● Diabetes mellitus (DM) tipe-1 adalah DM akibat insulin tidak cukup diproduksi oleh sel beta pankreas,
sehingga terjadi hiperglikemia (WHO, 2017).
● Penyakit DM dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya produksi insulin karena penurunan fungsi pada sel - sel
beta pankreas yang dikenal dengan DM tipe 1 atau tidak efektifnya kerja insulin di jaringan yang dikenal
dengan DM 2. DM tipe 1 sering disebut Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
dengan jumlah penderita 5 – 10% dari seluruh penderita DM dan biasanya terjadi pada anak-anak dan usia
muda.
Anatomi dan Fisiologi
Membahas fisiologi insulin tidak lepas dari pankreas sebagai produsen insulin, secara anatomis pankreas
merupakan glandular retroperitonial yang terletak dekat dengan duodenum, memiliki 3 bagian yaitu kepala badan
dan ekor.
Secara singkat kerja fisiologis insulin adalah mentransportasi glukosa kedalam sel otot dan hati terkait dengan
kadar glukosa didalam darah, efek kerja insulin berlawanan dengan glukagon sebuah polipeptida hormone yang
dihasilkan pula oleh sel B pankreas yang akan memicu proses pembentukan glukosa di dalam hati melalui proses
glikolisis dan glukoneogenesis.
Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe- 1. Namun
yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah factor genetik/keturunan. Resiko
perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui faktor genetik.
● Faktor Genetik
● Faktor-faktor Imunologi
● Faktor Lingkungan
Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines tahun 2009, Yaitu :
1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi
genetik tertentu memungkinkan terjadinya proses destruksi ini.
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena
sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl
akan menyebabkan diuresis osmotik.
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisa-sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal
sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri.
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini penderita akan membutuhkan insulin kembali
dari luar tubuh seumur hidupnya
Pathway
Manifestasi Klinis
Diagnosis diabetes seringkali salah, disebabkan gejala-gejala awalnya tidak terlalu khas dan mirip dengan gejala
penyakit lain. Beberapa gejala yang sering menjadi pitfalldalam diagnosis DM tipe 1 pada anak di antaranya
adalah :
1. Sering kencing : kemungkinan diagnosisnya adalah infeksi saluran kemih atau terlalu banyak minum (selain
DM).
2. Berat badan turun atau tidak mau naik : kemungkinan diagnosis adalah asupan nutrisi yang kurang atau
adanya penyebab organik lain.
3. Sesak nafas : kemungkinan diagnosisya adalah bronkopnemonia. Apabila disertai gejala lemas, kadang juga
didiagnosis sebagai malaria.
5. Tidak sadar : keadaan ketoasidosis dapat dipikirkan pada kemungkinan diagnosis seperti malaria serebral,
meningitis, ensefalitis, ataupun cedera kepala (Brink SJ, dkk. 2010).
Komplikasi
● Komplikasi DM Tipe-1 mencakup komplikasi akut dan kronik.
● Pada anak, komplikasi kronik jarang menimbulkan manifestasi klinis signifikan saat masih dalam pengawasan
dokter anak. Sebaliknya, anak berisiko mengalami komplikasi akut setiap hari. Komplikasi akut terdiri atas
KAD dan hipoglikemia, Studi SEARCH menemukan bahwa sekitar 30% anak dengan DM tipe-1 terdiagnosis
saat KAD. Kriteria KAD mencakup hiperglikemia, asidosis, dan ketonemia. Gejala KAD antara lain adalah
dehidrasi, takikardi, takipnea dan sesak, napas berbau aseton, mual, muntah, nyeri perut, pandangan kabur, dan
penurunan kesadaran.
● Terapi hipoglikemia diinisiasi saat kadar glukosa darah ≤70 mg/dL. Anak usia muda memiliki risiko tinggi
hipoglikemia karena tidak mampu mengomunikasikan keluhan. Gejala hipoglikemia diakibatkan oleh aktivasi
adrenergik (berdebar, gemetar, keringat dingin) dan neuroglikopenia (nyeri kepala, mengantuk, sulit
konsentrasi). Pada anak usia muda, gejala dapat berupa perubahan perilaku seperti iritabilitas, agitasi, tantrum,
atau kurang aktif.
Penatalaksanaan
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan berupa pemberian insulin.
Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan
kualitas hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Rustama DS, dkk. 2010;
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines. 2009)
● Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama, Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih. Peningkatan nafsu
makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku.
2. Riwayat penyakit sekarang, Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Riwayat penyakit dahulu, Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan seperti oleh virus penyakit
gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi.
4. Riwayat kesehatan keluarga, Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita diabetes melitus. Riwayat
kehamilan karena stress saat kehamilan dapat mencetuskan timbulnya diabetes melitus.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan, Meliputi usia, tingkat perkembangan, toleransi / kemampuan memahami tindakan,
koping, pengalaman berpisah dari keluarga / orang tua, pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas / istrahat, Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tachicardi, tachipnea pada
keadaan istrahat/daya aktivitas. Letargi / disorientasi, koma.
2. Sirkulasi, Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada ekstremitas dan tachicardia. Perubahan tekanan darah
postural : hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada. Disritmia, krekel : DVJ ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
4. Neurosensori, Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala,
kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks
fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
5. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis dengan palpitasi : tampak sangat berhati
– hati.
7. Eliminasi, Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat). Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare).
Hipovolemia b/d kegagalan Setelah dilakukan Tindakan Selama 3x24 jam Manajemen Hipovolemia (I.03121)
mekanisme regulasi (D.0023) keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria Observasi
hasil : (L.03020) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
Asupan cairan meningkat lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun,
Dehidrasi menurun membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan
Tekanan darah membaik lemah)
Mata cekung membaik Monitor intake dan output cairan
Turgor kulit membaik Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modified trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modified trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan Status nutrisi membaik dengan kriteria hasil : Observasi
mencerna (L.03030) Identifikasi status nutrisi
makanan Porsi makan yang dihabiskan meningkat Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
(D.0019) Nyeri abdomen menurun Identifikasi makanan yang disukai
Berat badan membaik Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Frekuensi makan membaik Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
Nafsu makan membaik Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Terimakasih