Anda di halaman 1dari 26

Askep chronic

kidney disease
Outline :
01 Definisi 05 Patofisiologi

02 Klasifikasi 06 Penatalaksanaan

Pemeriksaan Penunjang
03 Etiologi 07
/Diagnostik

04 Manifestasi Klinis 08 komplikasi

09 Asuhan Keperawatan
01
Definisi
CKD diidentifikasi dengan adanya kerusakan ginjal, baik
struktural maupun fungsional, atau dengan penurunan laju
filtrasi glomerulus (GFR) di bawah 60 mL/menit/1,73 m2
luas permukaan tubuh selama lebih dari 3 bulan.

(Becherucci.F, Roperto R.M., M, 2016)


02 Klasifikasi
1. Stadium 1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
peningkatan LFG (≥90 mL/menit/1,73 m²).
2. Stadium 2 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG
ringan (60-89 mL/menit/1,73 m²).
3. Stadium 3 Kerusakan ginjal dengan dengan penurunan
LFG sedang (30-59 mL/menit/1,73 m²).
4. Stadium 4 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG
berat (15-29 mL/menit/1,73 m²).
5. Stadium 5 Gagal ginjal (LFG <15 mL/menit/1,73 m²).

(Ervina,L 2015)
03 Etiologi

< 5 tahun > 5 tahun


kelainan anatomis (Hipoplasia, penyakit glomerulus

Displadia, obstruksi, (Glumerolusnefritis, sindrom

malformasi) hemolitik uremic ) atau


gangguan herediter (sindrom
alport (gangguan ginjal),
penyakit kistik)

(Desi Dwi, 2014)


04 Manifestasi Klinis
Ngompol

sering didapatkan muntah-muntah Tidak ada nafsu makan

Gagal tumbuh Tampak pucat karena anemia

Urin berwarna merah Kelelahan (letargis)

Kecepatan pertambahan tinggi badan yang Teraba benjolan dalam rongga perut
lambat dan pubertas yang terlambat atau dalam kandung kemih

(Dedi, R 2016)
05 Patofisiologi
06 Penatalaksanaan
1. Pengobatan konservatif

Pada umumnya pengobatan konservatif masih mungkin dilakukan bila klirens protein
>10 ml/menit/1,73 m2. Tujuannya adalah memanfaatkan faal ginjal yang masih
ada,menghilangkan berbagai faktor pemberat dan bila mungkin memperlambat
progresivitas gagal ginjal.
a. Diet
• Mencukupi semua nutrient esensial yang adekuat termasuk vitamin
• Mencukupi kalori yang adekuat dalam bentuk karbohidrat dan lemak
• Mencukupi protein berkualitas tinggi untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen positif dan mendorong kecepatan pertumbuhan.
• Mengurangi terjadinya akumulasi nitrogen sampai seminimal mungkin untuk
menghindari akibat Mengurangi beban asam yang harus diekskresikan oleh
ginjal
• Menghindari masukan elektrolit yang berlebihan
b. Hipertensi
Langkah pertama untuk mengendalikan hipertensi adalah tindakan non-farmakologis,yaitu
diet rendah garam,menurunkan berat badan,dan berolah raga.bila dengan cara ini tidak
berhasil baru memulai tindakan farmakologis.ex:diuretika,beta bloker adrenergik,agonis
adregernik alfa
c. Asidosis
Pasien CKD sering mengalami asidosis kronis yang menyebabkan kerusakan tulang dan
gagal tumbuh.NaHCO3 dapat digunakan dengan aman disesuaikan dengan beratnya
asidosis.
d. Anemia
Pengobatan anemia dilakukan sesuai penyebabnya.bila ditemukan defisiensi zat besi
diberikan zat besi oral.bila terjadi defisiensi asam folat diberikan asam folat
e. Gangguan pertumbuhan
Dapat dihabat dengan mencegah terjadinya asidosis,osteodistrofi dan konsultasi gizi.
2. Penggobatan pengganti

1. Tindakan dialisis
Indikasi dialisis pada bayi,anak,dan remaja sangat bervariasi dan tergantung dari status klinis
pasien.Tindakan dialisis baik peritoneal maupun hemodialisis harus dilakukan sebelum
LFG<1,73.Indikasi absolut untuk tindakan awal dialisis kronik pada anak dengan gagal ginjal :
• Hipertensi tidak terkendali,hipertensiselopati
• Gagal jantung bendungan :kardiomipati
• Perikarditis tamponade
• Neuropati perifer :parestesis.disfungsi motorik
• Osteodistrofi ginjal :klasifikasi tersebar,deformitas tulang
• Depresi sumsum tulang :anemia berat,leukopenia

2. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan pilihan ideal untuk pengobatan gagal ginjal tahap akhir.indikasi
tranplantasi ginjal adalah pasien gagal ginjal tahap akhir dengam gagal tumbuh berat atau mengalami
kemunduran klinis setelah mendapat pengobatan yang optimal
 
07 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1).urin, untuk mengukur berat jenis urine dan mendeteksi komponen urine yang abnormal.

2.).Darah
a. Kadar ureum dalam darah (BUN) : meningkat dari normal.
b. Kreatinin : meningkat sampai 10 mg/dl (Normal : 0,5-1,5 mg/dl).
c. Hitung darah lengkap
-. Ht : menurun akibat anemia
-. Hb : biasanya kurang dari 7-8 g/dl

3) Ultrasono Ginjal : menetukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista,obstrus i pada
saluran kemih bagian atas.

4) Pielogram retrograde : menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

5) Endoskopi ginjal : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria d


anpengangkatan tumor selektif

6) biopsi ginjal : menggunakan sampel jaringan, untuk mengidentifikasi proses penyakit

(Haryono, 2013).
08 Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada pasien PGK mencakup aspek-aspek yang dipengaruhi oleh
fungsi ginjal:
1. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan adalah komplikasi umum dan mungkin yang paling terlihat dari CKD
pada anak-anak. Derajat gangguan pertumbuhan meningkat seiring dengan penurunan GFR.
Pada anak dengan CKD, faktor risiko yang berkontribusi terhadap gangguan pertumbuhan
meliputi: malnutrisi, asidosis metabolik, gangguan mineral dan tulang, anemia, dan kelainan cairan
dan elektrolit.

2. Gangguan mineral dan tulang


Gangguan mineral dan tulang (CKD-MBD) adalah gangguan sistemik metabolisme mineral dan
tulang akibat CKD yang didefinisikan oleh adanya satu atau kombinasi dari temuan berikut:
kelainan kalsium, fosfor, hormon paratiroid ( PTH) atau metabolisme vitamin D; kelainan pada
histologi tulang, pertumbuhan linier, atau kekuatan; kalsifikasi vaskular atau jaringan lunak lainnya.
(Becherucci.F, Roperto R.M., M, 2016)
(LANJUTAN)
Komplikasi yang sering muncul pada pasien PGK mencakup aspek-aspek yang dipengaruhi oleh
fungsi ginjal:

3.Anemia
Selain dalam fungsi sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi
eritroprotri yang mengalami difisiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.

4.Hipertensi
hipertensi dapat muncul dari tahap awal penyakit dan prevalensinya meningkat seiring dengan
penurunan GFR secara progresif.

5.Komplikasi kardiovaskular dan kematian.


Ginjal sebagai control sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik berupa hipertensi, kelainan
lipid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).

(Becherucci.F, Roperto R.M., M, 2016)


09 Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian awal

1) Lakukan pengkajian fisik rutin dengan perhatian khusus pada pengukuran parameter
pertumbuhan.
2) Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai disfungsi ginjal, perilaku makan,
frekuensi infeksi, tingkat energi.
3) Observasi adanya bukti-bukti manifestasi gagal ginjal kronik.
b. Pengkajian terus menerus

1) Dapatkan riwayat untuk gejala-gejala baru atau peningkatan gejala.


2) Lakukan pengkajian fisik dengan sering, dengan perhatian khusus pada tekanan darah, tanda
edema, atau disfungsi neurologis
3) Kaji respons psikologis pada penyakit dan terapinya.
4) Bantu pada prosedur diagnostik dan pengujian (urinalisis, hitung darah lengkap, kimia darah,
biopsi ginjal).
c. Biodata 70 % kasus GGA terjadi pada bayi di bawah 1 tahun pada minggu pertama kahidupannya.
d. Riwayat penyakit sekarang Urine klien kurang dari biasanya kemudian wajah klien bengkak dan klien
muntah.
e. Riwayat penyakit dahulu
f. Activity Daily Life
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum: BB meningkat, TD dapat normal, meningkat atau berkurang
tergantung penyebab primer gagal ginjal

2) Pemeriksaan Fisik:
a) Keadaan Umum: malaise, debil, letargi, tremor, mengantuk, koma.
b) Kepala: Edema periorbital
c) Dada: Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas tambahan.
d) Abdomen: Terdapat distensi abdomen karena asites.
e) Kulit: Pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan
kasar, leukonikia, warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik.
f) Mulut: Lidah kering dan berselaput, fetor uremia, ulserasi dan perdarahan pada mulut
g) Mata: Mata merah.
h) Kardiovaskuler: Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, pericarditis, pitting edema,
edema periorbital, pembesaran vena jugularis, friction rub perikardial.
i) Respiratori: Hiperventilasi, asidosis, edema paru, efusi pleura, krekels, napas dangkal,
kussmaul, sputum kental dan liat.
j) Gastrointestinal: Anoreksia, nausea, gastritis, konstipasi/ diare, vomitus, perdarahan saluran
pencernaan.
k) Muskuloskeletal: Kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang, foot drop,
hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D, gout.
l) Genitourinari: amenore, atropi testis, penurunan libido, impotensi, infertilitas, nokturia,
poliuri, oliguri, haus, proteinuria,
m) Neurologi: Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
n) Hematologi: Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami perdarahan.

(Wong, 2004)
Diagnosa Keperawatan :

1. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan


asupan cairan.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya
asupan makanan.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan.
No Diagnosa SLKI SIKI
Intervensi
1. Hipervolemia Manajemen Hipervolemia
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan
kelebihan asupan cairan keperawatan diharapkan Observasi :
keseimbangan cairan pasien 1) Periksa tanda dan gejala hypervolemia

meningkat). Kriteria Hasil : (Mis.edema, dyspnea, suara napas


tambahan).
1) Haluaran urin meningkat 2) 2) Identifikasi penyebab hypervolemia.
2) Kelembapan membrane mukosa
3) Monitor status hemodinamik (Mis. Frekuensi
meningkat
3) Asupan makanan meningkat jantung, tekanan darah).
4) Edema menurun 4) Monitor intake dan output cairan
5) Asites / penumpukan cairan
dirongga perut menurun 5) Monitor tanda hemokonsentrasi (Mis. Blood
6) Konfusi / penurunan berfikir Urea Nitrogen, kadar natrium, berat jenis urin)
sehingga bingung disorientasi
menurun 6) Monitor tanda peningkatan onkotik plasma
7) Tekanan darah membaik (mis.kadar protein dan albumin meningkat )
8) Denyut nadi radial membaik
7) Monitor kecepatan infus secara ketat
9) Tekanan arteri rata – rata membaik
10) Berat badan membaik 8) Monitor efek samping diuretik (mis. hipotensi
ortorstatik, hipovolemia, hypokalemia,
hiponatremia).
No Diagnosa SIKI SLKI
Teurapeutik :
1) Timbang BB setiap hari pada waktu yang
sama
2) Batasi asupan cairan dan garam

Edukasi :
3) Anjurkan melapor jika haluaran urin ,0,5
ml/kg/jam dalam 6 jam
4) Anjurkan melapor jika BB bertambah >1kg
dalam sehari

Kolaborasi :
5) Kolaborasi pemberian diuretik
6) Kolaborasi penggantian kalium akibat
diuretik
7) Kolaborasi pemberian continuous renal
replecement therapy (CRRT),Jika perlu
No Diagnosa SLKI SIKI
2. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi
Observasi :
dengan kurangnya asupan diharapkan status nutrisi pasien meningkat
1) Identifikasi status nutrisi (apakah ada
makanan Kriteria hasil :
penurunan BB > 10% serta IMT
1) Porsi makanan yang di habiskan
meningkat dibawah normal)
2) Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan 2) Identifikasi intoleransi/ alergi makanan
nutrisi meningkat 3) Identifikasi makanan yang disukai
7) Berat badan membaik 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
8) Indeks massa tubuh membaik nutrisi
9) Frekuensi makan membaik 5) Identifikasi perlunya penggunaan selang
10) Nafsu makan membaik
nasogastrik
11) Bising usus membaik
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
No Diagnosa SIKI SLKI
Teurapeutik :
1) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
2) Sajikan makanan yang menarik dan suhu
yang sesuai
3) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
4) berikan suplemen makan jika perlu

Edukasi :
Anjurkan posisi duduk bila mampu

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis.antimetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan,jika perlu
NO Diagnosa SLKI SIKI
3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
Observasi :
berhubungan dengan keperawatan diharapkan integritas kulit
1) Identifikasi penyebab gangguan
perubahan sirkulasi. dan jaringan meningkat . integritas kulit (Mis.perubahan sirkulasi)
Kriteria hasil :
1) Perfusi jaringan meningkat Teurapeutik :
2) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2) Kerusakan lapisan menurun
3) Oleskan agen topical pada kulit yang
3) Nyeri menurun gatal
4) Kemerahan menurun
5) Pigmentasi abnormal menurun Edukasi :
4) Anjurkan minum air yang cukup
5) Ajarkan diet yang diprogramkan (diet
rendah protein,garam,dan batasi
minum)

Kolaborasi
6) Kolaborasi pemberian obat topical
No Diagnosa SLKI SIKI
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Manajemen Energi :
Observasi :
berhubungan dengan toleransi aktivitas meningkat.
1)Identifiksi gangguan fungsi tubuh yang
kelemahan. Kriteria hasil :
mengakibatkan kelelehan (mis. Penurunan O2)
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Saturasi oksigen meningkat 2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – (observasi kemampuan pasien melakukan
hari meningkat aktivitas dan respon pasien dalam mengdahapi
4) Kecepatan berjalan meningkat penyakitnya)
5) Jarak berjalan meningkat 3) Monitor pola tidur dan jam tidur ( apakah < 8
6) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat jam/harinya)
7) Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
4) Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama
8) Keluhan lelah menurun
melakukan aktivitas
9) Dispnea saat aktivitas menurun
10) Dyspnea setelah aktivitas menurun
Teurapeutik :
11) Perasaan lemah menurun
12) Aritmia saat aktivitas menurun 1)Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
13) Sianosis menurun stimulus (Mis. Cahaya, suara, kunjungan)
14) Warna kulit membaik 2)Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
15) Tekanan darah membaik ( pasif : untuk pasien yang belum bisa mandiri,
16) Frekuensi napas membaik aktif : perawat hanya membimbing)
No Diagnosa SLKI SIKI
Edukasi:
1) Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
2) Anjurkan aktivitas secara bertahap

Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi diet yang tepat
untuk pasien
Referensi :
1. Becherucci.F, Roperto R.M., M. (2016). CKJ Review: Chronic kidney disesase in children. Clinical Kidney
Journal. Vol 9. no 4. 583-591
2. Ervina L,DKK,Tatalaksana penyakit ginjal kronik pada anak, MKS, Th. 47, No. 2, April 2015
3. Desy dkk (2014) Keperawatan Anak. Konsep Medis dan Askep pada Klien dengan Gagal Ginjal
Kronis.,Surabaya
4. Dedi, R. (2016). Artikel Mengenal Penyakit Ginjal Kronis Pada Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Diupload pada
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-penyakit-ginjal-kronis-pada-anak
5. Nurarif AH, Hardhi K. 2013 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic -
Noc. Medication Publishing..
6. UKK Nefrologi IDAI. Kompendium Nefrologi Anak. Jakarta: BP FKUI;2011
7. Haryono Rudi ( 2013 ) Keperawatan Medikal Bedah ( sistem Perkemihan ) Edisi1,Yogyakarta. Rapha
Publishing
8. Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume
1.Jakarta :EGC.
9. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai