Anda di halaman 1dari 20

Asuhan keperawatan pada anak

Diabetes Melilitus Juvenile


Sinta Bela 2720190037
Putri Septiani 2720190030
Pengertian Diabetes Mellitus (DM)
● Gangguan metabolisme kronik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia.
Menurut American Diabetes Association atau ADA (2010), diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan insulin, kerja insulin atau
kedua – duanya

● Diabetes mellitus (DM) tipe-1 adalah DM akibat insulin tidak cukup diproduksi oleh sel beta pankreas,
sehingga terjadi hiperglikemia (WHO, 2017).

● Penyakit DM dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya produksi insulin karena penurunan fungsi pada sel - sel
beta pankreas yang dikenal dengan DM tipe 1 atau tidak efektifnya kerja insulin di jaringan yang dikenal
dengan DM 2. DM tipe 1 sering disebut Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
dengan jumlah penderita 5 – 10% dari seluruh penderita DM dan biasanya terjadi pada anak-anak dan usia
muda.
Anatomi dan Fisiologi
Membahas fisiologi insulin tidak lepas dari pankreas sebagai produsen insulin, secara anatomis pankreas
merupakan glandular retroperitonial yang terletak dekat dengan duodenum, memiliki 3 bagian yaitu kepala badan
dan ekor.

Secara singkat kerja fisiologis insulin adalah mentransportasi glukosa kedalam sel otot dan hati terkait dengan
kadar glukosa didalam darah, efek kerja insulin berlawanan dengan glukagon sebuah polipeptida hormone yang
dihasilkan pula oleh sel B pankreas yang akan memicu proses pembentukan glukosa di dalam hati melalui proses
glikolisis dan glukoneogenesis.
Etiologi

Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe- 1. Namun
yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah factor genetik/keturunan. Resiko
perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui faktor genetik.

Beberapa faktor diabetes, yaitu ;

● Faktor Genetik

● Faktor-faktor Imunologi

● Faktor Lingkungan
Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines tahun 2009, Yaitu :

1. Periode pra-diabetes

Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi
genetik tertentu memungkinkan terjadinya proses destruksi ini.

2. Periode manifestasi klinis

Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena
sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl
akan menyebabkan diuresis osmotik.

3. Periode honey-moon

Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisa-sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal
sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri.

4. Periode ketergantungan insulin yang menetap

Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini penderita akan membutuhkan insulin kembali
dari luar tubuh seumur hidupnya
Pathway
Manifestasi Klinis
Diagnosis diabetes seringkali salah, disebabkan gejala-gejala awalnya tidak terlalu khas dan mirip dengan gejala
penyakit lain. Beberapa gejala yang sering menjadi pitfalldalam diagnosis DM tipe 1 pada anak di antaranya
adalah :

1. Sering kencing : kemungkinan diagnosisnya adalah infeksi saluran kemih atau terlalu banyak minum (selain
DM).

2. Berat badan turun atau tidak mau naik : kemungkinan diagnosis adalah asupan nutrisi yang kurang atau
adanya penyebab organik lain.

3. Sesak nafas : kemungkinan diagnosisya adalah bronkopnemonia. Apabila disertai gejala lemas, kadang juga
didiagnosis sebagai malaria.

4. Nyeri perut : seringkali dikira sebagai peritonitis atau apendisitis.

5. Tidak sadar : keadaan ketoasidosis dapat dipikirkan pada kemungkinan diagnosis seperti malaria serebral,
meningitis, ensefalitis, ataupun cedera kepala (Brink SJ, dkk. 2010).
Komplikasi
● Komplikasi DM Tipe-1 mencakup komplikasi akut dan kronik.

● Pada anak, komplikasi kronik jarang menimbulkan manifestasi klinis signifikan saat masih dalam pengawasan
dokter anak. Sebaliknya, anak berisiko mengalami komplikasi akut setiap hari. Komplikasi akut terdiri atas
KAD dan hipoglikemia, Studi SEARCH menemukan bahwa sekitar 30% anak dengan DM tipe-1 terdiagnosis
saat KAD. Kriteria KAD mencakup hiperglikemia, asidosis, dan ketonemia. Gejala KAD antara lain adalah
dehidrasi, takikardi, takipnea dan sesak, napas berbau aseton, mual, muntah, nyeri perut, pandangan kabur, dan
penurunan kesadaran.

