dengan alasan agar perpolitikan di suatu negara tidak kacau akibat terlalu banyak
pemimpin. Sehingga akan lebih baik apabila suatu negara hanya memiliki satu pemimpin dengan hak istimewa, yang menurutnya telah
ditentukan secara kodrat oleh Allah. Dalam gagasannya ia juga menyampaikan empat pilar negara yang harus ada di suatu negara yaitu
kepala negara, keadilan (arkan al-daulah), rakyat, dan pengelolaan (mentadbir) negara.

F. Al-Farabi

Dalam gagasannya, ia menjadikan politik sebagai ilmu yang sangat penting dimana ilmu lainnya hanya melayani ilmu politik. Al-
Farabi kemudian menghubungkan hakikat akhlak dengan gagasan politiknya, sehingga keduanya saling mempengaruhi. Kemudian untuk
kriteria negara sehat menurutnya yaitu negara yang segala aspeknya dapat bekerja sempurna, ia mengibaratkan negara sebagai tubuh
manusia yang utuh dan sehat. Pada intinya gagasan / ide politik dari Al- Farabi, negara ideal adalah negara yang harus dipimpin oleh
kepala negara yang berkualitas baik dan memiliki masyarakat yang sejahtera dalam hidupnya (al-sa’dah).
G. Al-Mawardi

Gagasan / ide Al-Mawardi banyak dipengaruhi oleh situasi politik yang saat itu mengalami kekacauan, sehingga banyak gagasan /
idenya yang dibuat sebagai solusi untuk mengatasi kekacauan politik. Ia menyampaikan enam pilar pokok negara yaitu agama yang
diamalkan, penguasa yang berwibawa, keadilan yang merata, keamanan yang merat, kesuburan tanah yang berkesinambungan, dan
harapan kelangsungan hidup. Selain itu ia juga menyampaikan bahwa seorang pemimpin harus selalu ada untuk mengelola dan mengatur
kehidupan masyarakatnya (tidak boleh lalai). Kemudian terkait sistem pemilihan pemimpin, ia membedakannya dengan dua cara yaitu
dipilih oleh lembaga ahli dan sistem pewarisan kepada kerabat.

H. Al-Ghazali

Politik (al-Siyasah) yang dimaksud al-Ghazali adalah tindakan dan upaya memperbaiki kondisi manusia untuk diarahkan ke jalan
yang benar dalam rangka memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat. Ditegaskan pula bahwa profesi politik sangat penting karena
politik berkaitan dengan bagaimana mengelola kehidupan orang banyak dengan perbedaan keinginan dan kepentingan serta bagaimana
menciptakan keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan. Oleh karena itu, al-Ghazali berpendapat bahwa profesi politik hanya satu
tingkat dibawah politik ke-Nabian.
I. Ibnu Taimiyah

Pemikiran politik Ibnu Taimiyah berlandaskan agama dan berasaskan syariah. Keseluruhan pemikiran politik Ibnu Taimiyah
dibangun berdasarkan teori amanah. Dengan tertanamnya sikap amanah pada setiap individu muslim maka dengan sendirinya akan
berpengaruh lahirnya sikap positif, misalnya disiplin dan memenaj waktu dan kerja. Oleh karena itu amanah menjadi dasar yang
sangat penting dalam membangun pemerintahan yang aman, tentram, dan sejahtera.

J. Ibnu Khaldun

Ibnu khaldun menegaskan bahwa politik yang dibangun di atas pertimbangan akal pemikiran terdapat dua
orientasi, yaitu
1. Menjaga kemaslahatan dan kepentingan masyarakat secara umum dalam rangka memastikan stabilitas politik.
2. Menjaga dan memelihara kepentingan penguasa.
Terkait pandangan tersebut dapat ditegaskan bahwa otoritas kekuasaan merupakan warisan dari seorang Nabi, maka kebijakan
politik yang diberlakukan berdasarkan syariat Allah yang mengacu kepada dasar-dasar kaidah yang turun dari
langit.

Selain itu terdapat gagasan / ide politik islam secara umum diantaranya adalah dari Ibn Rusyd, Ibn Miskawaih, Ibn Sina,
Ibn Bajah, Ibn Tufail, dan Ibn Khaldun yang pada intinya mengaitkan politik dengan moralitas publik.
Daftar Pustaka

Aly, Sirojuddin. 2017. Pemikiran Politik Islam : Sejarah, Praktik, dan Gagasan. Jakarta
: Program Studi Ilmu Politik Fisip UIN Syarif Hidayatullah. 273-556.
Rusydi, Ibnu. 2015. Filsafat Politik Islam : Sebuah Pengantar. Jurnal Pendidikan dan Studi Islam.
1 (1). 117-121.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai