Anda di halaman 1dari 26

REFERAT 2

HALOPERIDOL SEBAGAI PENCEGAHAN POST OPERATIVE NAUSEA


AND VOMITTING PADA ANESTESI UMUM MAUPUN REGIONAL
ANESTESI
(Haloperidol as Prevention of Postoperative Nausea & Vomiting in
General Anesthesia and Regional Anesthesia)

Oleh :
dr. Afprimadhona
Pembimbing : dr. Rizal Zainal, SpAn, KMN, FIPM

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF


FK UNSRI/ RSUP MOHAMMAD HOESIN
DEPARTEMEN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF
2022
PONV (Postoperative nausea and vomiting)
Masalah yang kompleks dan signifikan dalam praktik anestesi  dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, ketegangan dan perlengketan jahitan, hipertensi.

KOMPLIKASI PONV :
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, ketegangan dan perlengketan
jahitan, hipertensi vena, perdarahan ruptur esofagus, dan kompromi
jalan napas yang dapat mengancam jiwa

PENDAHULUAN
Frekuensi PONV dapat terjadi hingga 80% pada populasi berisiko tinggi
dan hingga 30% pada populasi umum

• Profilaksis PONV  pasien dengan risiko sedang dan tinggi berdasarkan sistem
penilaian diatas.

Haloperidol  obat penenang utama (major tranquilizer) dengan efek antagonis reseptor D2
antiemetik untuk pencegahan dan pengobatan PONV
PONV (Post Operative Nausea and Vomiting )

Insiden rata-rata PONV  53-70% pada pasien dengan


Salah satu efek samping yang paling sering resiko tinggi
terjadi setelah prosedur operasi dan induksi
anestesi dalam 24 jam pasca tindakan

Pencegahan PONV
Komplikasi pasca operasi 
ketidaknyamanan pada pasien, pemulihan Faktor risiko :
kondisi yang lama, serta keterlambatan • Usia di atas 50
pemulangan • Jenis kelamin perempuan
• Infeksi
• Jenis prosedur operasi seperti operasi perut
laparoskopi dengan adanya inflamasi peritoneal
Jin Z, Gan TJ, Bergese SD. Prevention and Treatment of Postoperative Nausea and Vomiting (PONV): A Review of Current Recommendations and Emerging Therapies. Ther Clin Risk Manag. 2020;16:1305.
Kamali A, Ahmadi L, Shokrpour M, Pazuki S. Investigation of ondansetron, haloperidol, and dexmedetomidine efficacy for prevention of postoperative nausea and vomiting in patients with abdominal hysterectomy. Open access Maced J Med Sci. 2018;6(9):1659.
Patofisiologi PONV
Lima jalur aferen utama :
1. Zona pemicu kemoreseptor
[Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ)]
2. Jalur mukosa vagal pada sistem
gastrointestinal
3. Jalur saraf dari sistem vestibular
4. Jalur refleks aferen dari korteks
serebral
5. Aferen otak tengah

Mekanisme Fisiologis Mual dan Muntah

Shaikh SI, Nagarekha D, Hegade G, Marutheesh M. Postoperative nausea and vomiting: A simple yet complex problem. Anesth essays Res. 2016;10(3):388.
Etiologi dan Faktor Resiko
Mabuk perjalanan
(motion sickness) 
Jenis Kelamin wanita Merokok Bukan perokok
riwayat mabuk perjalanan
lebih mungkin mengalami lebih rentan terhadap
setelah operasi sebelumnya
PONV dibandingkan pria kejadian PONV.
 meningkatkan risiko
Faktor PONV

Resiko
Usia Usia < 50 tahun Obesitas  indeks massa
merupakan faktor risiko Pengosongan lambung tubuh tidak berkorelasi
yang signifikan untuk yang tertund dengan peningkatan risiko
terjadinya PONV berkembangnya PONV.
Pasien

Kondisi lain  dehidrasi,


perubahan elektrolit, dan
komorbiditas dapat
memperburuk PONV
Etiologi dan Faktor Resiko
Faktor
Resiko
Kecemasan
Puasa perioperatif Secara klinis masih belum terbukti
Tidak pasti sebagai faktor risiko relevan untuk memprediksi
terjadinya PONV
Pra-operasi

Jenis operasi operasi mata, timpani, operasi intrakranial, perut (khususnya


kolesistektomi dan laparoskopi), serta ginekologi  meningkatkan risiko PONV

Pra-operasi
Durasi operasi durasi operasi yang lebih lama dikaitkan dengan meningkatnya
insiden PONV
Etiologi dan Faktor Resiko
NITROUS OXIDE
• Penurunan signifikan kejdian emesis pasca operasi  nitrous oxide dihindari pada pasien yang menjalani
prosedur laparoskopi
• Dua laporan meta-analisis  menghindari penggunaan nitrous oxide pada saat induksi anestesi dapat
mengurangi risiko PONV
Faktor Resiko

Anastesi
Umum
Melepaskan Perubahan tekanan Meningkatkan
katekolamin telinga tengah distensi abdomen
Etiologi dan Faktor Resiko

AGEN INHALASI :
Faktor Resiko
+Eter dan siklopropana  insiden PONV menjadi lebih tinggi
+Sevofluran, enfluran, desfluran, dan halotan  derajat PONV yang lebih rendah

Anastesi
Umum

KETAMIN  penundaan
ETOMIDE  Infus etomidate pelepasan, mimpi yang PROPOFOL  pemulihannya
berkelanjutan (continues) dapat jelas (vivid dreams), yang menguntungkan termasuk
meningkatkan kejadian emesis halusinasi, dan insiden kemunculannya yang cepat dan
pascaoperasi PONV yang lebih tinggi penurunan insiden PONV
Etiologi dan Faktor Resiko
ANESTESI SEIMBANG (BALANCED ANESTHESIA) Emesis dengan
anestesi seimbang telah dikaitkan dengan penggunaan kombinasi oksida
Faktor Resiko nitrat-opioid

OPIOD  menyebabkan emesis melalui stimulasi reseptor opioid yang


Anastesi terletak di CTZ

Umum
Agen pembalikan neuromuskular (neuromuscular reversal
agents) Insiden PONV akibay induksi ini masih tidak pasti

Remimazolam menginduksi mual ringan dan sementara setelah bolus,


tetapi tidak memiliki risiko PONV yang tinggi
Etiologi dan Faktor Resiko
Anastesi Regional

Risiko PONV Insiden emesis pasca Emesis akibat blok


Insiden mual setelah
dilaporkan 9 kali lebih operasi setelah prosedur neuraksial sentral lebih
pemberian opioid
kecil pada anastesi blok saraf regional  besar daripada dengan
epidural lebih rendah
regional lebih rendah blok saraf perifer
Etiologi dan Faktor Resiko
Nyeri
 Nyeri viseral (khususnya pada panggul) yaitu penyebab umum emesis pasca
Faktor Resiko operasi.

Ambulasi
 Gerakan tiba-tiba, perubahan posisi, pemindahan  mual dan muntah
Pasca pada pasien yang telah menerima senyawa opioid

Operatif
Opioid
 Opioid pascaoperasi dapat meningkatkan risiko PONV dengan
bergantung pada dosis

Oksigen tambahan tidak lagi direkomendasikan untuk pencegahan PONV


Evaluasi PONV

Komplikasi perioperatif, 
-riwayat medis secara
Anamnesis dan pemeriksaan terfokus
Pasien pada periode pasca
fisik harus berfokus pada -pemeriksaan fisik
operasi harus dipantau
menghilangkan penyebab
secara ketat -evaluasi lebih lanjut dari
lain dari mual dan muntah pasien harus dilakukan dalam
pengaturan PONV yang tidak
terduga atau berat
Tatalaksana Farmakologi PONV

Tatalakasana PONV paling efektif 


melibatkan penilaian resiko, memberikan
kombinasi agen, serta tindakan
pencegahan secara cepat dan tepat

Berbagai macam obat digunakan untuk


pengelolaan PONV
Tatalaksana Farmakologi PONV
5-hydroxytryptamine subtype 3 receptor antagonists

Pemberian granisetron dosis 3 mg


Dosis yang dianjurkan adalah 4 Dosis dolasetron yang diberikan IV dalam kombinasi dengan
Ondansetron
mg IV pada akhir operasi
Dolasetron
adalah sebesar 12,5 mg IV pada
akhir operasi
Granisetron
deksametason 8 mg IV lebih
efektif daripada pemberian salah
satu obat saja

Dosis ramosetron 0,3 mg IV


dilaporkan paling efektif untuk Dosis paling efektif berdasarkan
Tropisetron Ramosetron Palonosetron
Dosis tropisetron adalah 2 mg IV
mencegah muntah dan penelitian yang sudah dilakukan
pada akhir operasi
mengurangi mual adalah 0,075 mg IV
Tatalaksana Farmakologi PONV
ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN  memblokir reseptor
asetilkolin di aparatus vestibular dan reseptor histamin di nukleus
OBAT ANTIKOLINERGIK/ANTIMUSKARINIK traktus solitarius
+ Cara Kerja : memblokir reseptor muskarinik di korteks
serebral dan pons
1. Dimenhidrinat  Dosis yang diberikan adalah 1-2 mg/kg IV.2
+ Skopolamin transdermal (TDS) berguna untuk PONV dalam
2. Meklizin Dosis 50 mg per oral (PO) ditambah ondansetron 4 mg
pengaturan PCA
IV.
3. Prometazin Dosis yang diberikan adalah 12,5–25 mg IV.2

ANTAGONIS DOPAMINE
Metaclopramide :
+antagonis reseptor D2 yang kuat dan juga memblokir reseptor H1 dan 5-HT3
+Dosis yang diberikan adalah 10 mg IV. +Efek samping pemberian obat ini termasuk diskinesia atau gejala
ekstrapiramidal, sakit kepala, pusing, dan sedasi
Tatalaksana Farmakologi PONV
ANTAGONIS
RESEPTOR KORTIKOSTEROID BUTRIFENON FENOTIAZIN
NEUROKININ-1

Kerja  nukleus traktus • Deksametason   Droperidol 


solitarius dan area formasio memblokir sintesis antagonis reseptor D2
retikuler, yaitu dengan prostaglandin. Dosis  yang relatif selektif.
memblokir reseptor NK-1 8 mg sebelum operasi Penggunaannya Perfenazin dapat
dilaporkan dihentikan pada tahun mencegah PONV pada
a. Aprepitant  Dosis 40 meningkatkan dan 2001 karena dosis antara 2,5 dan 5 mg
mg PO saat 1-2 jam memperbaiki kualitas pembatasan "kotak IV atau IM
sebelum operasi dapat pemulihan pasca- hitam" FDA
diberikan pemulangan
b. Kospitan Dosis 50-150 (mengurangi mual,  Haloperidol 
mg PO ditambah nyeri, dan kelelahan ) antipsikotik yang, pada
ondansetron 4 mg belum • Metilprednisolon  dosis rendah, dapat
disetujui untuk Metilprednisolon 40 mg mencegah terjadinya
digunakan. IV efektif diberikan PONV Klorpromazin antagonis
c. Rolapitant  Dosis 70- untuk pencegahan reseptor D2 pada CTZ.
200 mg PO dan belum PONV tahap lanjut Dosis penggunaan obat ini
disetujui untuk adalah 10 mg IV.
digunakan
Tatalaksana Farmakologi PONV
ANTIEMETIK KOMBINASI TERAPI

Propofol 343 ng/ml, yang jauh lebih sedikit daripada


sedasi (1–3 mcg/ml)
Droperidol dan deksametason

Alpha-2-agonis antiemetik langsung yang timbul


bersama dengan efek hemat opioid
Antagonis reseptor 5-HT3
dan deksametason
Mirtazepin mirtazapine 30 mg PO dengan
deksametason 8 mg PO dapat mengurangi kejadian
PONV
Antagonis reseptor 5-HT3
Gabapentin Dosis gabapentin sebesar 600 mg PO dan droperidol
yang diberikan pada 2 jam sebelum operasi secara
efektif dapat menurunkan keajadian PONV

Midazolam 2 mg yang diberikan 30 menit sebelum Antagonis reseptor 5-HT3 dan


akhir operasi dilaporlkan sama efektifnya seperti deksametason dan droperidol.
pemberian ondansetron 4 mg terhadap PONV
Tatalaksana Non Farmakologi PONV
Sistem Penilaian Resiko

Stimulasi pusat penciuman

Stimulasi titik akupunktur


P6

Stimulasi saraf transkutan,


stimulasi laser, plester
capsicum, dan akupresur
Implementasi Profilaksis Multimodal Umum

Skor PONV
Pasien yang
Skor risiko tidak
diidentifikasi Efektivitas
PONV hanya memperhitungka
berisiko rendah antiemetik dapat
memberikan n faktor-faktor
masih dapat bervariasi
perkiraan seperti risiko
berkembang diantara pasien
stratifikasi risiko emetogenik dari
menjadi PONV
prosedur bedah
Farmakologi Haloperidol
Struktur Kimia Haloperidol
Obat golongan butyrophenone antipsikotik tipikal generasi
pertama yang banyak digunakan untuk skizofrenia

Cara Kerja  cara memblokir reseptor dopamin postsinaptik.

Kegunaan 
• Tatalaksana sindroma Tourette
• Gangguan ansietas
• Gangguan perilaku, kegelisahan
• Kebingungan
• Serta mual dan muntah
Nama kimia  h 4-[4-(4-chlorophenyl)-4-
hypdroxypiperidin-1yl]-1-(4- Off-label haloperidol  agitasi yang terkait dengan gangguan
fluorophenyl)butan-1-one (C12H23ClFNO2) kejiwaan, episode mania akut, mual dan muntah akibat
kemoterapi, serta manajemen cegukan yang sulit diatasi
Farmakodinamik Haloperidol
Blokade Reseptor Dopamin Postsinaptik (D2) Blokade Reseptor Lain

Jalur nigrostriatal  substansia nigra ke striatum dorsal

Jalur tuberoinfundibular nukleus arkuata dan neuron


periventrikular serta melepaskan dopamin ke dalam
sirkulasi portal hipofisis

Jalur mesolimbik-mesokortikal badan sel di tegmentum


ventral dalam berkas akson yang terpisah ke sistem limbik
dan neokorteks

Jalur meduler-periventricular neuron di nukleus motorik


vagus

Jalur incertohypothalamic zona medial incerta menuju


hipotalamus dan amigdala
Farmakologi Haloperidol
Distribusi Haloepridol INJEKSI
 volume distribution (Vd) 8-
ORAL INJEKSI LAKTAT
DEKANOAT
18 L/kg dan juga dapat
melewati sawar darah otak
dengan mudah

• Bioavabilitas  60-70%. • Pemberian  intravena • Pemberiaan 


• Tingkat konsentrasi (off label) maupun intramuskular dan juga
plasma tertinggi  2-6 intramuskular diabsorpsi hampir secara
Metabolisme haloperidol  jam. • Bioavailabilitas  100% keseluruhannya.
hati dan melalui proses • Waktu paruh adalah • Tingkat konsentrasi
glukoronidasi, reduksi, dan
(4 hingga 6 jam)
sekitar 18 jam • Onset IM dan IV lambat plasma tertinggi
oksidasi
dapat terjadi pada waktu haloperidol dekanoat
30-60 menit. terjadi  6-7 hari.
• Waktu paruh juga • Waktu paruh adalah
dilaporkan sekitar 18 sekitar 3 minggu
jam,
Ekskresi haloperidol  sistem
bilier, yaitu sekitar 30% melalui
urin dan 15% melalu feses
Hasil Penelitian Peran Haloperidol pada PONV
Haloperidol  afinitas tinggi pada Studi awal  haloperidol dilaporkan efektif
reseptor dopamin D2 memberikan perlindungan terhadap kejadian
emesis

Apfel et al  37% kejadian mual dan muntah pasca


Tornetta et al  hanya 3% pasien yang
pulang dari rumah sakit (post discharge) hingga akhir
menerima haloperidol profilaksis mengalami
hari kedua pasca operasi rawat jalan
PONV

Barton et al  keberhasilan menghentikan kejadian Penelitian uji klinis acak (RCT) yang dilakukan oleh
PONV sebesar 80% setelah satu jam pemberian Yazbeck-Karam et al  haloperidol kurang efektif sebesar
intramuskular 13% dan 8% daripada ondansetron
Haloperdiol
&
Percobaan efek haloperidol VS dolasetron  Lee et al  haloperidol 2 mg iv yang diberikan pada 30
efek antiemetik haloperidol sebanding dengan PONV menit sebelum berakhirnya operasi dilaporkan secara efektif
dolasetron mengurangi kejadian PONV

Para penulis  dosis tunggal antara 1 dan 2 mg


Rüsch et al  tingkat kekambuhan PONV adalah
mempunyai efikasi dengan toksisitas minimal untuk
sebesar 52% dengan menggunakan pengobatan
pencegahan PONV
haloperidol

Haloperidol yang digunakan untuk tujuan Meta-analisis  dosis haloperidol 0,5 mg sampai 4
antiemetik  dosis yang jauh lebih rendah mg lebih manjur daripada pemberian plasebo untuk
profilaksis PONV
Hasil Penelitian Peran Haloperidol pada PONV

Pemberian haloperidol 1 mg iv terbukti menjadi antiemetik


yang efektif untuk pencegahan awal (0-2 jam) terjadinya
mual dan muntah

Dosis tunggal
Penelitian sebelumnya yang telah
antara 1 dan 2 mg
menyatakan bahwa haloperidol dosis tinggi
mempunyai efikasi dapat menyebabkan perpanjangan QTc
dengan toksisitas
minimal untuk
pencegahan PONV Sebuah meta-analisis  sebanyak 1.397
pasien menerima rejimen haloperidol yang
berbeda dan tidak ada laporan mengenai
disritmia jantung.

Dalam studi yang lebih baru, haloperidol 1 mg iv terbukti menjadi


antiemetik yang efektif untuk pencegahan awal (0-2 jam) mual dan
muntah
Hasil Penelitian Peran Haloperidol pada PONV
Laporan 
haloperidol sebagai
Kombinasi 
pengganti dari
antagonis droperidol dan dosis
reseptor 5-HT3 1 atau 2 mg iv
dan
deksametason

Meta-analisis dari 23 percobaan


PONV acak  dosis haloperidol yang
disarankan efektif untuk
mencegah PONV adalah sebesar
0,5-4 mg
Joo et al  baik
haloperidol 1 dan 2 mg Dagtekin  10
µg/kg haloperidol
yang dikombinasikan
memiliki efek
dengan deksametason,
memiliki efek terbatas pada
subjek wanita
pencegahan PONV
selama 24 jam pertama dibandingkan
pasca operasi dengan plasebo.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai