Anda di halaman 1dari 25

TRANSPARANSI

PEMBENTUKAN PRODUK
HUKUM DAERAH

ZAINAL ABIDIN PETIR, SH, MH

SEMARANG, 20 FEBRUARI 2019


Zainal Abidin Petir, S. Pd, SH, MH.
Komisioner KIP Jateng 2014 – 2022

biodata H : JL. Pergiwati I No 19 Bulu Lor Semarang Utara


O : Jl. Tri Lomba Juang No. 18 Semarang
ORGANISASI

1. Ketua LSM PETIR (Penyambung Titipan


P : 024 – 8411093/081325555002 Rakyat Semarang)
2. Pengurus PWI Jawa Tengah Seksi
Pembelaan Wartawan (2015-2020)
PEKERJAAN 3. Wakil Ketua GPK (Gerakan Pemuda
1. Loper Koran Lintang Agency Kakbah) Jawa Tengah
4. Majelis Pemuda Indonesia KNPI Jawa
Semarang Tengah 2014 –sampai sekarang
2. Guru Bahasa Inggris SMP Ibu 5. Wakil Sekretaris KNPI Jawa Tengah
Kartini Semarang 2009-2014
6. Penasehat Pedagang kaki Lima (PKL)
3. Bartender ON -ON Pub Kokrosono dan Pasar Burung
4. Wartawan Mimbar Demokrasi Semarang
5. Staf HRD Wawasan 7. Ketua FKSB ( Forum Komunikasi
PENDIDIKAN 6. Staf HRD Suara Merdeka 8.
Semarang Bersatu) 2009-2014
Dewan Penasehat FKSB ( Forum
FORMAL 7. Staf R & D Suara Merdeka Komunikasi Semarang Bersatu) 2014-
2017
Group
9. Takmir Masjid At –Taqwin, Nurul
8. Staf Harian Suara karya Huda, dan Nurul Ikhlas Semarang
1. SD Negeri Jakarta 2000 10. Pengurus Study Qiroatil Quran Masjid
Baiturrahman (2008- Sekarang
Sidomukti 9. Anggota Panwas Pemilihan
11. Ketua Bid. Hukum dan Advokasi PPJP
Kebumen Walikota Semarang Pemilu Semarang
2005 12. MUI Jawa Tengah Komisi hukum dan
2. MT s Negeri perundang-undangan 2016-2021
10. Ketua PPK Semarang Utara
Gombong 2003-2005
13. Pengurus LHKP PW Muhammadiyah
Jateng
3. MAN Kebumen 11. Komisi Penyiaran Indonesia 14. Wakil Ketua APSI (Asosiasi Pedagang
4. IAIN Walisongo Daerah (KPID) Jateng 2007- Seluruh Indonesia) Jateng
15. Dewan Komite Sekolah MTS 1, MTS 2
(Semester V) 2014 dan SMKN 10 Semarang
Landasan Filosofis Keterbukaan Informasi publik

 Hak memeroleh informasi merupakan Hak Asasi Manusia dan dijamin konstitusi (Pasal 28F UUD
1945).
 Mengoptimalkan pengawasan publik terhadap terwujudkan penyelenggaraan negara yang
transparan dan tata pemerintahan yang baik (good governance).
 Mendukung penyelenggaraan negara yang demokratis berdasarkan transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas.
 Memotivasi badan publik untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat sebaik-baiknya dan
bebas dari KKN.
 Mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat sehingga meningkatkan
mobilitas masyarakat untuk memeroleh informasi dengan mudah dan cepat
Asas keterbukaan informasi
 Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi
Publik
 Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.
 Setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh setiap Pemohon Informasi Publik dengan cepat
dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana.

Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang-Undang, kepatutan,
dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila
suatu Informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan saksama
bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada
membukanya atau sebaliknya.
Kewajiban badan publik Ps 7 uu KIP
1. Badan publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau
menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah
kewenangannya kepada pemohon Informasi Publik
meliputi: informasi yang wajib disediakan secara berkala,
informasi yang wajib disediakan setiap saat dan informasi
serta merta
2. Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang
akurat, benar, dan tidak menyesatkan;
3. Badan Publik harus membangun dan mengembangkan
sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola
informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat
diakses dengan mudah.
UU 23 TAHUN 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Pasal 354:
pengaturan hak warga untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan
Pemerintah daerah, adanya jaminan terselenggaranya pelayanan publik dan
inovasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah

Tujuan UU 14 tahun 2008


tentang Keterbukaan Informasi Publik:
 menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan
publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan suatu keputusan publik;
 mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan
Bentuk partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada mencakup:
 penyusunan Perda dan kebijakan Daerah yang mengatur dan membebani
masyarakat;
 perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemonitoran, dan pengevaluasian
pembangunan Daerah;
 pengelolaan aset dan/atau sumber daya alam Daerah;
 penyelenggaraan pelayanan publik.

Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada dilakukan dalam bentuk:


a. konsultasi publik;
b. musyawarah;
c. kemitraan;
d. penyampaian aspirasi;
e. pengawasan; dan/atau
f. keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal 166 Permendagri 80 TAHUN 2015

 Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis


dalam
pembentukan Perda, Perkada, PB KDH dan/atau Peraturan DPRD.
melalui:
a. rapat dengar pendapat umum;
b. kunjungan kerja;
c. sosialisasi; dan/atau
d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.
 Masyarakat sebagaimana dimaksud merupakan orang perseorangan atau
kelompok orang yang dapat berperan serta aktif memberikan masukan atas
substansi rancangan perda, perkada, PB KDH dan/atau peraturan DPRD.
 Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan
dan/atau tertulis sebagaimana setiap Rancangan Perda, Perkada, PB KDH
dan/Peraturan DPRD harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Penyusunan Produk Hukum Daerah

Dasar:
1. UU NOMOR 23 TAHUN 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
2. UU NOMOR 12 TH 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
3. PERPRES NOMOR 87 TAHUN 2014 Tentang Pelaksanaan Uu Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan
4. PERMENDAGRI No. 80 Tahun 2015 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
Produk Hukum
Ps 1 angka 19 Permendagri 80 tahun 2015

Produk hukum daerah adalah produk hukum berbentuk peraturan


meliputi perda atau nama lainnya, perkada, Peraturan bersama Kepala
daerah (PB KDH), peraturan DPRD dan berbentuk keputusan meliputi
keputusan kepala daerah, keputusan DPRD, keputusan pimpinan
DPRD dan keputusan badan kehormatan DPRD
T
TERTIB
E REGULASI DALAM PENYUSUNAN PERDA
R
T P M
EI EA
RB RT
S
T M E
A
IK ELR
Telah di
autentifikasi
BE N I dan diundangkan
dalam Lembaran
W D 2 Daerah, Tambahan
KE A M
3 Lembaran Daerah
Dan berita Daerah
EN G U
7
WA R A
EN IUT
NG U A
A 8 N
N 0 2
G /3
Landasan Pembuatan Peraturan Perundang-undangan
Unsur filosofis
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup,
kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia
yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

Unsur sosiologis
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
berbagai aspek

Unsur yuridis
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau
mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang
akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat
Tertib Subtansi
 Materi muatan tidak bertentangan dengan Peraturan Per-UU-an yang lebih
tinggi,
 Materi muatan tidak bertentangan dengan kepentingan umum,
– terganggunya akses terhadap pelayanan publik
– terganggunya ketentraman dan ketertiban umum
– terganggunya kegiatan ekonomi utk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
– diskriminasi thd suku, agama, kepercayaan, ras, antar-golongan dan gender
– terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat
 Materi muatan menyelesaikan masalah/menjawab kebutuhan

Lex Specialis derogate leg Generalis


Lex Super derogate leg Inverior
Lex Posteriori derogate leg Prior
Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang
bersifat umum terhadap hierarki peraturan yang setingkat apabila
perbedaan baik tujuan, maksud maupun maknanya
(Lex Spe derogate leg Generalis).
Contoh : UU No. 13 Tahun 2012 ttg Keistimewaan DIY dengan UU
Pemerintah daerah

Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yg lebih


rendah tingkatannya (Lex Super derogate leg Inverior).
Contoh : PERDA tidak boleh bertentangan dengan UU

Peraturan yang baru mengesampingkan peraturan yang lama


terhadap hierarki peraturan yang setingkat apabila terdapat
perbedaan baik tujuan, maksud maupun maknanya (Lex Posteriori
k d

Asas Pembentukan Peraturan Per-UU-an


e
b
a
p
a a
A nA t
s s
a
ga
s ss d
a i
M
aF l
a o
t nr a
e km k
r ei s
i l
i
a a
l d n
i a
l k
a a
n n Ps 5 UU 12 /2011
K k
TAHAP PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM
Prolegda
Prolegda adalah instrumen perencanaan program pembentukan
Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.

Penyusunanya berdasarkan:
 perintah Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi;
 rencana pembangunan daerah
 penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
 aspirasi masyarakat daerah

Ps 35 UU 12/2011
Kategori Informasi yang Terbuka
informasi tentang peraturan, keputusan, dan/atau kebijakan yang mengikat dan
/atau berdampak bagi publik yang dikeluarkan oleh Badan Publik yang
sekurang-kurangnya terdiri atas:
1. daftar rancangan dan tahap pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
keputusan, dan/atau Kebijakan yang sedang dalam proses pembuatan
2. daftar Peraturan Perundang-undangan, Keputusan, dan/atau Kebijakan yang
telah disahkan atau ditetapkan;

Ps 9 UU KIP Jo Ps 11 ayat (1) huruf f Perki 1 /2010


Kategori Informasi yang wajib disediakan secara berkala setiap 6 bln sekali
melalui situs resmi (website) papan pengumuman badan publik.
Kategori Informasi yang Terbuka
Pasal 13 Perki 1/2010
informasi tentang peraturan, keputusan dan/atau atau kebijakan Badan Publik
yang sekurang-kurangnya terdiri atas:
• dokumen pendukung seperti naskah akademis, kajian atau pertimbangan yang
mendasari terbitnya peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut
• masukan-masukan dari berbagai pihak atas peraturan, keputusan atau kebijakan
tersebut
• risalah rapat dari proses pembentukan peraturan, keputusan atau kebijakan
tersebut
• rancangan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut
• tahap perumusan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut
• peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang telah diterbitkan;
Sanksi pidana
Pasal 238 UU 23 /2014

Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan


penegakan/pelaksanaan Perda seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar
sesuai dengan
Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda selain
sebagaimana dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Selain sanksi sebagaimana dimaksud diatas, Perda dapat memuat ancaman


sanksi yang bersifat mengembalikan pada keadaan semula dan sanksi
administratif.
Sanksi administratif
berupa:
 teguran lisan;
 teguran tertulis;
 penghentian sementara kegiatan;
 penghentian tetap kegiatan;
 pencabutan sementara izin;
 pencabutan tetap izin;
 denda administratif; dan/atau
 sanksi administratif lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan
Pasal 347 UU Pemda:
Pemerintah Daerah wajib mengumumkan informasi
pelayanan publik kepada masyarakat melalui media dan
tempat yang dapat diakses oleh masyarakat luas.

Inovasi penyelenggaraan Pelayanan Publik

Sistem Informasi Pengawasan Produk Hukum Daerah

(SIP-Prokumda)
Sanksi pidana UU KIP

1. Pasal 51
 Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan informasi
secara melawan hukum dipidana 1 tahun penjara dan/atau
denda maksimal 5 juta;

2. Pasal 52
 Badan Publik yang dengan sengaja tidak menyediakan informasi
yang harus diumumkan berkala, tersedia setiap saat, dan serta
merta yang mengakibatkan kerugian orang lain dipidana 1 tahun
kurungan dan/atau denda maksimal 5 juta;
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai