Anda di halaman 1dari 30

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK


MENULAR
KEBIJAKAN
STRATEGI
FAKTOR RESIKO DAN UPAYA
PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR
MATERI

• KONSEP FAKTOR RESIKO


• JENIS FAKTOR RESIKO
• KEGUNAAN INDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO
• 4 FAKTOR RESIKO TERBESAR PENYAKIT
DEGENERATIF
• UPAYA PENCEGAHAN
FAKTOR RESIKO

• Faktor resiko adalah karakteristik, tanda,


gejala pada individu sehat yang mana secara
statistik berhubungan dengan meningkatnya
insidens penyakit secara berurutan
FAKTOR RESIKO

• Faktor resiko mencakup berbagai aspek, antara


lain :
1.Keberadaan (eksistensi) faktor resiko
2.Besar faktor resiko
3.Arah : Faktor resiko mengarah negatif atau
positif
4.Sifat : Bisa Protektif atau Resiko
JENIS FAKTOR RESIKO

• Dikenal beberapa macam faktor resiko menurut dari mana


faktor resiko itu diamati :
1.Menurut dapat tidaknya faktor resiko itu diubah
a.Unchangeable risk faktors : faktor resiko tidak dapat berubah,
misalnya umur, jenis kelamin atau genetik
b.Changeable risk faktors : faktor resiko yang dapat berubah,
misalnya kebiasaan merokok, pengetahuan, perilaku
JENIS FAKTOR RESIKO

2. Menurut kestabilan peranan faktor resiko


a. Suspeceted risk factors : faktor resiko yang dicurigai, yakni
faktor-faktor yang belum mendapat dukungan sepenuhnya
dari hasil penelitian sebagai faktor resiko. Misalnya rokok
sebagai penyebab kanker rahim
b. Established risk factors : faktor resiko yang telah di
tegakkan, yakni faktor resiko yang telah mantap dan
mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya
sebagai faktor yang berperanan dalam kejadian suatu
penyakit. Misalnya rokok sebagai faktor resiko terjadinya
kanker paru
CONTOH FAKTOR RESIKO
4 FAKTOR RESIKO TERBESAR PENYAKIT
DEGENERATIF
1. POLA MAKAN YANG TIDAK SEHAT
Dampak dari arus globalisasi yang paling nyata terlihat pada
warga perkotaan adalah gaya hidup masyarakat yang mulai
berubah. “Gaya hidup konsumsi makanan” termasuk bagian
dari gaya hidup dalam memilih jenis makanan yang di
konsumsi. Akan tetapi perubahan dari gaya hidup ini tidak
diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran akan gizi
seimbang.
• Pola makan yang tidak sehat
Akhirnya budaya makan menyebabkan makanan yang sering di
konsumsi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat dan
rendah zat gizi mikro. Hal ini tentunya akan mengakibatkan
masalah kegemukan, gizi lebih, serta mengakibatkan
meningkatnya kadar radikal bebas yang akhirnya
mengakibatkan perubahan pola penyakit, dari penyakit infeksi
ke penyakit kronis yang sifatnya non infeksi atau memicu
munculnya penyakit degeneratif.
4 FAKTOR RESIKO TERBESAR PENYAKIT
DEGENERATIF
2. KURANGNYA AKTIFITAS FISIK
Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik dan mental serta
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar
sepanjang hari.
• Kemajuan tekhnologi dewasa ini mempunyai pengaruh baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap
berkurangnya aktifitas fisik. Hasil penelitian dari WHO
menyatakan bahwa gaya hidup yang lebih banyak duduk
dalam waktu yang lama ketika bekerja menjadi penyebab 1
dari 10 kematian dan kecacatan, dan lebih dari dua juta
kematian setiap tahun disebabkan kurangnya aktivitas
fisik/bergerak.
4 FAKTOR RESIKO TERBESAR PENYAKIT
DEGENERATIF
3. KONSUMSI ROKOK
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat akrab
dengan tembakau dan hasil olahannya. Rokok dimasyarakat
bukan hanya semata-mata sebagai sesuatu yang membuat
seseorang menjadi tenang dan nyaman, namun juga aspek
sosial dan pergaulan di masyarakat. Salah satu kebiasaan
masyarakat adalah menyuguhkan rokok dalam
kegiatan/acara yang berlangsung di masyarakat
• Dampak akibat rokok demikian parahnya dan bahkan di kalim
sebagai salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.
Diperkirakan sekitar tiga juta orang diseluruh dunia meninggal
setiap tahunnya akibat rokok. Merokok meningkatkan resiko
90% kematian akibat kanker paru pada pria dan 80% pada
wanita.
• Resiko kematian karena kanker paru 23 kali lebih tinggi pada
pria perokok dan 13 kali pada wanita perokok dibandingkan
pada mereka yang bukan perokok. Penelitian juga
menunjukkan bahwa seseorang yang bukan perokok, tapi
tinggal dengan perokok memiliki resiko 24% lebih tinggi
mengidap kanker paru dibandingkan dengan mereka yang
tinggal dengan bukan perokok.
• Kerugian ekonomi pada 2015 untuk biaya kesehatan akibat rokok sebesar Rp596,61
triliun.
• Kerugian yang harus ditanggung negara akibat penyakit yang disebabkan oleh
rokok tahun 2019 mencapai sepertiga dari produk domestik bruto (PDB) dan
seperlima dari total anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Berdasarkan
perhitungan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kesehatan
Kementerian Kesehatan, kerugian akibat orang produktif yang menjadi tidak
produktif karena sakit akibat rokok mencapai sekitar Rp4.180,27 triliun. "Hampir
Rp4.200 triliun atau sepertiga dari PDB kita hilang akibat penyakit yang disebabkan
oleh rokok, yaitu karena kematian dini dan tahun produktif yang hilang karena
sakit. Sementara itu, sambungnya, kerugian ekonomi akibat tembakau mencapai
Rp375 triliun atau seperlima dari total APBN Indonesia.
• Total cukai rokok mencapai Rp 164,94 triliun
4 FAKTOR RESIKO TERBESAR PENYAKIT
DEGENERATIF
4. MENINGKATNYA STRESSOR DAN PAPARAN
PENYEBAB PENYAKIT DEGENERATIF
• Fakta menunjukkan bahwa hidup pada zaman modern
memiliki tingkat stress yang tinggi. Padatnya jadwal
kegiatan, beban kerja yang tinggi, tingginya polusi
lingkungan, masalah keuangan tanpa disadari menyebabkan
terjadinya stress.
• Pada diri manusia, stres merupakan tekanan yang
menimbulkan reaksi fisik dan emosional. Sampai pada skala
tertentu, stress kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Stress positif yang biasa dikenal dengan eustress dibutuhkan
karena dapat memicu semangat dan bersifat mendorong.
Sedangkan stres negatif yang disebut distress bersifat merusak
dan dapat merugikan kesehatan diri sendiri.
UPAYA PENCEGAHAN

• Tingkat pencegahan
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari pengobatan. Hal ini juga
berlaku dalam PTM. Dikenal 4 tingkat pencegahan :
a.Pencegahan Primordial
Upaya ini dimaksudkan untuk memberi suatu kondisi pada masyarakat
sehingga pada akhirnya dapat menurunkan atau menghilangkan
penyakit tertentu pada masyarakat. Upaya ini dengan dilakukan
dengan cara merubah gaya hidup serta faktor-faktor resiko. Misalnya
menetapkan aturan kawasan bebas asap rokok atau membuat
aturan/kebijakan sehingga masyarakat yakin merokok itu merupakan
suatu perilaku yang kurang baik
UPAYA PENCEGAHAN

• Pada prinsipnya upaya pencegahan primordial adalah :


1.Mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar dalam
masyarakat
2.Melakukan modifikasi, penyesuaian terhadap resiko yang ada
atau berlangsung di masyarakat
b. Pencegahan Tingkat Pertama
1. Promosi Kesehatan Masyarakat, misalnya Kampanye
Kesadaran Masyarakat, Promosi Kesehatan, Pendidikan
Kesehatan Masyarakat
2. Pencegahan Khusus, misalnya pencegahan keterpaparan
c. Pencegahan Tingkat Kedua
1. Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening.
Contohnya deteksi dini kanker serviks dengan IVA atau Pap
Smear
2. Pengobatan, misalnya kemoterapi

d. Pencegahan Tingkat Ketiga


Meliputi Rehabilitasi, misalnya perawatan pasien di rumah sakit
CONTOH UPAYA PENCEGAHAN

• Upaya pencegahan PTM ditujukan pada faktor resiko yang


telah terindentifikasi. Misalnya pada stroke, hipertensi
dianggap sebagai faktor resiko utama disamping faktor resiko
lainnya. Upaya pencegahan stroke diarahkan kepada upaya
pencegahan dan penurunan hipertensi
CONTOH UPAYA PENCEGAHAN

• Selain itu, ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya


pencegahan dengan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit
(gaya hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan). Misalnya
untuk pencegahan primer dari penyakit stroke, dilakukan intervensi
terhadap beberapa hal sebagai berikut :
1. Gaya hidup, dengan melakukan reduksi stress, makan rendah garam, lemak
dan kalori, olahraga, dan tidak merokok
2. Lingkungan, menghindari stress kerja
3. Biologi, memberikan perhatian terhadap faktor resiko biologis seperti jenis
kelamin & riwayat keluarga
4. Pelayanan kesehatan, dengan mengikuti pendidikan kesehatan dan
pemeriksaan kesehatan berkala

Anda mungkin juga menyukai