Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

KESEHATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Dosen pengampu :

Ns. Kusdiah Eny, M.Kep.Sp.Kep

Disusun Oleh :

Amin Tohari 2720190038

Anggun Dindayana Mukthi 2720190034

Devina Anggraini 2720190014

Gita Angelina 2720190112

Rima Rosiana 2720190031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

DI DESA SETIA ASIH KABUPATEN BEKASI


A. Latar Belakang

Lanjut usia merupakan proses mengalami penuaan anatomi, fisiologis dan biokimia pada

jaringan organ yang dapat mempengaruhi keadaan fungsi kemampuan tubuh secara

keseluruhan (Fatmah, 2010).

Pada lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah satunya adalah kemunduran

fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang sering dijumpai pada golongan lansia yang

disebabkan karena kemunduran fungsi kerja pembuluh darah yaitu hipertensi atau tekanan

darah tinggi. Tekanan darah tinggi mmerupakan salah satu penyakit degenerative yang

mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan

suatu penyakit akibat meningkatnya tekanan darah arterial sistemik baik sistolik maupun

diastolic (Arlitas,2014)

Kesehatan lansia bila tidak ditangani dengan baik, akan menyebabkan penurunan fungsi

fisik dan fisiologis sehingga terjadi kerusakan tubuh yang lebih parah, menimbulkan

banyak komplikasi dan mempercepat kematian. Hipertensi pada lansia bila tidak segera

diobati dapat menyebabkan gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Potter dan Perry, 2005).

Factor yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu, factor yang dapat dikendalikan

seperti obesitas, medikasi, gayahidup, stress dan factor yang tidak dapat dikenali seperti

usia, Riwayat keluarga, jenis kelamin (Junaedi, E dkk, 2013).

B. Tujuan
1. Proses Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga :

a. Risiko menurunnya perilaku hidup sehat pada lansia penderita hipertensi

b. Defisit pengetahuan lansai terhadap hipertensi.

2. Tujuan umum

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang penyakit hipertensi pada lansia dan berusaha

untuk mengendalikannya.

3. Tujuan khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta mampu:

a. Mengetahui pengertian hipertensi

b. Mengetahui kalasifikasi hipertensi

c. Mengetahui etiologi hipertensi

d. Mengetahui factor – factor resiko hipertensi

e. Mengetahui komplikasi hipertensi

f. Mengetahui terapi hipertensi

g. Mengetahui upaya pengendalian hipertensi.

4. Tujuan afektif

a. Peserta aktif bertanya selama penyuluhan

b. Peserta mengungkapkan keinginannya untuk hidup sehat dengan pengendalian

penyakit hipertensi.

5. Tujuan psikomotor

a. Pesertan dapat meningkatkan pola hidup sehat

b. Peserta dapat menambah aktivitas dan pola hidup sehat untuk mencegah hipertensi.
C. Sasaran

bagi lansia penderita hipertensi sekitar perumahan rt 009 desa setia asih pada tanggal 7

agustus 2022 jam 15.00 WIB

D. Metode

Ceramah, diskusi, presentasi dan tanya jawab

E. Media

1. Leaflet

2. LCD proyektor

3. Laptop

4. Power point

F. Kepanitiaan

1. Penyuluhan

• Leader : Amin Tohari

• Co leader : Anggun D Mukkhti

• Bendahara : Gita Angelina

• Observer : Devina Anggraini

• Fasilitator : Rima Rosiana

2. Pemeriksaan

• Leader : anggun D mukhti

• Co Leader : Rima Rosiana

• Observer : Devina Anggraini

• Fasilitator : Gita Angelina

G. Kegiatan
No waktu Kegiatan Kegiatan peserta

1. 5 menit Pembukaan • Menjawab salam

• Mengucapkan salam • Memperhatikan

• Perkenalan mahasiswa • Memperhatikan

• Menjelaskan tujuan • memperhatikan

• Menjelaskan kontrak waktu

2. 30 menit Penyampaian materi • Memperhatikan dan

• Menjelaskan definisi hipertensi mendengarkan

• Menjelaskan klasifikasi

hipertensi

• Menjelaskan etiologi hipertensi

• Menjelaskan factor – factor

resiko hipertensi

• Menjelaskan komplikasi

hipertensi

• Menjelaskan terapi hipertensi

• Menjelaskan upaya

pengendalian hipertensi.

3. 20 menit • Sesi tanya jawab • Memberikan kesempatan

pada peserta untuk bertanya

4. 5 menit penutup • Memberikan pertanyaan

• Menderngar
• Meminta peserta untuk • Memperhatikan

mengulang Kembali penjelasan • Menjawab salam

tentang hipertensi

• Meminta mengulang klasifikasi

hipertensi.

• Meminta mengulang factor –

factor resiko hipertensi.

• Meminta mengulangi

komplikasi hipertensi.

• Meminta mengulangi terapi

hipertensi.

• Meminta upaya pengendalian

hipertensi.

• Menutup sesi acara

H. Rencana ecaluasi kegiatan

1. Evaluasi struktur

a. Permohonan izin kepada ketua RT, RW dan Kades

b. Alat dan media untuk penyuluhan telah disediakan

2. Evaluasi proses

a. Persiapan sarana prasarana pelaksanaan penyuluhan

b. Persiapan pelaksanaan penyuluhan 1 jam sebelum penyajian

c. Peserta penyuluhan kooperatif dan berperan aktif selama penyuluhan berlangsung


d. Mahasiswa berperan aktif sesuai dengan peran dan fungsing masing – masing.

3. Evaluasi hasil

a. Lansia dapat menjawab pertanyaan yang diajukan

b. Lansia dapat memberikan pendapat tentang hipertensi


LAMPIRAN MATERI

LANSIA DENGAN HIPERTENSI

A. Pengertian
Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki

tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90

mmHg) (Sunarwinadi, 2017). Hipertensi sering dijuluki sebagai silent killer atau

pembunuh diam-diam karena dapat menyerang siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan

salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Hipertensi juga beresiko

menimbulkan berbagai macam penyakit lainnya yaitu seperti gagal jantung, jantung

koroner, penyakit ginjal dan stroke, sehingga penanganannya harus segera dilakukan

sebelum komplikasi dan akibat buruk lainnya terjadi seperti dapat menurunkan umur

harapan hidup penderitanya (Sulastri, Elmatris, and Ramadhani, 2012).

Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau

lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg,

serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan

tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (NOC, 2015).

B. Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi
C. Etiologi Hipertensi
Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:

1. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab dengan jelas.

Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti

bertambahnya usia, sters psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas

(keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori

ini.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya berupa

penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya

ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan terganggunya


keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat

disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit jantung.

D. Faktor-faktor resiko hipertensi


Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak dapat dikontrol menurut

(Sutanto, 2010) antara lain :

1. Faktor yang dapat dikontrol :

Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan

dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Kegemukan (obesitas)

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan

mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30

tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan

dengan wanita langsing pada usia yang sama. Curah jantung dan

sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun

belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas,

namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah

penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita

hipertensi dengan berat badan normal.

b. Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya

cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah.

Dengan olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga

darah bisa dipompa dengan baik keseluruh tubuh.


c. Konsumsi garam berlebihan

Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi

garam berlebihan dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam

merupakan hal yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi.

Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melaluipeningkatan

volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan

diikuti oleh peningkatan ekresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga

kembali pada kondisi keadaan system hemodinamik (pendarahan) yang

normal. Pada hipertensi primer (esensial) mekanisme tersebut

terganggu, disamping kemungkinan ada faktor lain yang berpengaruh.

d. Merokok dan mengonsumsi alcohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan

Kesehatan selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam

pembuluh darah, nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding

pembuluh darah. Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan

kesehatan karena dapat meningkatkan sistem katekholamin, adanya

katekholamin memicu naik tekanan darah.

e. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika

ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat

meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks

maka tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres maka

terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran


atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stres dengan hipertensi

diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja Ketika

beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.

Stres berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi

tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada binatang

percobaan yang diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi

hipertensi.

b. Faktor yang tidak dapat dikontrol

1. Keturunan (Genetika)

Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar terhadap

munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian

bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari

satu sel telur) dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda).

Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi

primer (esensial) dan tidak melakukan penanganan atau pengobata maka

ada kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi

berkembang dan dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul

tanda-tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya.

2. Jenis kelamin

Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan

wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang mendorong

terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman, terhadap


pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita akan

mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah masa menopause.

3. Umur

Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang

menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan

penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko

terhadap timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang

erterosklerosis serta pelebaran pembulu darah adalah faktor penyebab

hipertensi pada usia tua. Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas

usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.

E. Komplikasi hipertensi
Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan

sebaga berikut :

1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat

terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak mengalami arterosklerosis dapat

menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentukya aneurisma.

Gejala tekena struke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung

atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau

sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat

berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.


2. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan

hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak.

3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan

mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu 12 dan dapat

berlanjut menjadi hipoksia dan kematian

4. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung

dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu, kaki dan jaringan

lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas,

timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema

F. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Widjadja,2009) pemeriksaan penunjang pada penderita

hipertensi antara lain:

1. General check up

jika seseorang di duga menderita hipertensi, dilakukan beberapa pemeriksaan,

yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya riwayat keluarga penderita.

Pemeriksaan fisik, pemeriksan laboratorium, pemeriksaan ECG, jika perlu

pemeriksaan khusus, seperti USG, Echocaediography (USG jantung), CT Scan,

dan lain-lain. Tujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi yang


ditimbulkan. Langkah pengobata adalah yang mengendalikan tensi atau tekanan

darah agar tetap normal.

2. Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam yaitu:

- Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan segera setelah

didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.

- Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau keberhasilan terapi.

G. Penatalaksanaan
Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi berdasarkan

sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:

1. Terapi non-farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obatobatan yang

diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah diupayakan

melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :

a. Pembatasan asupan garam dan natrium

b. Menurunkan berat badan sampai batas ideal

c. Olahraga secara teratur

d. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol

e. Mengurangi/ tidak merokok

f. Menghindari stres

g. Menghindari obesitas

2. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)

selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama.

Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan, antara lain
obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat

konfersi enzim angiotensi.

3. Terapi herbal

banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat

hipertensi sebai berikut :

1. Daun seledri

Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak dengan

ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki bau yang

khas, identik dengan sayur sub. Bentung batangnya bersegi, bercabang,

memiliki ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna putih, kecil,

menyerupai payung, dan majemuk. Buahnya berwarna hijau kekuningan

berbentuk kerucut. Daunnya memiliki pertulangan yang menyirip,

berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun yang berair dapat dimakan

mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan sebagai penyedap masakan,

seperti sayur sop.

Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:

a.) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air

b.)Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar, rebus

seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air rebusannya

sehari dua kali setelah makan. Hubungan dengan hipertensi, seledri

berkasiat menurunkan tekanan darah (hipotensis atau anti hipertensi).

Sebuah cobaan perfusi pembuluh darah menunjukan bahwa apigenin

mempunyai efek sebagai vasodilator perifer yang berhubungan dengan efek


hipotensifnya. Percobaan lain menunjukkan efek hipotensif herbal seledri

berhubungan dengan integritas sistem saraf simpatik (Mun’im dan hanani,

2011).

4. Pola makan sehat bagi penderita hipertensi

Menurut (Gunawan,2015) diet disesuaikan dengan kebuthan kalori sehari,

dimana komponen bahan makanan sumber zat gizi yang disarankan sebagai

diantaranya adalah :

a. Konsumsi padi, biji-bijan (grain) sebanyak 6-8 perhari, seperti roti gandum

(ukuran satu porsi sekitar 1 lembar roti), nasi (nasi coklat/merah jauh baik dari

pada nasi putih), pasta cereal (sejitar 1 cup dalam kondisi matang).

b. Sayuran sekitar 4-5 porsi/hari, seperti toamt, wortel, brokoli, ubi, sayuran hijau

yang kaya akan serat, vitamin, kalium, dan magnesium. Ukuran 1 porsi sekitar

100 gram dalam kondisi mentah.

c. Buah sekitar 4-5 porsi/hari yang dapat diberikan dalam bentuk snack ataupun

komponen makanan besar. Ukuran 1 porsi buah sekitar 80-100 gram dalam

kondisi segar.

d. Gula atau makan yang manis sekitar kurang dari 5 porsi/minggu seperti gula

pasir atau selai, ukuran 1 porsi sekitar 1 sendok makan peres.

e. Kacang, biji, legumes sebanyak 4-5 porsi/minggu seperti almond, biji bunga

matahari, kacang-kacangan, produk kedelai (tahu, tempe) dimana ukuran 1

porsi kecil kacang sekitar 2 sendok makan.


f. Pilih produk susu rendah lemak atau skim (seperti susu, yoghurt, keju) sebanyak

2-3 porsi/hari yang digunakn sebagai sumber protein, vitamin D, serta kalsium.

1 prosi susu sekitar 200 ml.

g. Daging tanpa lemak, unggas dan ikan sebanyak kurang dari 6 porsi/hari sebagai

sumber protein, vitamin B, zat besi, dan zinc.

H. Upaya Pencegahan
Dalam pencegahan hipertensi, kita harus menerapkan perilaku CERDIK, yaitu:

1. Cek Kesehatan secara berkala

2. Enyahkan asap rokok

3. Rajin Latihan fisik

4. Diet sehat dan seimbang

5. Istirahat yang cukup

6. Kelola stress
DAFTAR PUSTAKA

Armilawati,dkk. 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam kajian epidiniologi.

Bagian Epidemiologi FKM UNHAS: Makassar.

World Health Organization, 2015. A global brief on gypertension: silent killer.

Global public health crisis

Anda mungkin juga menyukai