Anda di halaman 1dari 34

DISKUSI

KELOMPOK
5
PEMICU 2
Modul Gangguan Sistem
Digestif
Fasilitator :Dr. dr. Nawan, M.Ked.Trop
ANGGOTA KELOMPOK
PEMICU
Dok... saya sakit apa ya ?
Seseorang laki-laki berusia 34 tahun datang ke RS X dengan keluhan demam sejak 7 hari
yang lalu, demam timbul terutama pada malam hari, awalnya demam tidak terlalu tinggi
namun semakin lama semakin tinggi suhunya. Pasien mengeluh menggigil saat demam tinggi
(hari ke 3 dan ke 4). Keluhan lainnya, pasien mengalami nyeri kepala, mual, muntah
sebanyak 3 kali, nyeri perut dan tidak BAB selama 3 hari. Nyeri kepala tidak dipengaruhi
perubahan posisi. Nafsu makan berkurang Pasien menyangkal nyeri pada otot, batuk dan
pilek. BAK masih dalam batas normal. Pasien belum sempat ke dokter, hanya minum obat
Parasetamol dan keluhannya masih tetap ada.
KLARIFIKASI
1.
ISTILAH
Demam : Demam adalah proses alami tubuh untuk
melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika
suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
(Surinah dalam Hartini, 2015)
2. Parasetamol : obat yang bersifat menghilangkan rasa
nyeri dan menurunkan panas (KBBI)
DATA TAMBAHAN

● Keadaan umum : tampak sakit sedang


● Kesadaran : composmentis
● BB : 55 kg ;
● TB : 165 cm
● Tanda vital : Tekanan darah : 100/70
mmHg
● Frekuensi nadi : 80 x/menit. regular,
isi cukup
● Frekuensi nafas : 20 x/menit
● Suhu : 37,8°C
Pemeriksaan status generalis :
Kepala : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
THT : faring tidak hiperemis, pembesaran tonsil (-), lidah tampak kotor dan tremor
Thorax : bentuk normal

Paru :
Inspeksi : simetris, tidak ada ketinggalan gerak
Palpasi : fremitus raba sama pada kedua lapang paru
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikular, ronkhi (-),wheezing (-)

Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V MCL
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1,S2 tunggal, regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, soepel, tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus dalam batas normal
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani

Ekstremitas : akral hangat, odema (-), CR<2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap :
Hb : 11,9 g/dl
Tromobosit : 142.000/ul
Leukosit : 3000/ul
Kimia darah : SGOT : 47 u/l SGPT : 45 u/l

Serologi :
Tes Widal : Paratyphi AO (+)1/160, Paratyphi CO (+)1/160 dan Typhi H (+)1/320
Sediaan hapus darah tipis : tidak ditemukan Plasmodium
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa pasien mengeluhkan demam terutama pada malam hari?
2. Mengapa pasien mengalami nyeri perut disertai tidak BAB selama 3 hari?
3. Mengapa demam yang dirasakan pasiem semakin lama semakin tinggi suhunya?
4. Mengapa setelah meminum parasetamol keluhan pasien masih tetap ada?
BRAINSTORMING
1. Demam disebabkan karena bakteri dan toksin yang dihasilkan
merangsang produksi dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang. Melalui sirkulasi darah bakteri selanjutnya
masuk ke organ tubuh lain, terutama limpa, hati dan kantung empedu.
Reaksi imunitas tubuh untuk melawan bakteri dan toksin yang
kemudian menimbulkan gejala-gejala pada pasien demam. Terjadi
penurunan hormon kortisol dalam tubuh manusia pada malam hari.
Sehingga, penurunan hormon kortisol ini dapat menyebabkan sel
darah putih harus bekerja lebih keras pada malam hari karena reaksi
sel darah putih yang lebih agresif pada malam hari dan juga adanya
ritme sirkadian yaitu siklus jam biologis yang berfungsi untuk
mengeluarkan hormon melatonin ini hanya dapat dikeluarkan pada
malam hari dan cenderung dikeluarkan dengan cepat sehingga tubuh
akan meningkat suhunya pada malam hari
2. Konstipasi pada pasien demam tifoid dapat disebabkan karena proses inflamasi (infiltrasi monosit) yang
menyebabkan hiperplasia Peyer patches dan menyempitnya lumen (diameter dalam) usus. Proses penyakit
juga dapat meningkatkan atau menurunkan peristaltik usus. Bila terjadi penurunan peristaltik usus maka
gejala yang muncul adalah konstipasi dan perut kembung.

3. Tubuh mengalami demam yang meningkat karena tubuh berusaha membunuh virus atau bakteri yang
menyebabkan infeksi. Sebagian besar bakteri dan virus tersebut bekerja dengan baik ketika tubuh berada
pada suhu normal. Tetapi jika dengan adanya demam, lebih sulit bagi mereka untuk bertahan hidup. Demam
juga mengaktifkan sistem kekebalan tubuh.

4. Peran antibiotic atau obat nyeri seperti parasetamol, yaitu menghentikan produksi zat kimia, namun ketika
obat yang diminum tidak mempan maka ada berbagai kemungkinan, misalnya toleransi terhadap obat
tersebut atau dosis yang diberikan tidak cukup perlu ditingkatkan. parasetamol memiliki fungsi untuk
mengatasi berbagai rasa nyeri yang dirasakan. Rasa nyeri tersebut umumnya muncul akibat adanya zat
kimia yang dihasilkan ketika mengalami luka atau sakit yang jumlah nya terlalu banyak di otak sehingga otak  
menghasilkan sinyal rasa nyeri dan sakit dan hal ini tidak dapat diatas oleh parasetamol karena adanya
intoleransi terhadap obat.
Jika pasien demam dan mengalami beberapa gejala meminum paracetamol dan tidak ada perbaikan,
kemungkinan besar pasien pada pemicu ini mengalami demam yang di sebabkan oleh infeksi bakteri,
sehingga jika terjadi demam infeksi bakteri, Pengobatan yang akan dianjurkan adalah dengan pemberian
antibiotik. Paracetamol hanya akan menurunkan suhu tubuh pasien tetapi pada pasiennya sendiri tidak
mengalami perbaikan gejala – gejala lainnya.
PROBLEM TREE Tn.Y 34 Tahun

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

Keadaan Umum Darah Lengkap


Keluhan Riwayat Penyakit Keluhan Tampak sakit sedang HB : 11,9 g/dL

Utama Dahulu
Penyerta Kesadaran Trombosit : 142.000/uL

Demam Riwayat Penyakit Composmentis Leukosit : 3000/uL


- Nyeri Kepala
Keluarga TTV Kimia Darah
Onset : 7 Hari - Mual
Riwayat Pengobatan Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Frekuensi : timbul pada SGOT : 47 u/l
- Muntah (Sudah 3x) Frekuensi Nadi : 80x/Menit
Paracetamol, namun Frekuensi Nafas : 20x/Menit SGPT : 45 u/l
malam hari - Nyeri perut dan tidak
Suhu : 37,8 derajat celcius
gejala tidak meringan Serologi
Sifat Keluhan : awal BAB (3 Hari)
tidak terlalu tinggi Kepala : Konjungtiva Anemis Tes Widal : Paratyphi AO (+)1/160, Paratyphi
- Nafsu makan
THT : Lidah tampak kotor dan tremor
namun makin lama CO (+)1/160 dan Typhi H (+)1/320
berkurang Abdomen : Nyeri tekan pada epigastrium
makin tinggi Sediaan hapus darah tipis : tidak ditemukan
Plasmodium

Dx : Demam Tifoifd Dd: Malaria, DBD

Definisi Epidemiologi Tanda & Gejala Prognosis Diagnosis Pemeriksaan Fsisik

Edukasi &
Etiologi Patofisiologi Faktor & Resiko Tata Laksana Diagnosis Banding
Pencegahan
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan demam tifoid berdasarkan :
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Patogenesis
e. Patofisiologi
f. Tanda & Gejala
g. Faktor risiko
h. Prognosis
i. Tatalaksana
j. Diagnosis
k. Diagnosis banding
l. Edukasi dan pencegahan
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tipe tipe demam
3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan mekanisme demam
4. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan kaitan penurunan kadar Hb, trombosit dan leukosit dengan diagnosis kerja
(demam tifoid)?
5. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai interpretasi data tambahan
1. MAHASISWA DAPAT MEMAHAMI DAN
MENJELASKAN
A. DEFINISI
Demam tifoid disebut juga demam enterik. Ini adalah penyakit multisistemik prospektif yang telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh
Bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi. Demam enterik adalah istilah kumulatif yang
menggambarkan demam tifoid dan paratifoid. Demam Paratifoid secara klinis tidak berbeda dengan
demam tifoid; Perjalanan penyakit berkisar dari gangguan gastrointestinal dini hingga penyakit
sistemik nonspesifik tetapi pada akhirnya dapat menyebabkan komplikasi multipel.

Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang sistem pencernaan manusia yang
disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan
pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Salmonella dikatakan
menyebar melalui 'empat F' (Flies,Finger,Feses,fomites). Demam secara khas datang dalam pola
bertahap (yaitu, naik dan turun secara bergantian) diikuti oleh sakit kepala dan sakit perut.

Jenish Bhandari, dkk. 2021


Farissa Ulfa, Oktia W.K.H . 2018
B. ETIOLOGI
Salmonella typhi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Gamma Proteobacteria
Class : Enterobateriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella enteric
Subspesies Enteric I
Serotipe : Typhi

  Salmonella Parathypi A, Salmonella Parathypi B (Schottmuelleri), Salmonella Parathypi C


(Hirscheldii) (penyebab demam paratifoid)

Penularannya dapat melalui 5 F (Food, Finger, Fomitus, Fly, Feses)

Wahyudi R., Kartin Akune., dan M. Sabir. 2019


C. EPIDEMIOLOGI
DUNIA

• WHO menyatakan penyakit demam thypoid di


dunia mencapai 11-20 juta kasus pertahun yang
mengakibatkan sekitar 128.000-161.000 kematian
setiap tahunnya
• Distribusi penyakit ini sangat berbeda disetiap
negara

Amicizia.D., et al. 2017C


INDONESIA
• Di Indonesia, demam tifoid bersifat endemis
serta banyak ditemukan di kota besar.
Insiden demam tifoid di Indonesia berkisar
350-810 per 100.000 penduduk
• Prevalensi penyakit ini di Indonesia sebesar
1,6% dan menduduki urutan ke-5 penyakit
menular yang terjadi pada semua umur di
Indonesia, yaitu sebesar 6,0% serta
menduduki urutan ke-15 dalam penyebab
kematian semua umur di Indonesia, yaitu
sebesar 1,6%

Riskesdas,2007) Khairunisa,2020
D. PATOGENESIS
E. PATOFISIOLOGI

DS Widodo. 2014
F. TANDA & GEJALA

kasim, Vivien Novarina A. 2020.


G. FAKTOR RISIKO

- Jenis Kelamin
- Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan
- Kebiasaan Jajan atau Makan di Luar Rumah
- Sumber Air Bersih

okky purnia, 2013


H. PROGNOSIS
Prognosis untuk penderita demam tifoid tergantung pada terapi segera, usia penderita,
keadaan kesehatan sebelumnya, serotip salmonella penyebab, dan munculnya
komplikasi.
• Bayi yang berusia dibawah satu tahun dan anak-anak dengan gangguan dasar yang
melemahkan berada pada resiko yang lebih tinggi. Munculnya komplikasi, seperti
perforasi saluran pencernaan atau perdarahan berat, meningitis, endokarditis, dan
pneumonia disertai dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi.
• Umumnya demam tifoid yang tidak diobati membawa tingkat kematian 10%-20%.
• Pada penyakit yang ditangani dengan baik angka kematian kurang dari 1%.
• Walaupun dengan terapi yang cukup, penderita dapat mengalami demam tifoid
rekuren sesudah terapi (angka relaps 5-20%).

Sinaga, Susiyanti. 2019.


I. TATALAKSANA
Penatalaksanaan penyakit typhoid sampai saat ini di bagimenjadi tiga bagian yaitu:

1. Istirahat dan Perawatan Tirah baring

2. Diet dan terapi penunjang

3. Pemberian Antimikroba

a). Klorampenikol, dosis : 50- b). Tiampenikol (kemungkinan anemia aplastic


100mg/KgBB/hari lebih rendah dari klorampenikol).
  Lama pengobatan : 7-14 hari. Dosis : 75 mg/kgBB/hari
Lama pengobatan : hari ke 5-6 bebas demam.

Hartanto, Darius. 2021


J. DIAGNOSIS

diagnosis klinis, diagnosis mikrobiologis, dan


diagnosa serologis
• Pemeriksaan Bakteriologis
• Pemeriksaan PCR
• Pemeriksaan serologis test cepat/ rapid test
• Pemeriksaan Widal
  • Pemeriksaan hematologi

Hendarta D. S., 2011.


K. DIAGNOSIS BANDING

A.A Made Sucipta, April 2015


DIAGNOSIS DEFERENSIAL DEFINISI Diagnosis 
 
DBD Demam Berdarah Dengue • Demam 2–7 hari yang
(DBD) adalah penyakit infeksi timbul mendadak, tinggi,
virus akut yang disebabkan terusmenerus.
oleh virus dengue yang • Adanya manifestasi
ditandai demam 2 – 7 hari perdarahan baik yang
disertai dengan manifestasi spontan seperti petekie,
perdarahan, penurunan purpura, ekimosis,
trombosit (trombositopenia), epistaksis, perdarahan gusi,
adanya hemokonsentrasi yang hematemesis. 
ditandai kebocoran plasma • Trombositopnia (Trombosit
(peningkatan hematokrit, ≤ 100.000/mm³) 
asites, efusi pleura, • Adanya kebocoran plasma .
hipoalbuminemia).

A.A Made Sucipta, April 2015


L. EDUKASI DAN
PENCEGAHAN
EDUKASI PENCEGAHAN

• Istirahat total • Vaksinasi, di Indonesia yang ada saat ini


ViCPS
• Makan makanan yang mudah
dicerna • Memelihara kebersihan diri
dan sanitasi di sekitar tempat tinggal
• Menjaga kebersihan
• Mencuci tangan
• penyaringan pengelola
pembuatan/distributor/penjualan
makanan-minuman
• apabila berkunjung ke daerah endemik,
pengunjung ke daerah ini harus minum
air yang telah melalui pendidihan,
menjauhi makanan segar (sayur/segar)

Widodo, D. 2014
2. MAHASISWA DAPAT MEMAHAMI DAN
MENJELASKAN TIPE TIPE DEMAM
3. MAHASISWA DAPAT MEMAHAMI DAN
MENJELASKAN MEKANISME DEMAM
4. MAHASISWA DAPAT MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KAITAN PENURUNAN KADAR
HB, TROMBOSIT DAN LEUKOSIT DENGAN DIAGNOSIS KERJA (DEMAM TIFOID)?
5. MAHASISWA DAPAT MENJELASKAN MENGENAI
INTERPRETASI DATA TAMBAHAN
Keadaan
Tampak sakit sedang
Umum
Kesadaran Compos Mentis Normal
Tekanan Darah  100/70 mmHg Optimal 
80x/menit, regular, isi
Frekuensi Nadi Normal
cukup
Frekuensi
20x/menit Normal
Napas
Suhu 37,8°C Febris
Berat Badan 55 kg IMT = 20,2 kg/m2
Tinggi badan 165 cm Normal
Pedoman Interpretasi Data Klinik. 2011
Pedoman Interpretasi Data Klinik. 2011
Pedoman Interpretasi Data Klinik. 2011
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
- A.A Made Sucipta, April 2015 , BAKU EMAS PEMERIKSAAN LABORATORIUM DEMAM TIFOID PADA ANAK, Jurnal Skala Husada Volume 12 Nomor 1 : 22 – 26
- Amicizia.D., et al. 2017. Overview Of The Umpact of Thypoid and Parathypoid Fever. J Prev Med JYG.
- arissa Ulfa, Oktia W.K.H . 2018. KEJADIAN DEMAM TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIYANTEN. HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH
AND DEVELOPMENT. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat : Universitas Negeri Semarang
- Hartanto, Darius. Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tifoid pada Dewasa. CDK-292/ vol. 48 no. 1 th. 2021
- Hendarta D. S., 2011. DEMAM TIFOID. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
- Ilmu Kesehatan Masyarakat : Universitas Negeri Semarang
- Jenish Bhandari; Pawan K. Thada; Elizabeth DeVos. 2021. Typhoid Fever. NCBI PUBMED
- Khairunisa.2020. Hubungan Jumlah Leukosit dan Persentase Limfosit terhadap Tingkat Demam pada Pasien Anak dengan Demam
- okky purnia, 2013. faktor risiko demam JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, No. 1
- Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid
- Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan  Republik Indonesia tahun 2011
- Sinaga, Susiyanti. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Tifoid Terhadap Kebiasaan Jajan Anak Sekolah Dasar Negeri 060873 Medan. Medan:
Universitas HKBP Nommensen.
- Sudoyo,Aru W, dkk. 2009. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III.Ed IV. : Jakarta.Interna Publishing
- Tifoid di RSUD Budhi Asih Tahun 2018 – Oktober 2019. Seminar Nasional Riset Kedokteran (SENSORIK).
- UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI. 2016. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Demam Tifoid. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
- Wahyudi R., Kartin Akune., dan M. Sabir. 2019. Thyfoid Fever With Sepsis Complication : Definition, Epidemiology, Pathogenesis, And A Case Report. Palu : Tadulako
University
- Widodo, D.. 2014. Demam Tifoid.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid I. FK UI : Jakarta
- Zulkoni, A., 2010, Parasitologi, Cetakan Pertama, Nuha Medika, Hal 42-43, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai