Disusun oleh :
Musa Barana Lande, S.Ked
Pembimbing :
Dr. Izak Yesaya Samay, M. Kes, Sp. KJ
2
ABSTRAK
Psychogenic nonepileptic seizures (PNES) merupakan kejang semu
atau kejang histeris, yang ditandai dengan gangguan motorik, sensorik,
otonomik, kognitif, atau fungsi emosional yang meniru kejang epilepsi.
Laporan kasus ini membahas pria usia 42 tahun dengan riwayat
kekerasan anak, penyalahgunaan obat, gangguan skizoafektif, rawat
inap, dan DM tipe2 yang dirawat pada unit rehabilitasi dengan episode
mirip kejang yang berulang.
Pasien dirawat di unit psikiatri, namun hasil LT-VEEG gagal
mengidentifikasi adanya aktifitas epilepsi.
Diagnosis PNES ditegakkan dan mendapatkan terapi antiepileptik,
psikiatrik, serta diabetes selama di rumah sakit.
Pasien menunjukkan perbaikan dan dipulangkan tiga hari kemudian
dengan instruksi untuk tetap mengikuti rawat jalan
3
PENDAHULUAN
PNES bukan disebabkan oleh aktifitas elektrik abnormal
pada otak, melainkan dengan karakteristik gangguan
episodik pada fungsi kortikal yang menyerupai epilepsi.
Tidak berkaitan dengan aktifitas eksesif neuronal
melainkan berkaitan dengan riwayat adanya kekerasan
fisik atau seksual, stressor perkembangan, PTSD, dan
gangguan disosiatif atau konversi.
Dari perspektif psikodinamik PNES merupakan hasil
dari mekanisme koping maladaptif oleh pasien yang
pernah menderita gangguan psikiatrik, atau riwayat
kekerasan.
4
EEG (Gold standard) tapi mahal, perlu waktu lama, dan
tidak tersedia secara luas
Menggali riwayat pasien, seperti riwayat kekerasan,
penyakit psikiatrik, riwayat trauma, atau tanda maladaptif
dari koping pasien penting untuk membedakan PNES
dengan epilepsi
Ada bukti penghentian terapi antiepileptik lebih
disarankan akibat keuntungan yang tidak sebanding
dengan efek samping pengobatan.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan perbaikan
PNES dengan pemberian terapi nonfarmakologis seperti
Terapi Modifikasi Perilaku, Terapi Kognitif Perilaku
5
Tujuan dari laporan kasus ini yaitu untuk
mendemonstrasikan bagaimana memanfaatkan informasi
dari pasien, fenomena klinis, tes neurologis dalam
membantu menyingkirkan PNES dari epilepsi, serta
menjadi literatur tambahan informasi untuk gangguan
yang serupa.
6
PRESENTASI KASUS
Pasien pria 42 tahun (Skizoafektif + Rawat Inap) berobat
di UGD dengan episode kejang rekuren. Kejang dirumah
dilihat oleh istrinya yang kemudian membawa pasien
berobat.
Saat di UGD didapatkan 3 episode kejang grand mal
tonik-klonik, hilang kesadaran dan disertai inkontinesia
urin dan alvi. Kejang diikuti dengan diaphoresis dan
kebingungan
Pasien mengaku mendengar suara perintah
mengganggu yang telah terjadi selama 3 bulan. Suara
terdengar ketika pasien merasah jengkel.
7
Pasien mengatakan sudah putus obat 2 minggu
Pengobatan pasien sebelumnya :
Untuk kejang
Asam Valproat 1000 mg 2 x sehari
Clonazepam 0,5 mg 4 x sehari
Untuk Skizoafektif
Fluoxetine 10 mg sehari
Quetiapine 100 mg 2 x sehari ditambah dosis 400 mg sebelum tidur
Untuk DM
Insulin 30 Unit 2 x sehari
8
Kejang mulai saat yang sama setelah nenek pasien meninggal
dunia.
Riwayat konsumsi kokain dan opioid saat itu, namun sekarang
mengaku sudah berhenti.
Riwayat lain pasien : Depresi, DM, Retinopati Diabetikum, Trauma
Psikiatrik (masa kanak-kanak)
Riwayat penyakit keluarga : Keluarga mengalami gangguan mental
yang signifikan, Ketergantungan Alkohol, Kekerasan Anak, dan
Saudara bunuh diri
Hasil pemeriksaan :
TTV dalam batas normal (kecuali TD dan Gula darah)
CBC dalam batas normal.
Muskuloskeletal : Gait Ataxia (+) Kekuatan Otot : (Normal)
Episode seizure-like di UGD
Pasien dikonsul ke bagian Neurologi
9
Pemeriksaan Neurologi (CT scan kepala non kontras +
EEG)
Hasil
CT scan : Tidak ada tanda patologi intrakranial akut maupun
subakut
LT-VEEG : Tidak ditemukan ada fokus epileptik yang terekam
dengan kesimpulan kejang nonepileptik melainkan
Psikogenik
Pemeriksaan Psikiatrik :
Agitasi psikomotor (-)
Perilaku Agresif dan Gelisah (-)
Komunikasi koheren, terstruktur, goal-directed
Wawasan cukup, penilaian dan kontrol impuls adekuat.
10
Pasien setuju untuk dirawat pada unit Behavioral health
untuk dipantau.
Pasien menunjukkan kemajuan bertahap dalam 3 hari
kemudian dipulangkan.
Pasien diedukasi untuk tetap kontrol dengan rencana
memulai psikoterapi, dan juga berobat untuk
mengendalikan gula darahnya.
Pasien dapat memahami hasil EEG, menunjukkan sikap
kooperatif dan ada motivasi untuk melanjutkan
pengobatan.
11
DISKUSI
12
Elevasi Prolaktin Serum 2 x nilai normal dapat
digunakan sebagai prediktor epilepsi. Walaupun kadar
prolaktin tidak diperiksa pada pasien ini, hal ini
seringdigunakan untuk membedakan PNES dari kejang
Epilepsi.
Ada kemungkinan bahwa penggunaan obat-obatan dan
berhenti bisa memicu kejang. Namun hasil EEG normal
membuktikan bahwa pasien mengalami kejang bukan
akibat pengaruh obat.
13
KESIMPULAN
Pasien hadir dengan PNES yang melalui prosedur
diagnostik yang panjang untuk mengeksklusi PNES dari
epilepsi
Bahkan dengan pengobatan, pasien PNES memiliki
tingkat remisi episode mirip kejang yang rendah.
Hal ini menekankan pentingnya diagnosa yang tepat oleh
dokter, meyakinkan pasien patuh dengan terapi, rutin
terapi, dan perlunya penelitian lebih lanjut untuk
menentukan guideline untuk menilain dan mengobati
PNES
14
TERIMA KASIH
15