● Terapi hipoglikemia diinisiasi saat kadar glukosa darah ≤70 mg/dL. Anak usia muda memiliki risiko tinggi
hipoglikemia karena tidak mampu mengomunikasikan keluhan. Gejala hipoglikemia diakibatkan oleh aktivasi
adrenergik (berdebar, gemetar, keringat dingin) dan neuroglikopenia (nyeri kepala, mengantuk, sulit
konsentrasi). Pada anak usia muda, gejala dapat berupa perubahan perilaku seperti iritabilitas, agitasi, tantrum,
atau kurang aktif.
Penatalaksanaan
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan berupa pemberian insulin.
Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan
kualitas hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Rustama DS, dkk. 2010;
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines. 2009)

Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu :


1. Insulin, merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM Tipe 1
2. Diet, Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya untuk mengoptimalkan proses
pertumbuhan.
3. Aktivitas fisik/exercise, penting untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan insulin.
4. Edukasi, memiliki peran penting dalam penangan DM tipe-1 karena didapatkan bukti kuat berpengaruh baik pada
kontrol glikemik dan keluaran psikososial.
5. Monitoring control Glikemik, ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan sudah baik atau belum.
Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka
pendek maupun jangka Panjang.
Pemeriksaan Penunjang
● Glukosa darah
● Aseton plasma (keton)
● Asam lemak bebas
● Osmolaritas serum
● Elektrolit
● Fosfor
● Hemoglobin glikosilat
● Gas Darah Arteri
● Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis
● : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
● Ureum / kreatinin
● Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari
DKA.
● Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1)
● Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
● Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
● Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi
pada luka.
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:

1) Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau


2) Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau
3) Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl.
01
Pengkajian
● Identitas Pasien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register,
tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin,
umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.

● Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama, Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih. Peningkatan nafsu
makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku.
2. Riwayat penyakit sekarang, Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Riwayat penyakit dahulu, Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan seperti oleh virus penyakit
gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi.
4. Riwayat kesehatan keluarga, Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita diabetes melitus. Riwayat
kehamilan karena stress saat kehamilan dapat mencetuskan timbulnya diabetes melitus.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan, Meliputi usia, tingkat perkembangan, toleransi / kemampuan memahami tindakan,
koping, pengalaman berpisah dari keluarga / orang tua, pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas / istrahat, Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tachicardi, tachipnea pada
keadaan istrahat/daya aktivitas. Letargi / disorientasi, koma.

2. Sirkulasi, Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada ekstremitas dan tachicardia. Perubahan tekanan darah
postural : hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada. Disritmia, krekel : DVJ ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah

3. Pernapasan, Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

4. Neurosensori, Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala,
kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks
fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.

5. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis dengan palpitasi : tampak sangat berhati
– hati.

6. Keamanan, Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.

7. Eliminasi, Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat). Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare).

8. Integritas Ego Stress, ansietas


02
Diagnosa
Diagnosa yang mungkin akan muncul dalam kasus Diabetes Mellitus Juvenille adalah :
1. Hipovolemia b/d kegagalan mekanisme regulasi (D.0023)
2. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
3. Perfusi Perifer tidak efektif b/d penurunan aliran arteri atau vena (D.0009)
4. Intoleransi Aktifisa b/d kelemahan (D.0056)
5. Gangguan Intergritas kulit b/d neuropati perifer (D.0192)
6. Resiko Ketidakseimbangan kadar glukosa darah d/d ketidaktepatan pemantauan glukosa darah (D.0038)
7. Resiko Cidera d/d disfungsi autoimun (D.0136)
8. Resiko Infeksi d/d penyakit kronis (D.0142)
03
Intervensi
Diagnosa Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

Hipovolemia b/d kegagalan Setelah dilakukan Tindakan Selama 3x24 jam Manajemen Hipovolemia (I.03121)
mekanisme regulasi (D.0023) keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria Observasi
  hasil : (L.03020)  Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
 Asupan cairan meningkat lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun,
 Dehidrasi menurun membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan
 Tekanan darah membaik lemah)
 Mata cekung membaik  Monitor intake dan output cairan
 Turgor kulit membaik Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral
 
 
Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan Status nutrisi membaik dengan kriteria hasil : Observasi
mencerna (L.03030)  Identifikasi status nutrisi
makanan  Porsi makan yang dihabiskan meningkat  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
(D.0019)  Nyeri abdomen menurun  Identifikasi makanan yang disukai
 Berat badan membaik  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Frekuensi makan membaik  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
 Nafsu makan membaik  Monitor asupan makanan
   Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
 
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai