Anda di halaman 1dari 31

EPIDEMIOLOGI ZOONOSIS

EBOLA
SITUASI WABAH DUNIA TAHUN
2021
VIRUS EBOLA
• Penyakit virus Ebola (EVD; dulu dikenal
sebagai demam berdarah Ebola)
disebabkan oleh infeksi virus Ebola yang
tergolong dalam famili Filoviridae. Pada
manusia, tingkat kematian kasus EVD rata-
rata 50% (bervariasi dari 25% hingga 90%
dalam kasus wabah sebelumnya).
Lanjutan
• EVD pertama kali muncul pada tahun 1976 di
Sudan Selatan dan Republik Demokrasi Kongo,
yaitu di sebuah desa dekat Sungai Ebola, yang
menjadi sumber nama penyakit ini. Penyakit
ini muncul secara sporadis sejak itu. Kasus EVD
yang terkonfirmasi telah dilaporkan terutama
di wilayah Afrika sub-Sahara termasuk
Republik Demokrasi Kongo, Gabon, Sudan
Selatan, Pantai Gading, Uganda dan Kongo
Lanjutan
• Wabah Ebola yang terjadi di Afrika barat
pada bulan Maret 2014 hingga Januari 2016
adalah wabah terbesar sejak virus Ebola
pertama kali ditemukan pada tahun 1976.
Wabah ini terutama berdampak di Guyana,
Liberia dan Sierra Leone. Pada bulan Agustus
2018, wabah EVD dilapirkan di Republik
Demokrasi Kongo, dengan lebih dari 3000
kasus yang dilaporkan per Oktober 2019
Etiologi Ebola
• Penyakit virus Ebola (EVD) adalah penyakit
akibat infeksi virus mematikan Zaire
ebolavirus yang termasuk dalam filovirus
(famili Filoviridae)
Lanjutan
• Harrod (2014) menjelaskan bahwa Nama
virus Ebola (EBOV) berasal dari Sungai Ebola
di Republik Demokratik Kongo (sebelumnya
Zaire) di mana wabah penyakit virus Ebola
(EVD) pertama diidentifikasi pada tahun
1976. Wabah kedua terjadi pada 1995 di
DRC, wabah di Uganda pada 2000 (oleh
Sudan ebolavirus), dan wabah ketiga di
Kongo pada 2003.
Lanjutan
• Wabah berikutnya terjadinya di Uganda pada
2007 dan menghasilkan spesies Bundibugyo
ebolavirus yang setelah dikonfirmasi ternyata
merupakan spesies baru yang belum pernah
diidentifikasi oleh CDC (Centers for Disease
Control and Prevention) dan WHO di distrik
Bundibugyo, Uganda barat. Wabah kedua yang
disebabkan oleh spesies Bundibugyo ebolavirus
diidentifikasi di Kongo pada 2012, menginfeksi 57
kasus yang dikonfirmasi dengan 29 kematian.
Lanjutan
• Pada Maret 2014, terjadilah wabah Ebola
terbesar sepanjang sejarah di Afrika Barat.
Sepanjang wabah tersebut, hampir 14.000
kasus telah dilaporkan di Guinea, Sierra
Leone, dan Liberia dengan hampir 5.000
kematian
Gejala Virus Ebola
LANJUTAN
• Periode inkubasi untuk EVD yang ditularkan
dari orang-ke-orang yang laIn biasanya
berkisar antara 8 -11 hari, tetapi terdapat
kasus dimana dilaporkan paling singkat 2
hari dan paling lama 21 hari. Pada fase klinis
awal EVD, pasien menunjukkan tanda dan
gejala penyakit tropis umum (mis., demam
berdarah, malaria, demam tifoid dan infeksi
virus lainnya).
LANJUTAN
• El Sayed et al.(2016) menunjukkan bahwa
gejala gastrointestinal (GI) progresif juga
sering terjadi dalam 3 -5 hari dari gejala
onset. Manifestasi gejala GI termasuk nyeri
perut, anoreksia, mual, muntah dan diare
yang mengarah pada ketidakseimbangan
elektrolit yang mendalam, penurunan
volume intravaskular, dan syok
CARA PENULARAN VIRUS EBOLA
• Menurut jurnal Kaner & Schaack
(2016), penyakit virus Ebola
sebenarnya dapat ditularkan melalui
dua cara, yakni: hewan ke manusia
dan manusia ke manusia.
LANJUTAN
• Beberapa kelelawar pemakan buah dianggap
sebagai inang alami virus Ebola. Di Afrika,
infeksi virus ini didokumentasikan melalui
simpase, gorila, kelelawar pemakan buah,
monyet, antelope hutan dan landak yang
terinfeksi dan ditemukan sakit atau mati di
hutan
LANJUTAN
• Pada akhir tahun 2012, peneliti Kanada menemukan
bahwa kematian akibat infeksi virus di antara spesies
dapat dipindahkan melalui udara. Pendapat ini
muncul akibat ditemukannya perpindahan virus dari
babi ke monyet tanpa menunjukkan adanya kontak
langsung diantaranya sehingga dapat menjelaskan
terjadinya penyebaran yang luas dari penyakit Ebola
di Afrika. Kejadian ini juga dapat menjelaskan bahwa
babi merupakan salah satu hospes reservoir dari
virus di samping juga kelelawar pemakan buah
LANJUTAN
• Virus ini kemudian menyebar ke masyarakat
dari manusia ke manusia, di mana infeksinya
terjadi akibat kontak langsung (melalui luka
kulit atau membran mukus) dengan darah,
sekresi, organ atau cairan tubuh lainnya dari
orang yang terinfeksi, dan kontak tak
langsung dengan lingkungan yang
terkontaminasi cairan-cairan tersebut
LANJUTAN
• Penularan juga dapat terjadi dari
pemotongan hewan yang terinfeksi
termasuk kelelawar dan primata. Pencarian
hewan sebagai inang reservoir alami EBOV
telah menjadi masalah investigasi selama
beberapa dekade terakhir. Ada bukti yang
semakin kuat bahwa sejumlah spesies
mamalia dapat menampung dan menularkan
virus.
LANJUTAN
• Beberapa spesies kelelawar telah ditemukan
membawa filovirus dan Marburgvirus. Selain
itu spesies primata selain manusia seperti:
monyet Rhesus (Macaca mulatta), monyet
cynomolgus (Macaca fascicularis), monyet
hijau Afrika (AGM) (Chlorocebus aethiops),
dan babon Hamadryas (Papio hamadryas)
juga terbukti mampu menginfeksi manusia
(Harrod, 2014) .
LANJUTAN
• Infeksi dari hewan terjadi ketika adanya
cairan tubuh hewan yang terkontaminasi
mengalami kontak langsung dengan
manusia. Selain itu, masih adanya kebiasaan
warga Afrika untuk memakan hewan liar
(bushmeat) semakin meningkatkan potensi
terjadinya infeksi
LANJUTAN
• Kaner & Schaack (2016) juga mengatakan
bahwa Infeksi ebola pada manusia diperoleh
secara khas melalui kontak langsung dengan
cairan tubuh dari individu yang sudah
terindikasi gejalanya. seseorang dengan
gejala Ebola merupakan risiko tertinggi
untuk infeksi.
LANJUTAN
• Secara umum, individu dengan kontak
langsung ke cairan tubuh korban Ebola
(tanpa peralatan perlindungan pribadi yang
sesuai), kontak langsung dengan individu
Ebola yang meninggal (tanpa peralatan
pelindung pribadi yang sesuai), atau tinggal
dengan dan memberikan perawatan kepada
seseorang dengan gejala Ebola merupakan
risiko tertinggi untuk infeksi.
DIAGNOSA PENYAKIT VIRUS
EBOLA
• Dalam perkembangan metode diagnosa
Ebola, Martínez et al.(2015) menjelaskan
bahwa terdapat dua yang palng terkenal dan
efektif yakni: ELISA (Enzyme-linked
immunosorbent assay) dam RT-PCR
(reverse-transcriptase polymerase chain
reaction)
Pengobatan Penyakit Virus Ebola
• Dhama et al.(2018) menjelaskan bahwa
berbagai obat telah digunakan kembali
untuk mengobati penyakit ebola. Kandidat
vaksin generasi pertama terbaik untuk EBOV
adalah rVSV dan ChAd3. Kemudian
selanjutnya ditemukan vaksin yang jauh
lebih baik yaitu Vaksin NHP dan GamEvac-
Combi
Potensi Penyakit Virus Ebola di
Indonesia
• Dari hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa orangutan Borneo (Pongo pygmaeus)
di Kalimantan teridentifikasi positif Zaire
ebolavirus, Sudan ebolavirus, dan
Bundibugyo ebolavirus yang seharusnya
hanya terdapat di Afrika. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk terjadinya
wabah EDV di Indonesia bukanlah sesuatu
yang mustahil.
Potensi Penyakit Virus Ebola di
Indonesia
• Dengan demikian, pemerintah perlu melakukan
penilaian risiko dan pengawasan terus menerus
terhadap infeksi filovirus primata dan hewan liar
di Indonesia. Selain itu, perlunya sosialisasi
terhadap masyarakat terutama yang menetap di
daerah hutan untuk lebih waspada terhadap
hewan lair dan selalu menjaga kebersihan.
Masyarakat yang diserang atau mendapatkan
luka akibat hewan liar sebaiknya segera
membersihkan diri dengan sabun
• Kemudian, masyarakat Indonesia yang masih
memiliki tradisi untuk memakan daging
hewan liar dianjurkan untuk tidak
mengonsumsi daging tersebut. Hal itu
didasari karena adanya kemungkinan bahwa
daging hewan liar tersebut sudah
terkontaminasi Zaire ebolavirus ataupun
virus penyakit lain
• Berdasarkan jurnal Rajiah et al. (2015), WHO
merekomendasikan pemerintah Indonesia
untuk menerapkan pencegahan kasus Ebola
dengan pengawasan di bandara dan
mengeluarkan travel advisories.
Kementerian Kesehatan telah memperkuat
inspeksi ketat para pendatang dari Afrika
dan negara-negara Timur Tengah.
• Detektor panas juga telah disiapkan pada
titik kedatangan seperti bandara. Seperti
negara lain, pemerintah Indonesia juga
terus meningkatkan kesadaran Ebola
kepada pekerja publik dan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai