Anda di halaman 1dari 16

Interaksi obat herbal-

obat konvensional
Pendahuluan

• Kenapa penting mempelajari potensi intaraksi obat herbal-obat


konvensional --Adanya potensi interaksi antara komponen yang
terdapat dalam obat herbal karena pada dasarnya obat herbal
merupakan campuran yang komplek
• Kurangnya penelitian yang membuktikan adanya interaksi antara
obat herbal-obat konvensional
Pola penggunaan obat herbal di masyarakat

• Hasil penelitian menyatakan ; 44,7% pengguna obat herbal tidak


pernah melaporkan penggunaan herbal kepada dokter mereka.
• Dalam sebuah penelitian di Selandia Baru hanya 41% pasien yang
mendiskusikan penggunaan CAM mereka dengan ahli onkologi
• Faktanya, dalam banyak penelitian, bahkan ketika pertanyaan
diajukan, banyak pasien tidak memberi tahu dokter bahwa mereka
juga mengonsumsi pengobatan herbal.
Alasan pasien tidak melaporkan penggunaan
obat herbal pada dokter/apoteker

• mereka menganggap obat-obatan herbal aman, bahkan jika dikonsumsi


bersamaan dengan obat resep
• takut akan ketidaksetujuan dari dokter
• Dokter/apoteker juga tidak punya pengetahan yang memadai tentang
adanya interaksi obat herbal-obat konvesional
• dalam satu survei, 51% dokter percaya bahwa obat-obatan herbal tidak
memiliki atau hanya memiliki efek samping ringan dan 75% mengakui
bahwa mereka memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali
pengetahuan terkait interaksi herbal-obat
• Interaksi dikatakan terjadi ketika efek satu obat
diubah oleh keberadaan zat lain, termasuk obat-
obatan herbal, makanan, minuman, dan senyawa
Interaksi obat lainnya.
• Berbahaya jika interaksi meningkatkan toksisitas
herbal-obat obat

konvensional
Contoh : dapat meningkatkan ototoksisitas dari obat
golongan aminoglikosida (pemberian gingko biloba
100mg / kg setiap hari selama 20 hari dan amikacin
600 mg / kg setiap hari selama 14 hari mempercepat
dan memperparah efek ototoksisitas amikasin)
• Ekstrak tumbuhan berbeda dari obat-obatan konvensional karena
merupakan campuran rumit dari banyak senyawa bioaktif.
• konstituen yang berbeda akan mempengaruhi enzim metabolik yang
berbeda.
• Kadang-kadang, efek keseluruhan ekstrak herbal memiliki efek yang
berbeda pada sitokrom P450 dibandingkan dengan senyawa murni yang
diisolasi dari dalam ekstrak.
Contoh : diet isoflavon dari kedelai yang mengandung genistein ditemukan
tidak berpengaruh pada hati tikus CYP1A2 dan CYP2E1, sedangkan genistein
murni ditemukan menghambat baik CYP2E1 dan CYP1A2
Interaksi
farmakokinetika
Mekanisme
interaksi obat
Interaksi
farmakodinamik
1. Interaksi farmakokinetik

• Interaksi farmakokinetik adalah interaksi yang dapat


mempengaruhi proses di mana obat diserap, didistribusikan,
dimetabolisme dan diekskresikan (yang disebut interaksi ADME).
• Interaksi farmakokinetika penting adalah pengaruh obat herbal
pada enzim sitokrom P450 (CYP) dan terhadap protein transporter
Sitokrom P450

• Metabolisme obat i terbesar dilakukan oleh enzim yang ditemukan di hati,


terutama sitokrom P450.
• Sitokrom P450 bukanlah enzim tunggal, tetapi sebenarnya merupakan keluarga
besar isoenzim, sekitar 30 di antaranya telah ditemukan di jaringan hati manusia.
• Namun, dalam praktiknya, hanya beberapa subfamili tertentu yang tampaknya
bertanggung jawab atas sebagian besar (sekitar 90%) metabolisme obat. Isoenzim
yang paling penting adalah: CYP1A2, CYP2C9, CYP2C19, CYP2D6, CYP2E1 dan
CYP3A4. Beberapa isoenzim ini juga ditemukan di dinding usus.
• Pengaruh obat herbal :
1. Menginduksi kerja enzim
2. Inhibisi kerja enzim
1. Menginduksi kerja enzim CYP

• Obat herbal dapat mengurangi efek obat konvensional dengan


induksi enzim CYP
• Untuk kasus ini solusinya dengan menaikkan dosis obat yang
terpengaruh, tetapi hal ini memerlukan pemantauan
2. Inhibisi kerja enzim CYP

• Lebih umum daripada induksi enzim adalah


penghambatan enzim.
• Hal ini mengakibatkan penurunan
metabolisme obat konvensional, sehingga
obat tersebut mungkin mulai menumpuk di
dalam tubuh, efeknya biasanya pada
dasarnya sama seperti saat dosis dinaikkan.
• mengakibatkan peningkatan toksisitas yang
cepat.
• Contohnya adalah efek jeruk bali dan jus
grapefruit, yang mampu menghambat
isoenzim CYP3A4 sitokrom P450, terutama di
usus, dan karenanya mengurangi metabolisme
penghambat saluran kalsium oral.
Pengaruh terhadap protein transporter obat

• Obat-obatan dan zat endogen diketahui melintasi membran


biologis, tidak hanya melalui difusi pasif, tetapi juga melalui
proses yang dimediasi oleh pembawa, yang sering disebut sebagai
transporter.
• Protein transporter obat yang terkenal adalah P-glikoprotein
• P-glikoprotein berperan sebagai pompa pembuangan yang
ditemukan di membran sel tertentu, yang dapat mendorong
metabolit dan obat keluar dari sel dan berdampak pada tingkat
penyerapan obat (melalui usus), distribusi (ke otak, testis atau
plasenta) dan eliminasi (dalam urin dan empedu).
• Jadi, P-glikoprotein dalam sel-sel lapisan usus dapat mengeluarkan
kembali beberapa molekul obat yang sudah diserap ke dalam usus
yang mengakibatkan pengurangan jumlah total obat yang diserap.
Dengan cara ini P-glikoprotein bertindak sebagai penghalang
penyerapan.
• Aktivitas P-glikoprotein dapat diinduksi oleh beberapa obat-
obatan herbal.
Misalnya: induksi (atau stimulasi) aktivitas P-glikoprotein oleh
capsicum, di dalam sel-sel lapisan usus, menyebabkan digoksin
dikeluarkan ke usus dengan lebih kuat. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan kadar digoksin dalam plasma. Sebaliknya, beberapa
ekstrak danshen (Salvia miltiorrhiza)tampaknya menghambat
aktivitas P-glikoprotein, dan karena itu dapat meningkatkan kadar
digoxin.
2. Interaksi Farmakodinamik

1. Additive (interaksi sinergi)


Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan
bersama-sama, efeknya bisa menjadi aditif.
2. Berlawanan (interaksi antagonis)
Berbeda dengan interaksi aditif, terdapat beberapa pasang obat
dengan aktivitas yang berlawanan satu sama lain.
Misalnya, kumarin dapat memperpanjang waktu pembekuan darah
dengan secara kompetitif menghambat efek vitamin K dalam
makanan.

Anda mungkin juga menyukai