Anda di halaman 1dari 33

1.

Gaya Pasang Surut


 
Yang dimaksud dengan gaya pasang
surut adalah perbedaan gaya pada
sebuah titik di permukaan planet
dengan gaya yang bekerja pada titik
pusat planet.
Gaya Pasut Bulan terhadap Bumi di A
 
B
A
 
D
A' C A

Gb 1 Gaya gravitasi oleh Bulan pada titik A,B,C dan


A', mengarah ke pusat Bulan. Selisih gaya terhadap
titik C adalah sama pada A dan A'. Asumsi Bumi bola
sempurna mengakibatkan pada titik B, gaya yang
sejajar terhadap garis hubung Bumi-Bulan CD, akan
saling meniadakan

F  FA  FC
Aplikasikan hukum Newton pada titik A dan titik C

B
A

D
A' C A

 1  1
F  GMm 2
 GMm 2
 (r  R)  r 
Dijabarkan kita peroleh;
B
A

D
A' C A

  R 
 2rR 1  
  2r  
F  GMm 2 
 r 4 1  R  

  r  

Karena r >> R maka pada titik A;
B
A

D
A' C A

2GMm
F  3
R
r
2.Gaya pasut di titik A’ adalah;
B
A

D
A' C A

 1  1  r 2  (r  R)2 
F  FA'  FC  GMm 2
 GMm 2   GMm 2 2 
 (r  R)  r   r (r  R) 
  R 
 2rR 1  
2 r 2GMm
F  GMm  
2  F R
3
 r 4 1  R   r
  r  
3. Gaya pasut di titik B
B
A

D
A' C A

1
FB  GMm 2 
d 
 1  r 
FB //  FBCos  GMm 2   
 d  d
R 
FB   FBSin  GMm 3 
r 
• Komponen gaya sejajar di B saling meniadakan dengan gaya
gravitasi Bulan di titik C Karena Fb// = FC

B
A

D
A' C A

R 
FB  GMm 3 
r 
Gaya pasang surut di ekuator dua kali lebih besar
dibanding dengan di daerah kutub. Gaya pasang surut
di tempat lain akan mengikuti pertaksamaan FB< F <
FA
Bumi, bola yang diselubungi air
1. Pasang Purnama dan Pasang Purbani

Arah Matahari

(a) (b) (c)

Pasang Purnama (vive eau, spring tides) dan Pasang Purbani (morte eau, neap tide) Gaya pasang
surut akan maksimum bila resultante gaya gravitasi Bumi, Bulan dan Matahari terletak pada suatu
garis lurus. Keadaan ini berlangsung pada saat bulan purnama atau bulan baru. Naiknya permukaan air
laut pada saat ini disebut "pasang purnama". Gaya pasang surut akan minimum apabila gaya gravitasi
Bulan dan Matahari saling meniadakan, ini terjadi pada saat Bulan-Bumi-Matahari membentuk sudut
900 Posisi ini disebut Bulan kuartir, terjadi pada saat Bulan berumur sekitar 7 hari dan 21 hari.
Naiknya permukaan air laut merupakan tinggi yang minimum. Peristiwa ini disebut "pasang purbani"
2. Harbor Time

Arah Matahari

(a) (b) (c)

Pasang-surut(pasut) disuatu tempat tidak hanya bergantung pada posisi Bulan dan Matahari saja, tetapi dipengaruhi juga oleh keadaan
geografi, gesekan pada dasar laut, kedalaman, relief dasar laut dan viskositas air di lokasi tersebut. Semua faktor ini dapat mempercepat
atau memperlambat datangnya air pasang. Perbedaan waktu antara datangnya pasang naik dengan waktu yang dihitung disebut "harbor-
time". Sebagai contoh, tanggal 3 April 1950 di Brest, Perancis setelah bulan purnama amplitudo air pasang mencapai 7 meter (vive eau,
spring tides, pasang purnama), 7 hari kemudian 10 April 1950 setelah quartier terakhir. Amplitudo gelombang air pasang mencapai 2,5
meter (morte eau, neap tide, pasang purbani). Peristiwa terjadinya pasut tidak selalu cocok jika hanya posisi Bulan yang diperhitungkan.
Pasut berlangsung lebih lambat, di Brest terlambat 3 sampai 4 jam setelah Bulan lewat. Untuk pelabuhan Hamburg di Jerman selang
waktu ini berkisar antara 5 sampai 6 jam. Selain itu pasang purnama juga tidak berlangsung tepat pada saat syzyg (bulan baru atau bulan
purnama) pasut berlangsung 1,5 hari lebih lambat
Harbor Time
3.Rotasi Bumi menjadi lebih lambat

Arah Matahari

(a) (b) (c)

Perubahan posisi Bulan dan Matahari akan menyebabkan terjadinya gesekan air laut yang
mengalir dengan dasar laut, hal ini akan memperlambat rotasi Bumi, akibatnya panjang
hari di Bumi akan bertambah sekitar 0,0016 detik/abad. Perhitungan ini didukung oleh
fakta peristiwa gerhana yang pernah dicatat oleh orang-orang Babilonia dulu, ternyata
perhitungan mundur berdasarkan komputasi astronomi modern, selalu tidak cocok dengan
catatan tersebut
Pergeseran Kutub Bumi
2. Stabilitas Gaya Pasang Surut

• M,R-Massa dan radius • Orbit mi terhadap M


planet pengganggu
• mi,r -massa dan radius
titik massa, keduanya
dianggap sama dan
homogen
• d-radius orbit pusat
massa mi terhadap M
Gaya gravitasi dari M

• Untuk massa m1 • Orbit mi terhadap M

 m1 
F1  GM 2

 (d  r) 

• Untuk massa
 m2m2 
F2  GM 2

 (d  r) 
Gaya pasang surut dari M

• Fd = F1 –F2 • Orbit mi terhadap M


 m1 m1 
Fd  GM 2
 
 (d  r) (d  r)2 

• Asumsi massa
m1= m2 = m
4r


Fd  GMm 2

 3 r 2
 d (1  2 ) 
 d 
Asumsi Gaya Pasang Surut dari M

• Karena d>> r • Orbit mi terhadap M

4GMm
Fd  3
r
d

• Gaya gravitasi
terhadap m1 dan m2
Gm1m2
Fg 
(2r)2
Syarat partikel dalam kesetimbangan

• Karena Fd = Fg • Orbit mi terhadap M

4GMm Gm1m2
3
r 
d (2r)2

 1 dan 2 rapat massa


m1 dan m2
3
R   1 
M    m
 r   2 
Limit Roche

• Karena Fd = Fg dan • Orbit mi terhadap M


• dengan mengambil R
sebagai satuan
diperoleh
1
 1 3
d  2,5 
 2 
Kesimpulan 1

• Bila Fd < Fg maka m1 • Orbit mi terhadap M


dan m2 tidak akan
terpisah
1
 1 3
d  2,5 
 2 
Kesimpulan 2

• Bila Fd > Fg maka m1 dan • Orbit mi terhadap M


m2 akan terpisah
1
 1 3
d  2,5 
 2 

• Tidak ada satelit alamiah


yang mengorbit dalam
radius  2,5 kali radius
planet
Bentuk Umum Limit Roche
1/3
 p 
r  f  Rp
 
 c 
Kondisi berlakunya persamaan diatas; massa homogen,
hydrostatic fluid, synchronously co-rotating dalam hal ini,
p – density planet
Rp – jari2 planet
r – radius planet
c – density object sekunder
f – konstanta regresi bergantung pada macam model yang
dipilih
 
 

• Tidak ada satelit alamiah yang mengorbit dalam


radius  2,5 kali radius planet
Tabel 1. Konstanta f untuk berbagai model

No Mode Rotation State f


1 Hydrostatic Synchronous 2,46
fluid rotating
2 Synchronous 2,88
rotating
3 Non rotating 2,52

4 Synchronous 1,42
rotating
Lanjutan Tabel 1
No Mode Rotation State f
5 Non rotating 1,26

6 Boss et Non rotating 1,31-


al(1991) 1,47
7 Sridher & Non rotating 1,69
Tremaine(199
2)
8 Zigna(1978) Synchronous 1,4
rotating
Syarat dan definisi
Syarat: Fg + Fps + Fs = 0
dengan
Fg – percepatan gravitasi
Fps – percepatan pasang surut
Fs – percepatan sentrifugal
a- radius ekuator benda,-frekuensi spin, 0-frekuensi
orbit permukaan
p – rapat massa planet(Matahari)
c – rapat massa kritis
r - jarak terdekat
a/b – rasio sumbu elipsoida
a). Untuk bola berotasi “Rubber-Pile”
3
2  Rp ( percepatan pasang
Fps  2 0 p   a

 r  surut)

Fg   02  C a ( percepatan gravitasi)

2 ( percepatan sentrifugal)
Fs   a
3
2 2  Rp

  0 Ca  2 0 p   a   2a  0
r 
 
• Diperoleh
3 2
 Rp    
C  2 p 
 r

  
 

   0 

• Dalam hal synchronous rotating body


3 2
 Rp    
p 
 r

  



   0 
b)Limit Roche untuk elipsoida berotasi
“Rubber-Pile” , disrupsi terjadi bila
dipenuhi

  Rp 
3
 
2
  a
C  2 p  
     
  b

  r   0   
Untuk P/Shoemaker-Levy 9 disrupsi terjadi
pada
r  1,3 Rp

 2
 3 ,3   a 
h
C  1,22     
 P 
 rot    b 
 

Merupakan limit atas terjadinya disrupsi, sedangkan


untuk non rotating sphere diperoleh
c  1,2 tetapi untuk a/b = 2
c  2,4 untuk non rotating body
P/Shoemaker-Levy 9
Transfer massa, pasangan binary
 Lyrae
Daftar Bacaan
• Boss, A.F., Cameron,A.G.W., ansd Benz.; 1991, "Tidal Disruption Of Inviscid
Planetesimals", Icarus,92,165-178

• Chaisson,E and McMillan,S.; 1993 Astronomy Today, Prentice Hall,New Jersey

• Danby,J.M.A.; 1988 Fundamentals of Celestial Mechanics, Willmann- Bell,Inc,


Richmond, Virginia

• Flammarion,G.C et Danjon,A.; 1955 Astronomie Populaire, Flammarion, Paris

• Harris,A.W.; 1996 Earth, Moon and Planets,72,112-117

• Sridhar,S., and Tremaine,S.; 1992," Tidal Disruption of Viscous Bodies",


Icarus,95,86-99

• Ziglina,I.N.; 1978, " Tidal Disruption of Bodies", Icarus,95,86-99

Anda mungkin juga menyukai