Anda di halaman 1dari 20

NEGARA

HUKUM DAN
HAM
Disusun Oleh:
Aqila Fathia Zahra 2113453003
Laura Wirantika Arwana 2113453010
Widiya Wati 2113453017
Citra Dwi Adelia 2113453030
Hana Nabila 2113453037
Lia Asmak 2113453043
Eplin Sampurna Jaya 2113453033
PEMBAHASAN

1 2

Makna indonesia Hubungan


sebagai negara dan negara hukum
prinsip prinsipnya dengan HAM
DEFINISI NEGARA HUKUM
Negara Hukum adalah negara yang penyelengaraan kekuasaan pemerintahanya di dasarkan atas
hukum. Di dalamnya pemerintah dan lembaga lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apa
pun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam
Negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum dan
bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. Negara yang menganut gagasan ini
dinamakan contitutional state atau rechsstaa. Oleh karna itu, konstitusi dan Negara hukum
merupakan dua lembaga yang tak terpisahkan
Pengertian mengenai negara hukum juga dikemukan oleh Aristoteles, seorang ahli pikir dari Yunani
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan negara hukum adalah negara yang berdiri di atas
hukum yang menjamin keadilan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara. Soediman
Kartohadiprodjo berpendapat sama dengan apa yang dikemukakan oleh Aristoteles yang
mengartikan negara hukum sebagai negara di mana nasib dan kemerdekaan orang-orang di
dalamnya dijamin sebaik-baiknya oleh hukum.
Adapun pengertian-pengertian yang telah disebutkan para ahli di atas dapat diambil intinya yaitu
menitik beratkan pada urgensi negara untuk menegakkan hukum. Dalam konteks ini
menegakkan hukum baik dalam lalu lintas perorangan maupun tindak tanduk pemerintah
terhadap warga negaranya yang harus berlandaskan hukum demi mewujudkan keadilan.
Negara hukum (rechtsstaat) memiliki ciri-ciri antara lain:
 Adanya Undang-Undang Dasar atau konstitusi
yang memuat ketentuan tertulis tentang
hubungan antara penguasa dan rakyat.
 Adanya pembagian kekuasaan Negara.
 Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan
rakyat.
MAKNA INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

Indonesia sebagai negara hukum adalah segala aspek kehidupan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia harus didasarkan pada hukum dan segala produk perundang-undangan serta turunannya yang
berlaku di wilayah NKRI. Indonesia, negara hukum didasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang merupakan
pandangan hidup bangsa dan sumber dari segala sumber hukum. Bukti yuridis atas keberadaan negara
hukum Indonesia dalam arti material harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum
dinamis, atau negara kesejahteraan (welfare state), yang membawa implikasi bagi para penyelenggara
negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif dilandasi ide-ide
kreatif dan inovatif. Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum
nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif
o Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum
seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat
o Adaptif, artinya mampu menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang.
o Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini
menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya mencairkan kebekuan-
kebekuan dogmatika.
Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia
adalah Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya
dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem
Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut :
1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia berdasar atas Hukum
(Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).
2) Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas).
Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat dilihat pada Pembukaan UUD
1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Pasal
33 dan 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara dan
kesejahteraan rakyat.Hukum di Indonesia harus dilandasi dengan semangat menegakkan nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan sebagaimana yang terkandung dalam Pancasila.
Prinsip-prinsip Negara Hukum Indonesia dalam UUD NRI Tahun 1945

● Adanya Penegakan Hukum Melalui Pengujian Peraturan Perundangundangan


Bentuk pengujian terbagi dua, yaitu:
1) pengujian formal (formale toetstingrecht), dan
2) pengujian material (materiale toetstingrecht).
Pengujian formal berkaitan dengan apakah sudah tepat suatu lembaga negara berwenang membentuk peraturan
perundang-undangan,
sedangkan, pengujian material berkaitan dengan apakah materi (isi) suatu peraturan perundang-undangan yang
kedudukannya lebih
rendah bertentangan atau tidak dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya. Di Negara
Republik Indonesia
sendiri di mana UUD NRI Tahun 1945 memberikan kewenangan pengujian peraturan perundang-undangan kepada Lembaga
Yudikatif,
baik Mahkamah Agung maupun Mahkamah Konstitusi. Ditegaskan dalam Pasal 24A ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi
bahwa
Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang
terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undangBegitu pula, dalam UU No.
Adanya Perlindungan Terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)

Negara memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia
(HAM).
UUD NRI Tahun 1945 Setelah Perubahan mengatur lebih kompleks tentang substansi perlindungan
HAM
meliputi:
1. Pasal 27 berbunyi sebagai berikut:
• Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
• Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
• Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara
2. Pasal 28A berbunyi bahwa Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya
3. Pasal 28B berbunyi sebagai berikut:
• Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah
Adanya Pemisahan Kekuasaan Melalui Sistem Check and Balance

Menurut John Locke (1960:190-192), berdasarkan sejarah perkembangan ketatanegaraan, gagasan


pemisahan kekuasaan secara horizontal pertama kali dikemukakan oleh John Locke dalam bukunya “Two
Treaties of Civil Government”, John Locke membagi kekuasaan dalam sebuah negara menjadi tiga cabang
kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif (legislatif power), kekuasaan eksekutif (executive power), dan
kekuasaan federatif (federative power). Dari ketiga cabang kekuasaan itu:
 legislatif adalah kekuasaan membentuk undangundang,
 eksekutif adalah kekuasaan melaksanakan undang-undang, dan
 federatif adalah kekuasaan untuk melakukan hubungan internasional dengan negara-negara lain.
Di Negara Republik Indonesia berdasarkan UUD NRI Tahun 1945, maka cabangcabang kekuasaan negara
meliputi:
a. Lembaga Legislatif yang terdiri dari: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
b. Lembaga Eksekutif yang terdiri dari: Presiden, Wakil Presiden, Kementerian-kementerian Negara,
Pemerintah Daerah (Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah).
c. Lembaga Yudikatif yang terdiri dari: Mahkamah Agung (MA) beserta badan-badan peradilan yang berada
dibawahnya seperti: Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer,
serta sebuah Mahkamah Konstitusi (MK).
Adanya Pembatasan Kekuasaan Dalam Negara

Salah satu prinsip Negara Hukum Eropa Kontinental (rechtsstaat) yang dikemukakan oleh Friedrich Julius Stahl pada abad ke-19, yaitu adanya pemisahan
atau pembagian kekuasaan untuk menjamin Hak-Hak Asasi Manusia. Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern pada
umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen kesepakatan (consensus), yaitu:
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general acceptance of the same philosophy of government).
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the basis of government).
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi dan prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and procedures).
Tanpa ada konsensus semacam itu, konstitusi tidak akan berguna, karena ia akan sekadar berfungsi sebagai kertas dokumen yang mati, hanya bernilai
semantik dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Kesepakatan ketiga adalah berkenaan dengan
(a) bangunan organ negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaannya,
(b) hubungan-hubungan antar organ negara itu satu sama lain, serta
(c) hubungan antar organ negara itu dengan warga negara.
 Dengan adanya kesepakatan itu, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama berkenaan
dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara berkonstitusi (constitutional
state).
Adanya Persamaan Dihadapan Hukum dan Pemerintahan
(equality before the law)

Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui secara normatif dan

dilaksanakan

secara empirik. Di Negara Republik Indonesia, prinsip persamaan dalam hukum dan pemerintahan dijamin pada

beberapa dalam

UUD NRI Tahun 1945 meliputi:

 Pasal 27 ayat (1) berbunyi bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya

 Pasal 28D ayat (1) berbunyi bahwa Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Ayat (3) berbunyi bahwa Setiap warga negara

berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan


Adanya Peradilan Administrasi

Karakteristik negara hukum rechtsstaat adanya peradilan administrasi untuk menyelesaikan


perselisihan sebagaimana yang dikemukakan pertama kali oleh Friedrich Julius Stahl pada abad ke-
19. Adanya suatu peradilan administrasi untuk mengontrol perilaku sewenang-wenang yang
dilakukan oleh negara.Peradilan administrasi dipandang sebagai peradilan khusus, dalam arti
peradilan yang hanya diberi kewenangan menyelesaikan sengketa yang muncul di bidang
administrasi dan kepegawaian atau sengketa yang terjadi antara pejabat administrasi dengan
seseorang atau badan hukum perdata sebagai akibat dikeluarkannya atau tidak dikeluarkannya
keputusan. Di Negara Indonesia, keberadaan Peradilan Administrasi sering dikenal dengan sebutan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Menurut SF. Marbun (1988:17), bahwa tujuan pembentukan
PTUN adalah untuk memberikan perlindungan terhadap semua warga negara yang merasa haknya
dirugikan, sekalipun hal itu dilakukan oleh alat negara sendiri.
DEFINISI HAK ASASI MANUSIA (HUMAN RIGHT)

hak asasi manusia (disingkat HAM) adalah hak hak dasar dasar yang dimiliki setiap manusia, yang melekat sejak
lahir sebagai anugerah tuhan yang maha esa. jadi, hak asasi manusia tidak bersumber dari negara atau hukum,
tetapi dari tuhan sebagai pencipta alam semesta sehingga hak asasi manusia harus di penuhi dan tidak dapat di
abaikan HAM menurut KBBI: mengartikan pengertian HAM sebagai hak yang dilindungi oleh PBB, yang termasuk
di dalamnya adalah hak untuk merdeka, hak untuk memiliki pendapat, termasuk juga hak untuk mengeluarkannya,
serta hak untuk hidup Di dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 dinyatakan bahwa, hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara hukum,
pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia Secara harfiah,
Hak Asasi Manusia adalah hak pokok atau hak dasar yang dibawa oleh manusia sejak lahir yang secara kodrat
melekat pada setiap manusia dan tidak dapat di ganggu gugat karena merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Esa, atau dapat dikatakan HAM merupakan penghargaan terhadap derajat dan martabat manusia yang merupakan
pengakuan yang nyata bahwa manusia adalah manusia
MACAM-MACAM HAK ASASI MANUSIA

1. Hak Asasi Pribadi (Pesonal Rights), adalah hak yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan
memeluk agama, kebebasan bergerak, kebebasan untuk aktif setiap organisasi atau perkumpulan dan
sebagainya.
2. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights), adalah hak untuk memiliki. membeli. damn menjual, serta
memanfaatkan sesuatu.
3. Hak Asasi Politik (Politic Rights), adalah hak ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih maksudnya hak untuk
dipilih.
4. Hak Asasi Hukum (Rights of Legal Equality), adalah hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan.
5. Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights), adalah hak yang menyangkut dalam masyarakat
yakni untuk memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
6. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights), adalah hak untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan, misalnya peraturan dalam halpenahanan, penangkapan, dan penggeledahan

1.  
CIRI POKOK HAKIKAT HAM

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri
pokok hakikat HAM yaitu:
o HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
o  HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
o HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM
HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN HAM
Konsep negara hukum yang dianut dalam Undang-Undang Dasar RepublikIndonesia Tahun 1945 adalah negara hukum
yang aktif dan dinamis. Model negarahukum seperti ini menjadikan sebagai pihak yang aktif berorientasi pada
pemenuhandan perwujudan kesejahteraan rakyat sesuai dengan prinsip welvaarstaat . Sebagai negara hukum, segala
tindakan penyelenggara negara dan warganegara harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Hukum dalam hal
ini adalahhierarki tatanan norma yang berpuncak pada konstitusi, yaitu Undang-Undang DasarNegara Republik
Indonesia Tahun 1945. HAM dan Negara Hukum mempunyai kaitan yang amat erat, tanpa kita sadari HAM dan negara
hukum adalah dua sisi mata uang yang berbeda, keduanya memang berbeda namun keberadaannya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, Indonesia sebagai Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak AsasiManusia, Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa:
hak asasi manusia adalah seperangkathak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
YangMaha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dandilindungi oleh negara hukum,
pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan sertaperlindungan harkat dan martabat manusia. Prinsip pengakuan
dan perlindunganterhadap hak-hak asasi manusia, merupakan bagian dari prinsip perlindungan hukum.
Negara hukum Indonesia memiliki ciri-ciri khas Indonesia. Salah satu ciri pokok dalam
negara hukum pancasila adanya jaminan terhadap kebebasan beragama sebagai pengakuan
terhadapa HAM. Tetapi kebebasan yang dimaksud merupakan kebebasan dalam arti positif,
yang mana tidak ada tempat bagi ateisme ataupropaganda anti agama di bumi Indonesia.
Pada intinya Hubungan Hukum dan Ham ini sangat berkaitan karena segala perilaku
kehidupan manusia disuatu negara selalu berdasarkan kepada hukum tersebut.Semua hak itu
diatur oleh hukum dengan pembuktian bahwa hukum mengatur segala hal sebagai contoh
pembuktiannya adalah uu dan instrumen peradilan HAM, Hukum mengatur dari yang
terkecil hingga hal terkompleks. Hukum melindungi ham. Hukum tanpa Ham tidak ada
gunanya dan Ham tanpa hukum sia-sia.
Kesimpulan

Indonesia adalah negara hukum termuat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945. Meskipun dalam penjelasan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 digunakan istilah rechtsstaat, namun yang dianut oleh negara Indonesia bukanlah konsep
rechtsstaat maupun rule of law. Alasannya. Konsep negara hukum sebenarnya bukanlah konsep yang
lahir dari kebudayaan Indonesia melainkan dari dunia barat. Sebagai negara yang berlandaskan pancasila
konsep negara hukum Indonesia merupakan konsep negara hukum pancasila. Berbicara mengenai
perlindungan HAM dalam konsep negara hukum, baik rechtsstaat, rule of law maupun negara hukum
pancasila sama sama mengakui adanya jaminan dan perlindungan terhadap HAM. Dalam konteks negara
hukum HAM telah termuat di dalam pancasila. Dalam sila pertama misalnya. Ketuhanan Yang Maha Esa,
dalam sila ini pada prinsipnya telah menegaskan adanya kebebasan bagi setiap warga negara untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, namun
tetap dalam arti yang positif.
TERIMAKASIH!

Anda mungkin juga menyukai