Anda di halaman 1dari 14

KONSEP LESI

BRONCHIAL
PLEXUS
DOSEN : NURUL AKTIFAH., S.Kep., Ns. M.S.i. Med
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

FITRIANA LAELA ZAIMUR AMELIA AFIFAH


RAHMAWATI RIFQI
202002050003 HANI
2020020550001 202002050045

NISWAH INDHAH HAJAR


ZUR’AH SALMA. LARASATI
20200205047 202002050048
S
PENGERTIAN KONSEP LESI BRONCHIAL PLEXUS
Lesi plexus brachialis adalah cedera
jaringan saraf yang berasal dari C5 Th1.

Plexus brachialis adalah persarafan yang


berjalan dari leher ke arah axial yang
dibentuk ramus ventral saraf ventral syaraf
vertebra C5-Th1.

Lesi pada plexus brachialis dapat


mempengaruhi fungsi saraf motorik dan
sensorik pada membrum superium.
ETIOLOGI

Sebagian besar traction injury akibat dislokasi terjadi pada kecelakaan lalu lintas. Biasanya
saat terjadi kecelakan, maka akan mengalami Gerakan yang secara tiba tiba atau spontan.

Gerakan yang sangat tiba – tiba tersebut juga menyebabkan cedera tarikan pada clavicula
dan struktur di bawahnya termasuk plexus brachialis dan vena subclavia.

Mekanisme cedera semacam ini menyebabkan kerusakan yang parah pada serabut saraf
bagian atas.
PENYEBAB LESI BRONCHIAL PLEXUS
Penyebab cedera pleksus brakialis juga dibedakan berdasarkan mekanisme
trauma, antara lain:

Cedera akibat traksi / traumatic traction injuries

Trauma penetrasi pada bahu atau leher


Tumor
Radiation-induced
Entrapment
Idiopatik
MANIFESTASI KLINIK
Pasien dengan cedera pleksus brakialis biasanya akan
mengeluhkan gejala berupa kelemahan motorik, gangguan
sensorik, dan bahkan autonomik pada bahu dan atau ekstremitas
atas yang terkena. Gambaran klinisnya mempunyai banyak
variasi tergantung dari letak lesi dan derajat kerusakan Bronchial
Plexus. Contohnya adalah:

01 Nyeri
02 Gangguan Sensorik dan Parestesia

03 Kelemahan dan Atrofi


PATOFISIOLOGI
Sebagian besar patologi dari lesi pleksus
brakialis pada orang dewasa adalah
karena trauma tertutup. Lesi pada
saraf dalam kasus ini disebabkan oleh
traksi (95% kasus) atau kompresi.

Pada kasus traksi, saraf dapat


mengalami ruptur, avulsi pada tingkat
medulla spinalis, atau tertarik secara
signifikan tetapi tetap intak (utuh).
Terdapat lima tingkat dimana pleksus dapat
mengalami lesi, yaitu :
01 Akar saraf

02 Trunkus

03 Divisi

04 Korda

05 Beberapa cabang saraf tepi yang di derivasi dari akar, trunkus,


divisi, dan korda.
David Chuang juga membagi 2 tipe lesi pada cedera pleksus brakialis yang dibedakan
untuk tujuan perbedaan pengobatannya :

1. Avulsi : mengacu pada saraf yang robek dari perlekatannya (disebut avulsi proksimal
jika perlekatannya terlepas dari medulla spinalis, disebut avulsi distal jika
perlekatannya terlepas dari otot)

2. Ruptur : adalah cedera saraf yang diakibatkan oleh trauma traksi yang terbelah
secara inkomplit sehingga menyebabkan bentuk akhir iregular proksimal dan distal.
KOMPLIKASI
Kontraktur yang berhubungan dengan beberapa jenis insisi kadang terjadi. Pada
beberapa pemaparan, nervus aksesoruis spinalis memiliki resiko trauma dan harus
dilindungi. Komplikasi yang lebih spesifik bernariasi dan tergantung pada tipe pasti
dari prosedur yang dilakukan.

Nyeri deaferensiasi bisa menjadi masalah yang paling sulit ditangani setelah
terjadinya didera plexus brachalis.
Syndrom nyeri terjadi setelah perbaikan pembedahan atau dengan perawatan
konserfatif. Ketika akar saraf terevulsi pada cedera perganglionik, sel-sel pada
kolumna dorsalis kehilangan suplai sarafnya.

Sinyal-sinyal spontan ini menghasilkan nyeri yang tak tertahankan pada


pasien.Pasien seringkali mengeluh perasaan terbakar pada ekstremitas dan
mendiskripsikan nyerinya sebagai nyeri remuk.
PENGKAJIAN (ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK)
1. Anamnesa
Pada anamnesis yang penting untuk ditanyakan adalah riwayat trauma
sebelumnya, kronologi kejadian / mekanisme trauma dan gejala klinis yang
dirasakan pasien, dan tanda reinervasi. Nyeri yang dirasakan pasien biasanya
pleksus brakialis secara menonjol mengenai berupa nyeri neuralgik seperti terbakar,
atau tertusuk-tusuk.

Pasien dapat memberikan gejala-gejala berupa:


a) Nyeri, khususnya leher dan bahu.
b) Nyeri saraf umumnya disebabkan adanya ruptur.Parestesia dan distesia.
c) Kelemahan atau rasa berat pada ekstremitas.
d) Menurunnya nadi, disebabkan cedera pembuluh darah yang menyertainya.
2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik untuk lesi plexus brachialis dilakukan dengan inspeksi, yaitu
melihat posisi lengan terutama saat istirahat. Avulsi pada radiks saraf dapat diketahui
dengan adanya sindroma Horner dan kelemahan pada otot-otot paraspinal. Sisi
kontralateral dan ekstremitas bawah perlu juga dinilai untuk menyingkirkan adanya
lesi di medula.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan acuan sebagai berikut :


a) Luasnya lesi (apakah lesi parsial atau komplit)
b) Level lesi (otot proksimal yang tidak terkena dampak)
c) Tingkat keparahan lesi (avulsi atau rupture)
d) Waktu perubahan klinis (apakah terdapat perbaikan klinis)
PENATALAKSANAAN UMUM
Tatalaksana pada cedera pleksus brakialis dibagi menjadi 2 bagian besar,
operatif dan non operatif. Beberapa faktor penting sebagai panduan dalam
menentukan pilihan penanganan pada lesi pleksus brakialis yaitu mekanisme
trauma, lama waktunya dari cidera dan prioritas penanganan.

1. Rehabilitasi Medik, Contohnya (TENS,Terapi Low Laser&EMS)

2. Pembedahan
3. Penanganan rehabilitasi berkaitan dengan tindakan pembedahan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai