Anda di halaman 1dari 40

Vitamin

Zarkasyi, S.Si, Apt


Vitamin dan mineral merupakan zat yang dapat
menjaga keseimbangan (homeostasis) proses-
proses biologis atau metabolisme dalam tubuh.
Oleh karena itu, dalam jumlah yang sangat sedikit
vitamin dan mineral diperlukan oleh tubuh
manusia
Kata vitamin berasal dari kata vital yang artinya
hidup dan amin yang berarti senyawa yang
memiliki gugus nitrogen (N). dari berbagai hasil
penelitian, diketahui bahwa tidak semua vitamin
mengandung unsur N. jadi kata vitamin sudah
tidak sesuai lagi dengan kondisi sebenarnya,tetapi
sampai saat ini masih tetap dipakai.
Vitamin merupakan senyawa organik sebagai
pelengkap makanan,yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
Aktif secara fisiologik
Diperlukan tubuh untuk memperlancar
metabolisme
Dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit oleh
tubuh(mikronutrien), tetapi fungsinya tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain
Tidak disintesis atau disintesis dalam jumlah yang
sangat sedikit di dalam tubuh manusia sehingga
harus didatangkan dari luar tubuh.
Pada orang dewasa yang sehat, jarang terjadi defisiensi
vitamin karena jumlah vitamin yang dibutuhkan tubuh
sangat sedikit dan dapat dipenuhi dengan konsunsi
makanan yang cukup dan seimbang. Dengan demikian,
pemberian vitamin hanya dibutuhkan jika terjadi
keseimbangan negatif vitamin akibat :
 Pasokan vitamin tidak mencukupi (pada makanan tidak
mencukupi atau makanan yang hanya sejenis saja)
 Peningkatan kebutuhan vitamin (misalnya pada bayi,
selama hamil dan menyusui)
 Kurangnya absorpsi vitamin (misalnya jika ada faktor
intinsik yang terganggu dan akibat pengobatan
antibiotik spektrum luas yang merusak flora usus)
Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibagi
menjadi 2 kelompok,yaitu :
◦ Vitamin larut lemak : Vitamin A, D, E, K
Vitamin larut lemak diabsorpsi
tubuh bersamaan dengan lemak.
◦ Vitamin larut air : Vitamin B dan C
Vitamin larut air
Vitamin B1 ( Tiamin, Aneurin)
Tiamin dikenal sebagai vitamin B1 atau
sebelumnya aneurin, tiamin dibutuhkan
terutama untuk metabolisme karbohidrat,
meskipun tiamin berberan juga dalam
metabolisme lemak dan alcohol.
Aksi farmakologi
Tiamin tidak mempunyai aksi
farmakodinamik saat diberikan dalam dosis
terapeutik biasa bahkan dalam dosis besar
tidak menghasilkan efek yang dapat dilihat.
 
Fungsi fisiologi
Tiamin berfungsi dalam metabolisme
karbohidrat sebagai koenzim dalam
dekarboksilasi asam -keto seperti piruvat
dan -ketoglutarat.
Defisiensi tiamin menyebabkan
Neuritis alkoholik, beriberi, subakut
necrotizing encephalomyelopathy,
penyakit kardiovaskular, gangguan
percernaan, nueuritis kehamilan, dan
anemia megaloblastik.
Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin atau vitamin B dikenal pertama
2
kali pada tahun 1879 sebagai suatu zat
berwarna kuning yang terdapat dalam susu,
dan dinamakan laktokrom. Warna kuningnya
yang pekat disebabkan oleh sistem cincin
isoalksasin yang kompleks. Ternyata zat yang
sama juga ditemukan dalam daging, keju, hati,
ragi, telur,padi-padian, polong-polongan, dan
berbagai sayuran, dan selanjutnya dikenal
sebagai flavin. Nama riboflavin diberikan
karena adanya ribose dalam rumus kimianya
 Peran fisiologik Vitamin B2 adalah:
 FMN dan FAD, yang merupakan bentuk aktif riboflavin secara fisiologi,
berperan penting dalam metabolisme sebagai koenzim dalam berbagai
respirasi flavoprotein.
 Enzim pembawa hidrogen berenergi tinggi pada proses transpor elektron
transmisi rangsang cahaya ke saraf mata.
 Sebagai koenzim pembawa hydrogen dalam proses oksidatif mitokondria
di dalam sel.
 Riboflavin dibutuhkan untuk mengaktivasi vitamin B6 (piridoksin),
membantu membentuk niasin dan membantu adrenal gland, serta
membantu mengabsorpsi besi dan vitamin B6.
 Digunakan dalam pembentukan sel darah merah, produksi antribodi,
respirasi sel, dan pertumbuhan.
 Menjaga nafsu makan.
 Memelihara jaringan di sekitar mulut dan membran mucus dari jalur
digestive.
 Menjaga kesehatan rambut, kuku, dan kulit.
Vitamin B3­­ (Asam Nikotinat atau
Niacin)
Asam nikotinat dan nikotinamida identik
dalam fungsinya sebagai vitamin. Asam
nikotinat dikonversi secara tidak langsung
menjadi nikotinamida yang dihasilkan
hanya dari metabolisme NAD
(nikotinamida adenin nukleotida).
Penggunaan Terapeutik
Asam nikotinat, nikotinamida, dan
turunannya digunakan untuk profilaksis dan
pengobatan pellagra. Pada keadaan akut,
terapi harus intensif. Dosis yang dianjurkan
adalah 50 mg diberikan 10 kali sehari. Jika
tidak dimungkinkan untuk pemberian oral,
injeksi intravena 25 mg diberikan dua kali
atau leih sehari. Pellagra bisa menjadi lebih
parah dengan adanya defisiensi thiamin dan
periferal neuritis
Vitamin B5 ( Asam Pantotenat )
Asam pentotenat dikenal sejak tahun 1933
sebagai suatu zat yang essensial untuk
pertumbuhan ragi. Selanjutnya diteliti
bahwa suatu dermatitis akibat defisiensi
suatu factor pada makanan ternak ternyata
dapat disembuhkan dengan ekstrak hati.
Ternyata zat antidermatitis tersebut adalah
asam pentotenat.
Fungsi
Dalam tubuh asam pentotenat membentuk
koenzim A yang sangat penting dalam
metabolisme karena bertindak sebagai
katalisator pada reaksi-reaksi transferasi
gugus asetil.

Dampak kekurangan
Kelelahan, sakit kepala, muntah, mual,
kram otot, kehilangan kendali tubuh, dan
sindrom “ burning foot”.
 Vitamin B6 (Pyridoxin)
Vitamin B6 adalah nama yang diberikan pada derivat dari 3-
hidroksi-2-metilpiridin yang aktif secara biologi, dan tiga
bentuk natural yang terjadi, pyridoksal, pyridoksin dan
pyridoxamin dan 5'- posfat yang seluruhnya tidak dapat
ditukar.
Piridoksin dan piridoksiamin merupakan bentuk umum yang
ditemukan pada produk hewan, dan pyrodiksal dalam produk
tumbuhan/tanaman, dan seluruh produk telah ditunjukkan
dalam keaktifan yang sama pada tikus (besar).
Piridoksin penting untuk metabolisme protein dan untuk
pembentukan hemoglobin (pigmen dalam darah yang
membawa oksigen mengelilingi tubuh). Apabila pyridoksin
tidak ada dalam makanan juga akan menimbulkan anemia.
Bentuk aktif vitamin B6 adalah piridoksal fosfat yang selalu
terdapat dalam bentuk amino piridoksamin fosfat.
Fungsi fisiologis
 Pyridoksal fosfat sebagai koenzim terlibat dalam beberapa
proses metabolisme perubahan asam amino yang meliputi
dekarboksilasi, transaminase, dan raseminasi.
 Vitamin B juga terlibat dalam metabolisme triptofan, reaksi
6
dimana terjadi perubahan triptofan menjadi 5 –
hidroksitriptamin.
 Pada kasus kekurangan vitamin B pada manusia dan hewan,
6
sejumlah metabolit triptofan diekskresikan secara tidak normal
dalam jumlah yang besar. Dalam pengukuran metabolit
urinari, biasanya asam xanthurenic bersama triptofan
digunakan untuk memeriksa status vitamin B6.
 Proses perubahan metionin menjadi sistein juga tergantung
pada vitamin. Vitamin B6 berperan juga dalam pertumbuhan
sel - sel darah merah, sel kulit ,urat saraf, dan metabolisme
lemak
Vitamin B11 (Asam folat)
Fungsi
 Mencegah anemia megaloblastik dan makrositik
 Perawatan tropical sprue
 Berperan dalam pembentukan asam nukleat (RNA dan
DNA)
 Mencegah kerusakan pada neuron
 Berperan dalam pembersihan homosistein dari dalam darah.
Konsentrasi homosistein yang tinggi berpengaruh dalam
peningkatan resiko serangan jantung dan stroke,
mempercepat proses osteoporosis
Dampak kekurangan
Pembelahan sel yang tidak normal,;
anemia; diare ; gangguan gastrointestinal;
radang pada lidah; pertumbuhan pada usia
remaja terhambat.

Dampak kelebihan
Sawan pada penderita epilepsi. Dapat
menutupi pernicious anemia.
Vitamin B12
 Vitamin B merupakan bagian dari kumpulan vitamin B
12
kompleks. Keunikan vitamin ini adalah hanya diproduksi
oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, kapang, dan alga
serta kebanyakan hanya dapat ditemukan pada hewan, tidak
pada tumbuhan.
 Seperti kebanyakan vitamin lainnya, B terdapat dalam
12
berbagai bentuk dan nama, antara lain : kobrinamid,
kobinamid, kobamid, kobalamin, hidroksokobalamin,
aquokobalamin, nitrotokobalamin, dan sianokobalamin.
Setiap nama mengandung unsur kobalt karena kobalt adalah
mineral yang terdapat pada pusat dari struktur kimia vitamin
ini. Keunikan lainnya adalah untuk dapat diabsorpsi oleh
tubuh, diperlukan faktor intrinsik, sebuah protein yang dibuat
di lambung.
Fungsi
◦ Pembentukan eritrosit
◦ Untuk sintesis DNA yang akan memberikan informasi
pada pembentukan eritrosit matang.
◦ Perkembangan sel saraf
◦ Pembentukan selaput myelin dipengaruhi oleh
keberadaan vitamin B12. Meskipun peranan vitamin B12
tidak langsung, tetapi telah terbukti pemberian
suplemen vitamin B12 efektif dalam meredakan gejala
dan rasa sakit pada berbagai penyakit yang
berhubungan dengan saraf.
◦ Pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein
◦ Untuk pemanfaatan protein dalam tubuh dengan
sempurna diperlukan vitamin B12
Vitamin C ( Asam Askorbat )
 Vitamin C merupakan antioksidan utama dan pemusnah
radikal bebas. Radikal bebas merupakan atom atau molekul
tidak lengkap yang dihasilkan secara alami melalui
metabolisme alam, detoksifikasi, dan proses sistem immun.
Komponen yang tidak stabil ini akan menyerang molekul
disekitarnya sehingga menjadi suatu komponen yang komplit.
Antioksidan seperti vitamin C merupakan penunjang sistem
pertahanan alami tubuh dalam melawan radikal bebas.
Antioksidan merupakan molekul yang dapat menetralkan
substansi berbahaya, membantu meningkatkan kesehatan sel.
Vitamin C (asam askorbat disebut juga Ester-C) adalah
nutrisi penting yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Vitamin C ini dapat mencegah terjadinya defisiensi nutrisi
dan dapat diaplikasikan dalam pengobatan dan pencegahan
dari berbagai kondisi.
Kelebihan
 Vitamin C dengan dosis lebih dari 1 g/hari dapat
menyebabkan diare. Hal ini terjadi karena efek iritasi
langsung pada mukosa usus yang mengakibatkan peningkatan
peristaltik. Efek iritasi juga dapat menyebabkan uretritis
nonspesifik terutama pada uretra distal. Dosis besar tersebut
juga meningkatkan bahaya terbentuknya batu ginjal, karena
sebagian vitamin C dimetabolisme dan diekskresi sebagai
oksalat. Penggunaan kronik ketergantungan, dimana
penurunan mendadak kadar vitamin C dapat menimbulkan
rebound scurvy. Hal ini dapat dihindari dengan mengurangi
asupan vitamin C secara bertahap. Vitamin C mega dosis
parenteral dapat menyebabkan oksalosis yang meluas, aritmia
jantung, dan kerusakan ginjal berat.
Kekurangan
 Gejala awal hipovitaminnosis C adalah malaise, mudah
tersinggung, gangguan emosi, artralgia, hiperkeratosis folikel
rambut, perdarahan hidung dan patoke. Skorbut terlihat bila kadar
vitamin C pada leukosit dan trombosit < 2mg/dl dan ini terjadi
setelah mendapat diet yang tidak mengandung vitamin C selama 3-
5 bulan. Orang tua, alkoholisme, penderita penyakit menahun
sangat peka terhadap timbulnya skorbut. Gangguan terlihat pada
sebagian besar jaringan terutama yang berasal dari mesodermal
seperti kolagen, tulang yang sedang tumbuh dan pembuluh darah.
Pada tulang yang sedang tumbuh dapat terjadi gangguan
pertumbuhan, pembengkakan pada ujung tulang panjang akibat
perdarahan subperiosteum serta osteoporosis pada orang dewasa.
Gigi geligi mengalami resorpsi dan atrofi dentin serta terjadi gigi
mudah lepas. Gusi melunak, mudah berdarah dan membengkak
hingga menutupi bagian gigi.
Vitamin yang larut lemak
Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang larut
dalam lemak, agak stabil pada suhu yang
tinggi, tidak dapat diekstraksi oleh air dan
dapat hancur oleh pengaruh oksidasi.
Vitamin A dapat berasal dari berbagai
sumber, diantaranya:
◦ Bahan makanan Hewani (retinol)
 Contoh: hati, lemak hewan, telur, susu, mentega,
dan keju.
◦ Bahan makanan nabati/tumbuh-tumbuhan
(karoten/provitamin A)
 Contoh: leafy vegetable, bayam, kangkung, wortel,
pepaya, ubi merah, minyak kelapa sawit, dan lain -
lain.
 FUNGSI (PERAN FISOLOGIK VITAMIN A)
◦ Penting untuk pertumbuhan epitel ( fungsi pertumbuhan)
◦ Melindungi mukosa dari keratinisasi (fungsi pelindung
epitel)
◦ Meningkatkan daya tahan mukosa terhadap infeksi dengan
menutup epitel (fungsi anti infeksi).
◦ Penting untuk mata, kulit dan berperan penting pada sistem
kekebalan tubuh. Juga berperan dalam membantu
memelihara rambut, tulang dan gigi.
◦ Berperan dalam proses reproduksi
◦ Merupakan komponen rhodopsin untuk proses melihat
Dalam proses penglihatan gelap, dimana retinal dan opsin
secara bersama-sama akan diubah menjadi rhodopsin.
Gejala Defisiensi
 Defisiensi vitamin A terlihat mula-mula dengan gangguan
adaptasi terang – gelap dan buta ayam. Jika defisiensi ini
tidak dihilangkan, akan terjadi gejala lebih lanjut, yaitu :
 Menurunnya pertahanan tubuh terhadap infeksi
 Terjadi kekeruhan dan tukak pada kornea (keratitis), kelopak
mata melekat, infeksi mata (keratomalasia)
 Pengeringan dan keratinisasi mukosa yang disertai hilangnya
kemampuan mencium, akhilia, diare, dll.
 Pengeringan kulit, keriput dan pembentukan sisik
(hiperkeratosis)
 Penurunan pertumbuhan rambut pada anak-anak
 Phrynoderma = folikularis
 Penebalan, pengeringan dan keratinisasi konjungtiva
mata (xerophtalmia), atau disebut juga dengan buta
senja. Xerophtalmia ini terbagi ke dalam beberapa
jenis/kelas, yaitu:
◦ X1a = Xerosis Conjunctiva
◦ X1b = Bercak Bitot + Xerosis Conjunctiva
◦ X2 = Xerosis Kornea
◦ X3a = Ulcerasi + Xerosis Kornea
◦ X3b = Keratomalacia
◦ Xn = Night Blind
◦ Xf­ = Xerophtalmia fundus
◦ X5 = Cornela Scar
◦ X8 = Bitot’s Spot
Gejala Overdosis
Dosis berlebih vitamin A dapat terjadi dalam bentuk :
 Kelebihan dosis akut : terjadi pada orang yang hanya makan
hati beruang es dan hati anjing laut. Gejalanya yaitu nausea,
muntah, sakit kepala dan tanda-tanda naiknya tekanan otak.
 Kelebihan dosis kronis (pada dosis toksik sangat tinggi) :
terutama pada bayi dan anak-anak, gejalanya adalah bengkak
pada periosteum, penyakit kulit, gangguan komponen darah,
anoreksia, dll.
 Over dosis vitamin A juga dapat menyebabkan pandangan
kurang jelas, kelelahan, diare, nyeri pada persendian dan
tulang, kulit kering dan pecah-pecah, rambut rontok, muntah-
muntah, kerusakan hati, siklus bulanan yang tidak lancar.
VITAMIN D (KALSIFEROL)
 Vitamin D berperan dalam metabolisme kalsium. Dengan
adanya vitamin D dalam jumlah yang cukup, absorpsi
kalsium dari makanan akan efektif dan aktivitas PTH akan
optimal. Meskipun dinamakan vitamin, sebenarnya vitamin D
adalah hormon yang bersama dengan PTH berfungsi sebagai
regulator konsentrasi Ca2+ dalam plasma. Karakteristik
vitamin D sama dengan karakteristik hormone pada
umumnya, yaitu vitamin D disintesis di bawah kulit dan pada
kondisi ideal tidak didapatkan dari makanan, ditransport oleh
darah ke seluruh tubuh yang diaktivasi oleh regulasi enzim,
bentuk aktifnya berikatan dengan reseptor di jaringan target.
Belakangan diketahui reseptor spesifik untuk bentuk aktif
vitamin D terdapat di banyak sel di seluruh tubuh, termasuk
sel hematopoietik, limposit, sel epidermal, islet pancreas,
otot, dan syaraf. Reseptor-reseptor ini memediasi berbagai
aksi yang tidak berhubungan dengan homeostasis Ca2+.
Vitamin D dikelompokan menjadi 2 jenis
yaitu
◦ kolekalsiferol (D3­)
Kolekalsiferol (vitamin D3), vitamin D
fisiologik, terbentuk dalam kulit dari
pemecahan 7-dehidrokolesterol dengan cahaya
matahari
◦ ergokalsiferol (D2).
FUNGSI
Vitamin D dan produk hidroksilasinya membantu
absorpsi ion kalsium dari usus, meningkatkan
reabsorsi ion kalsium dalam ginjal, dan dengan
demikian meninggikan kadar kalsium dalam
darah. Parathormon bekerja sinergis. Selain itu,
vitamin D berfungsi regulator positif dalam
menjaga homeostasis kalsium. Mekanisme
vitamin D dalam menjaga konsentrasi kalsium
plasma adalah dengan memfasilitasi absorpsi di
usus halus, berinteraksi dengan PTH untuk
mencegah kehilangan kalsium tulang, dan
meningkatkan ekskresi melalui ginjal.
VITAMIN E
 Vitamin E atau tokoferol adalah berbagai turunan
kroman, yang pada posisi 2 mengandung rantai
samping dengan 16 atom C. Antara vitamin E yang
satu dengan yang lain hanya berbeda jumlah dan
letak gugus metil pada cincin benzene. Vitamin E
dapat dianggap produk kondensasi hidrokuinon
termetilasi dengan fitol. Yang mempunyai kerja
paling kuat yaitu a-tokoferol. Vitamin E (alfa-
tokoferol) adalah suatu antioksidan yang melindungi
sel-sel tubuh terhadap kerusakan oleh senyawa
kimia reaktif yang dikenal sebagai radikal bebas.
Vitamin E dikelompokan menjadi :
- a-tokoferol
- β-tokoferol
- g-tokoferol
 FUNGSI
Fungsi biokimia vitamin E belum jelas. Yang pasti
adalah bahwa vitamin E bekerja pada metabolisme
antara pada proses oksidasi-reduksi dan sebagai
penangkap radikal, menghambat pembentukan
peroksida oleh asam lemak tinggi tak jenuh pada lipid
membrane serta menghambat oksidasi zat tubuh
lainnya. . Vitamin ini dapat meningkatkan suplai
oksigen ke otot dengan meningkatkan sirkulasi dan
meningkatkan kemampuan gerak otot.  Vitamin E ini
menstabilkan membran dan melindunginya dari
radikal bebas. Contoh makanan  yang mengandung
vitamin E : kecambah, bunga matahari,kacang-
kacangan, asparagus, pisang , mentega,strawberi.
VITAMIN K

Vitamin K adalah vitamin larut air yang berperan


penting dalam reaksi dan sintesis protein ,
termasuk setidaknya 3 faktor pembekuan. Sistem
limfatik berperan utama mentransport vitamin K
ke hati. Vitamin K jarang disimpan dalam
jaringan. Dimetabolisme di hati dan secara cepat
dieliminasi.
Vitamin K fisiologi adalah menakuinon (vitamin
K2). Ini dapat diganti dengan fitomenadion
(vitamin K1) yang terdapat dalam tanaman.
PENGELOMPOKKAN
Vitamin K1
(fitomenadion/fitonadion/filokuinon/fhytylme
naquinon/2-metil-3-phytyil-1,4-
naphthoquinon)
Memiliki substituen alifatik panjang pada
posisi 3. Terdapat pada sayuran berdaun
hijau. Dapat juga diproduksi secara sintetik
untuk tujuan terapeutik. Diserap di saluran
intestinal dengan keberadaan garam empedu.
Vitamin K2 (prenilmenaquinon-7)
Memiliki rantai alifatik lebih panjang.
Terdapat pada ikan, secara komersial
jarang digunakan untuk penggunaan
medicinal
Vitamin K3 (menadion/2-metil-1,4-
naphthoquinon/menaquinon)
Dibuat secara sintetik, diserap secara
langsung.
Vitamin K4 (menadiol/2-metil-1,4-
naphthalendiol)
Hasil reduksi (hidrokuinon) menadion.
Terdapat dalam bentuk garam
bis(dihidrogen fosfat) tetrasodium. Dibuat
secara sintetik untuk tujuan terapeutik,
diserap secara langsung.
Vitamin K penting untuk sintesis protrombin dalam hati dan factor
pembekuan lainnya (antihemoragi) :
 Vitamin K hanya dapat meninggikan kandungan protrombin darah
apabila hati masih mampu mensintesis zat ini. Jika hati rusak parah,
misalnya pada sirosis hati atau atrofi hati, preparat vitamin K tidak
bermanfaat.
 Ion kalsium dan vitamin K mempengaruhi hampir seluruh aspek
dalam proses pembekuan darah. Sejumlah vitamin K yang cukup
dibutuhkan bagi hati untuk memproduksi 4 faktor pembekuan,
termasuk protrombin (factor II) dan factor VII, IX, dan X. Pada
pasien penyakit parah yang ditangani dengan sefalosporin yang
mengandung rantai samping N-metiltiotetrazol tampak adanya
gangguan pembekuan darah, yang terutama disebabkan oleh
gangguan metabolisme vitamin K dan ini dapat dicegah dengan
pemberian vitamin K sebagai profilaktik.
 Juga digunakan sebagai antidot pada dosis berlebih antikoagulansia,

Anda mungkin juga menyukai