Anda di halaman 1dari 17

Akuntansi

Perpajakan
Kelompok 3
Humairah 203030303177
Karli 203030303219
Preti Prestiana 2030103030383
Putri Carissima 203010303005
Putri Mekar Sari 203010303007
Ria Natha 203010303026
Sela Sapitri 193010303013
Piutang
Piutang ialah hak perusahaan
kepada pihak lain yang akan
diterima dalam bentuk kas. Piutang
biasanya digolongkan kedalam
kelompok piutang usaha dan
piutang di luar uasaha.
Piutang Usaha
Piutang uasaha terjadi akibat transaksi penjualan barang atau penyerahan jasa
untuk kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha terjadi karena penjualan
barang atau penyerahan jasa secara kredit. Piutang dapat dicatat jika barang
telah diserahkan.

Piutang yang dapat ditagih dalam satu tahun dapat digolongkan kedalam asset
lancer, sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam satu periode dapat
digolongkan pada asset lan-lain.
WP yang merupakan pengusaha kena pajak (PKP) wajib memunggut PPn atas
penyerahan barang dan jasa kena pajak yang dilakukannya
Dalam praktik akuntansi komersial, pembentukan
penyesihan (cadangan) berguna untuk mengantisipasi
kemungkinan kerugian dari piutang tak tertagih
merupakan hal yang lazim. Terhadap piutang yang
diragukan tingkat kolektibiltasnya, perusahaan dapat
menghapuskan dan membebankannya kepada cadangan di
maksud.
Perbedaan pencatatan antara metode penghapusan lansung
(direct written-off method) dengan metode penyelesihan
(allowance method) adalah sebagai berikut:
direct written-off method allowance method
Etimasi Beban piutang tak tertagih
Jumlah Tidak diperlukan xx -
piutang Cadangan piutang tak
Tak tertagih - xx
Tertagih
Penghapusan Beban piutang tak tertagih xx Cadangan piutang tak tertagih
Piutang usaha - xx -
piutang uasaha - piutang uasaha
xx - xx
Piutang Piutang uasaha xx Piutang uasaha
Uasaha yang - xx -
Telah dihapus beban piutang tak - cadangan piutang tak
Ternyata xx - xx
dapat tertagih tertagih
diluasi Kas xx Kas
- xx -
piutang uasaha - piutang uasaha
xx - xx
Adapun syarat-syarat penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
menurut UU PPh No 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf h sebagai berikut:
1. Telah di bebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat di tagih kepada drjen
pajak.
3. Telah di serahkan kepala penagihannya kepada Pengadilan Negeri (PN) atau
instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian
tertulis menegenai penghapusan piutang/pembebasan untang antara kreditur dan
debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapus untuk
jumlah utang tertentu.
4. Syarat sebagai mana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutag tak tetagih debitur kecil.
Contoh
Pt Abdi menjual barang secara kredit kepada PT Zap sebesar
Rp5.500.000 (sudah termasuk PPN 10%) pada tanggal 10 febuari 2012.
PT Abdi telah dikukuhkan sebagai PKP pada tanggal 15 maret 2006.
system pencatatan persediaan digunakan oleh PT Abdi adalah system
perpetual, dimana harga pokok penjualan (HPP) adalah sebesar
Rp3.500.000.
jurnal untuk transaksi tersebut adalah:
Tanggal keterangan debit kredit
10-feb-12 Piutang usaha 5.500.000
pajak keluaran - 500.000
penjualan - 5.000.000
Harga pokok penjualan 3.500.000
persediaan - 3.500.000
Apabila system pencatatan yang digunakan adalah
system periodic maka akan dibuat jurnal sebagai
berikut:

tanggal keterangan debit kredit


10-feb-12 Piutang usaha 5.500.000
Pajak keluaran - 500.000
Penjualan - 5.000.000
nilai HPP dapat diketahui dengan perhitungan
laporan HPP persedian akhir di nilai berdasarkan
perhitungan fisik persedian yang dilakukan pada
akhir periode (akhir bulan/tahun).
Apabila belum dikukuhkan sebagai PKP, maka PT
Abdi tidak boleh pemungutan PPN dengan
membuat faktur pajak, jurnalnya dengan system
perpetual adalah sebagai berikut:
tanggal keterangan debit kredit
10-feb- Piutang uasaha 5.000.000 -
12 Penjualan - 5.000.000
Harga pokok 3.500.000 -
penjualan - 3.500.000
persediaan

Untuk WP yang belum dikukuhkan


sebagai PKP, pajak masukan
tetapdikenakan. Tetapi tidak dapat
dikreditkan, sehingga pajak masukannya
tidak bukukan sebagai pajak masukan,
melainkan dibukukan sebagai harga
perolehan yang dibeli.
PIUTANG DENGAN PIHAK YANG
MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTMEWA
Piutang dalam hubungan istimewa merupakan saldo
tagihan dari transaksiyang dilakukan dengan pihak
dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa.
Hubungan istimewa dapat merupakan
memiliki/menguasai. Piutang dalam hubungan
istimewa dapat timbul karena terjadinya transakasi
seperti penjualan, atau pengalihan barang/jasa, sewa,
penjaminan, dan penyelesaian oleh perusahaan atas
nama pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Menurut UU PPh No 36 Tahun 2008 pasal
18 ayat (4), hubungan istimewa terjadi
apabila:
a. Kepemilikan atau penyertaan modal
b. Adanya pengeuasaan melalui
manajemen atau pengguna teknologi
c. Adanya hubungan keluarga
Nilai piutang dalam neraca
Biasanya nilai piutang yang tercantum dalam neraca ialah nilai
piutang neto. Pengertian piutang neto yang harus dicantumkan
pada neraca fiskal dan komersial tidak lah sama.
Saldo piutang neto pada neraca fiscal selain usaha:

1. Bank dan Lembaga lain yang menyalurkan kredit, sewa guna


usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang.
2. Usaha asuransi termasuk badan penyelenggara jaminan social
3. Lembaga penjamin simpanan
4. Usaha pertambangan
5. Usaha kehutanan
6. Usaha pegolahan limbah industri
Metode penghapusan piutang yang diperkenankan
dalam perpajakn, diluar 6 uasaha yang diatur dalam
PMK-81/PMK.03/2009, adalah metode
langsung(direct write-off method);sedangka dalam
akuntansi diperbolehkan memilih metode langsung
(direct write-off method) atau metode pencadangan
(allowance method).
Piutang diluar usaha

Piutang diluar usaha


Piutang tidak hanya terjadi karena
penjualan barang atau jasa.
Piutang timbul karena pemberian
pinjaman kepada pihak ketiga
dan pegawai, klaim asuransi, restitusi
pajak, royalty dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai