Anda di halaman 1dari 78

IMPROVING QUALITY OF LIFE

FOR PATIENT WITH STOMA

Ria E Sitorus, SKp.,MKep.,Sp.KMB


RSUP dr. Hasan Sadikin
Inwocna Jawa Barat
POKOK BAHASAN

• Pendahuluan
• Kasus Kanker di
Indonesia
• Quality of Life Pasien
dengan Stoma
• Paliatif Care pada
Pasien Kanker
• Penutup/ Simpulan
Pendahuluan
• Di Indonesia penderita Kanker
• Data Global Cancer Observatory 348.000 orang atau 1.362/1 juta
Tahun 2018 (USA) : penduduk,
• Jumlah penderita kanker • Mortalitas sebanyak 207.000
mencapai 18 juta orang dengan • Angka kejadian tertinggi pada
• Mortalitas 9,6 juta kasus/ tahun. perempuan :
• Ca. mamae 58.256 (30,9%)
• Setiap 2 detik, akan ada 1 orang • Ca serviks 32.469 (17,2%),
baru yang menderita kanker dan • Ca ovarium 13.310 (7,1%).
setiap 3 detik, ada 1 orang yang
• Angka kejadian tertinggi pada pria :
meninggal dunia karena kanker.
• Ca colon & recti 19.113 (11,9%)
• Ca hati 14.238 (8,9%).
• Ca paru 22.440 (14%)
Epidemiologi Kanker Kolorektal (1)
• Risiko terjadi pada 1 dari 20 orang.
• Risiko lebih rendah pada wanita dari pada pria.
• Peringkat ke 3 pada laki-laki & ke 2 pada wanita.
• Lebih 86% pasien berusia < 50 thn & asimptomatik.

• Laporan American Cancer Society (USA), kanker


kolorektal adalah urutan kanker no 3 dan
merupakan kanker no 2 terbanyak pada pria dan
wanita.
Epidemiologi Kanker Kolorektal (2)

• Di Jerman, kanker kolorektal merupakan salah


satu kanker yang paling sering ditemukan.
• Terdapat 64 ribu kasus baru/thn dan 26 ribu
kematian akibat kanker kolorektal.

• Di Indonesia, insidensi kanker kolorektal


dilaporkan sebesar 12,8 per 100.000 penduduk
usia dewasa. Kanker kolorektal dilaporkan
berkontribusi sebesar 9,5% dari seluruh
mortalitas kasus kanker.
Pengertian Kualitas Hidup (Quality of Life)
• Persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan,
dalam konteks budaya, dan nilai dimana mereka hidup dan
dalam hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standard
dan perhatian (Putri, 2014).

• Menurut Polonsky (dalam Putri, 2014) kualitas hidup adalah


perasaan individu tentang kesehatan dan kesejahteraannya
dalam area yang luas meliputi fungsi fisik, fungsi psikologis
dan fungsi sosial.

• Kualitas hidup didefinisikan sebagai kondisi hidup yang baik


yang bersama-sama dengan kesejahteraan subjektif positif
(Zapf dalam Noll, 2012).
Lanjutan...
• World Health Organization (dalam Setyaningsih,
Setiyawan dan Saelan, 2017) kualitas hidup adalah
persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma
sesuai dengan tempat hidup orang tersebut berkaitan
dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama
hidupnya

• Terminologi yang menunjukkan tentang kesehatan, fisik,


sosial dan emosi seseorang serta kemampuannya
melaksanakan tugas sehari-hari (Cummins dalam
Imanda, 2016).

• Kualitas hidup persepsi seseorang mengenai dirinya di


dalam lingkungannya, dan Kualitas hidup individu yang
baik akan memicu dampak positif bagi dirinya maupun
Kebutuhan yang Menentukan Kualitas Hidup
(Hunt and McKenna, dalam Juczynski, 2016)

a. Makan, minum, tidur, aktivitas, seks, menghindari rasa


sakit, kehangatan, keamanan, tidak adanya kecemasan
dan stabilitas.

b. Cinta, kontak fisik, keintiman, berkomunikasi, saling


berbagi pengalaman, bekerja menuju tujuan bersama.

c. Rasa ingin tahu, menjelajahi dunia, persetujuan, rasa


hormat, perasaan kegunaan, harga diri, profesionalisme,
kekuasaan, kemandirian dan kebebasan.

d. Aktualisasi diri.
Komponen Kualitas Hidup
(Cummins dalam Veenhoven, 2016) ada tujuh komponen dalam kualitas hidup :

a. Kesejahteraan materi (pendapatan, kualitas rumah &harta benda).


b. Kesehatan (jumlah cacat dan konsumsi obat medis)
c. Produktivitas (kegiatan dalam pekerjaan, pendidikan dan rekreasi.
d. Keintiman (kontak dengan teman dekat dan ketersediaan dukungan)
e. Keselamatan (keamanan yang dirasakan di rumah, kualitas tidur dan
mengkhawatirkan)
f. Tempat di komunitas/lingkungan (aktif kegiatan sosial, tanggung
jawab, diminta memberi saran)
g. Kesejahteraan emosional (kesempatan untuk melakukan atau
memiliki hal-hal yang diinginkan dan kenikmatan hidup)
Definisi Paliatif Care (WHO)

• “Perawatan Paliatif adalah pendekatan yang


bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarganya saat menghadapi permasalahan yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam
jiwa.
• Dengan cara mencegah dan mengurangi
penderitaan melalui identifikasi dini, pengkajian
cermat menyeluruh, meredakan rasa sakit dan
gejala lainnya dalam hal fisik, psikososial dan
spiritual”
Definisi Paliatif Care
• Asosiasi Internasional untuk Rumah Sakit dan Perawatan
Paliatif mengembangkan definisi perawatan paliatif
berbasis konsensus (2020)

• Perawatan paliatif adalah perawatan holistik aktif dari


individu di segala usia dengan penderitaan terkait
kesehatan yang serius karena penyakit parah dan
terutama mereka yang mendekati akhir hayat.
• Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, keluarga mereka dan pengasuh mereka.
Point dalam Paliatif Care
http://depts.washington.edu/pallcare/trai ning/ppt.sht ml )
Intervensi untuk meningkatkan QoL
Pada Kondisi Paliatif
 Penanganan gejala
 pain
 mual, muntah
 imobilitas
 gangguan ADL : makan,
minum,eliminasi,
personal hygiene
 malnutrisi
 Dukungan psikososial
 Dukungan emosional
Perawatan Paliatif Ditujukan Pada

• Penderita kanker awalnya sebagai


pilihan untuk perawatan pada akhir
kehidupan (End of Life)
• Saat ini, semakin banyak dianjurkan
untuk orang yang memiliki penyakit
kronis :
• gagal ginjal (ESRD, HD, CKD)
• penyakit paru (TB Paru, MDR)
• gangguan saraf (Stroke, GBS)
• gagal jantung (HHD, CHF)
• kondisi kekebalan tubuh lemah
(immunocompromised)/ HIV- AIDS.
Beberapa Komponen penting PC
• Memberikan dukungan untuk membantu pasien hidup
semaksimal mungkin sampai kematian dengan
memfasilitasi komunikasi yang efektif, membantu mereka,
dan keluarga mereka menentukan tujuan perawatan

• Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda


kematian, menegaskan kehidupan, dan mengakui
kematian sebagai proses alami

• Memberikan dukungan kepada keluarga dan pengasuh


selama pasien sakit, dan dalam duka mereka sendiri
PRINCIPLES OF PALLIATIVE CARE

• Palliative care incorporates the whole spectrum of care—


medical, nursing, psychological, social, cultural and
spiritual.
• A holistic approach, incorporating these wider aspects of
care, is good medical practice and in palliative care it is
essential.
• • The principles of palliative care might simply be
regarded as those of good medical practice
Principles of palliative care

ATTITUDE TO CARE COMMUNICATION THE CARE


• • Caring attitude • • Communication • Clinical context:
appropriate treatment
• • Commitment amongst health care
• Comprehensive and
• • Consideration of
professionals
multidisciplinary
• • Communication with • Care excellence
individuality
• patients and families • Consistent
• • Cultural • Co-ordinated
considerations • Continuity
• • Consent • Crisis prevention
• Caregiver support
• • Choice of site of
• Continued
care
reassessment
MODELS OF CARE
• • There is no one right or wrong model for the provision of
palliative care.
• • The best model is determined by local needs and
resources, in consultation with the local health care
providers and authorities.
• • Each developing country should be encouraged and
enabled to develop its own model of palliative care,
appropriate to the needs of the local patients and the
available resources.
• IN-PATIENT BEDS • COMMUNITY
SERVICES DAY UNITS
• • An in-patient palliative
care unit may be part of a • • There are various
•• Known
I as Day Care,
hospital or an independent models for community
Day Hospice, Day
free_x0002_standing unit. based palliative
Palliative Care Unit
• • A hospital unit may be • care services.
either a special ward • • Services providing • Usually form part of a
within the hospital or a specialist advice and hospital or in-patient
separate unit built in the support for the family palliative care unit
hospital grounds doctors and community
• • A free-standing unit is • nurses managing the • Provide care,
physically separate from patients. rehabilitation, support
the hospital. • • Services providing and respite during the
• • Patients may be "hands-on" nursing and day for people under
admitted for: allied health services to care at home.
• • Tymptom management patients at home, in co-
(physical or psychosocial). operation with the
• • Terminal care. patient’s own doctor.
• • Short duration
• rehabilitation/convalescen
Hospital Palliative Care Teams
• Operate in general and specialist hospitals.
• Are staffed by doctors and palliative care nurses
• - some also have a social worker or a spiritual care
specialist.
• Provide consultative advice on patients referred to them in
any department of the hospital
• - To advise on every aspect of palliation
• - Provide support for family member
• - Provide support and education for the staff.
• Facilitates the provision of high quality palliative care in all
wards
- Where the patient is familiar with the staff and surroundings
• - Without the need to be transferred to another unit
- Educates the ward staff about matters pertaining to PC
KONTEKS PERAWATAN PALIATIF

• Rumah sakit (rajal, ranap)


• Puskesmas (rawat jalan,
kunjungan rumah/home visit)
• Komunitas (homecare/home
visit) ; Lembaga penyedia
homecare : Klinik, rumah
pasien dll

PERAN PERAWAT (TIM PALIATIF)
RUMAH SAKIT

Peran Tim Paliatif RS dalam pengkajian


pasien :
1.Menentukan tujuan perawatan paliatif (Goal
of Care)
2.Diskusi ACP (Advanced Care Planning)
3.Memastikan jika mau lanjut perawatan di
RS (jika ada bed memadai untuk pasien
paliatif)
4.Tempat tidur tidak tersedia = Persiapan
pasien pulang ke rumah (Discharge Planning)
Asesment Pasien Paliatif

Impeccable Assessment
• 1.Physical
• 2.Nursing
• 3.Functional
• 4.Psychosocial
• 5. Environtment
Peran Perawat dalam Penanganan Gejala ?
(Patient Centered Care)

Fokus asesment :
1. Memahami tentang penyakit
2. Selalu memberikan informasi dan membuat keputusan
3. Harapan yang diinginkan ?
4. Kekhawatiran yang dirasakan ?
5. Bagaimana coping/cara hadapi masalah, sakit ?
6. Masalah eksistensial/spiritual
7. Penyelesaian masalah (emosional) dan rekonsiliasi
(memaafkan)
1. Fisik
• Penanganan gejala
• nyeri, sulit menelan, imobilisasi,
mual, muntah,
• Edukasi dan Advokasi
• cara personal hygiene, ADL
• Kolaborasi Interdisiplin -
melibatkan : MSW / PSM, Art
therapist, Sumberdaya
Komunitas.
2. Keperawatan

• Pengkajian dan Observasi (head to


toe, sistem)
• Perawatan dan Prosedur Perawatan
(luka, nutrisi
• Etika dan keterampilan komunikasi
(nilai etik & komuniasi terapeutik)
• Memberikan kenyamanan pada
pasien (empati)
• Memberikan dukungan/motivasi pada
pelaku rawat (caregiver) dan keluarga
3. Fungsional

• Kaji kemampuan untuk melakukan ADL/ aktifitas


sehari- hari (makan, minum, eliminasi, mobilisasi,
dan personal hygiene)
• Mampu mengenali penyebab reversibel dari
gangguan fungsional ( dampak pada fungsi / QoL )
• Rujuk ke evaluasi rehabilitasi ( OT/PT )
• Advokasi dan saran untuk mengoptimalkan dan
mempertahankan status fungsional
4. Psiko - Sosio- Kultural

• Bantu dalam mengidentifikasi kebutuhan dukungan


termasuk status keuangan (fase akhir)
• Yakinkan martabat dan kehormatan pilihan
• Berkontribusi atau support masa berduka (berkabung)
• Respon psikologik, rasa tak berdaya, putus asa, sedih,
takut, marah
• Perubahan perilaku pasien merupakan beban mental
yang berat bagi keluarga, sehingga keluarga pasien juga
ikut menderita baik psikis maupun fisiknya.
• Kelelahan dan rasa jenuh keluarga dalam merawat
penderita bisa dibantu dengan pendampingan
FAKTOR KULTUR

•Kultur sangat mempengaruhi sikap


pasien terhadap penyakit, nyeri, dan
kematian.
•Kurangnya perhatian kita terhadap
latar belakang pasien, berpengaruh
atas penerimaan pasien terhadap
penyakitnya.
•Komunikasi menggunakan bahasa
pasien sangat diperlukan.
Tindakan yang dapat dilakukan antara lain

• Bantu penderita mengatasi


perasaannya sehingga dapat
berdamai dengan dirinya
sendiri, dengan orang lain, dan
dengan Tuhan
• Beri dukungan dengan
mengarahkan untuk mengisi
sisa hidupnya dengan melihat
hal-hal yang bermakna bagi
dirinya
FAKTOR SPIRITUAL
• Setiap manusia baik dia
religius maupun tidak,
mempunyai spiritual yang unik
bagi dirinya sendiri. Spiritual
mengarah pada tujuan dan arti
keberadaan
• Diskusikan hal-hal berkaitan
dengan spiritual yang dialami
oleh pasien selama perawatan,
terutama pada kasus yang
berat/stadium lanjut.
• Pasien yang menganggap
penyakitnya sebagai hukuman
memerlukan pendekatan
spiritual yang lebih intens
ASPEK SPIRITUAL PADA
PERAWATAN PALIATIF

Kata spirit sering dipakai sebagai ungkapan positif


tentang semangat yang tercermin dari nurani
seorang individu.
 Akar kata ‘spirit’ berarti ‘bernafas’ dari bahasa latin
‘spiritus’.
Dapat di asosiasikan dengan arti inti, yaitu
bernafas sebagai pemberian kehidupan.
‘Spirit’ atau ‘bernafas’ adalah suatu yang memberi
kehidupan untuk jiwa dan raga seseorang
• Spiritualitas seseorang, membantunya
menjadi lebih tenang, konsentrasi
meningkat dan berfikir positif, senantiasa
mengkreasikan perasaan hidup sejahtera.

• Hal ini terjadi karena spiritualitas


seseorang memberi pengaruh terhadap
pengurangan kadar hormone adrenalin
dan kortison serta meningkatkan kadar
endorfin

• Perawatan psikospiritual sangat mirip


dengan konseling dan psikoterapi,
bertujuan untuk merawat spirit seseorang
agar pulih kembali.
Perawatan psiko-spiritual

• Pendekatan yang dilakukan, dapat


merupakan integrasi pendekatan :
• tradisional,
• keagamaan,
• pendekatan kejiwaan,

• sehingga spirit pasien muncul dan pulih


kembali.
Dasar Pendekatan Psikoterapi,

• Pemeriksa harus mawas diri, akan adanya keterbatasan


dan kurang peka pada dirinya untuk menghadapi masalah
pasien
• Menghargai perasaan seseorang, memupuk rasa cinta
• Empati
• Menjadi pendengar yang aktif
• Sedikit ada rasa humor
• Memiliki integritas spiritual dalam kata dan tindakan,
sehingga meyakinkan pasien
• Seorang terapis spiritual, tidak harus tenaga kesehatan,
tetapi ia harus seorang yang mampu bertindak sebagai
konselor dan mampu mengurangi masalah pasien,
• sehingga bersama pasien dapat menyelesaikan masalah
secara rasional, serta membangkitkan semangat pasien.
• Pada masa masa akhir kehidupan seseorang,
kehadiran kita saja, dapat menumbuhkan spiritual pasien,
sekalipun tanpa berujar kata, cukup duduk disampingnya,
memegang tangannya, senyum dan menganggukkan
kepala
• Pasien akan merasa mendapat dukungan dan merasa
ditemani
Support Emosional
•N: Name the emotion (Namakan emosinya)
•U: Understand the emotion (Pahami emosinya)
R: Respect the patient and family (Hargai pasien dan
keluarga)
•S: Support the patient and family (Berikan dukungan)
•E: Explore the emotion (Gali emosi)

•Kuncinya adalah menggunakan pertanyaan terbuka agar


percakapan berlanjut, sehingga informasi lebih banyak
didapat tentang pasien dan keluarga.
5. Environment
• Lingkungan rumah ada fasilitas
untuk perawatan (kamar private) ?
• Lingkungan cukup nyaman, aman,
tenang, hangat ?
• Ada care giver yang akan
mendampingi ?
(Jika harus ada care giver
cadangan, drmn dananya?
• Tersedia akses yg mudah jika
perlu bantuan Medis ?
• Bagaimana dengan support dana
? (pampers, alkes cateter, NGT
dll)
Hindari.........
•Harapan palsu: “Semuanya akan baik-baik saja…”
•Menginterupsi kesunyian terapeutik
•Memilih fokus pada gejala “fisik” saja untuk menghindari
emosi- emosi yang tidak nyaman

•Berkata “Saya tahu perasaan Anda”


*Kembali pada Tujuan Perawatan Paliatif ...
*Intervensi untuk mengurangi penderitaan....
*Dan meningkatkan kualitas hidup pada penyakit yang tidak
bisa disembuhkan
Outcome measurement
•improving the quality, efficiency and availability of palliative
care.
• •Measuring changes in a patient’s health over time, and
finding out the reasons for those changes, can help service
providers focus on learning and improving the quality of
services.
• •Hearn and Higginson suggest that PROMs in PC should
be developed to capture key goals of palliative care
philosophies including improving quality of life before
death, attending to symptoms, and providing support for
loved ones
• Patient Reported Outcome Measures (PROMs), are tools
that can effectively be used in PC to assess and monitor
care, either for individual patients, or across populations.
PROMs put the patient at the centre of care and focus on
what matters to them.
• •Outcome measures are used for assessing, measuring, evaluating or
monitoring a range of different aspects of healthcare. There are three
main purposes behind the use of outcome measures: clinical care,
audit and research.
• •The type of outcome measure used will be dictated by the purpose.
• •Measures of outcomes can help determine
the difference that palliative care interventions can
make.
• •The outcomes important to patients cover a range of person-centred
domains that can be hard to quantify (e.g. social and cultural), and no
consensus on the most important domains has been reached.
• •A more uniform approach to outcome measures is needed to improve
the quality of care across palliative care services.
Domains and dimensions of outcome measures in
palliative care (adapted from Mularski et al 2007)
Guidelines for Using the Edmonton
Symptom Assessment System (ESAS)
• Purpose:
• To assist in the assessment of 9 symptoms common in ca
patients: pain, tiredness, nausea, depression, anxiety,
drowsiness, appetite, wellbeing and shortness of breath.
• The severity at the time of assessment of each symptoms
is rated from 0 to 10 on a numerical scale. 0 meaning that
the symptom is absent and 10 that it is of the worst
possibly severity. It is the patient’s opinion of the severity
of the symptoms that is the “gold standard” for symptom
assessment.
Spiritual Care Models
• ‘‘The goal of palliative care is to prevent and relieve
suffering and to support the best possible quality of life for
patients and their families, regardless of the stage of the
disease or the need for other therapies.’’

• Palliative care is viewed as applying to patients from the


time of diagnosis of serious illness to death.

• The principles of spiritual care can be applicable across all


phases and settings for the seriously ill, without regard to
culture, religious tradition, or spiritual frames of reference.
Spiritual Care Models (2)
• Spiritual care models offer a framework for health care
professionals to connect with their patients :
• • Listen to their fears, dreams, and pain
• • Collaborate with their patients as partners in their care
• • Provide, through the therapeutic relationship, and
opportunity for healing
• In this context, healing is distinguished from cure.
SPIRITUAL CARE MODELS

▪ It refers to the ability of a person to find solace, comfort,


connection, meaning, and purpose in the midst of
suffering, disarray, and pain.

▪ The care is rooted in spirituality using compassion,


hopefulness, and the recognition that, although a person’s
life may be limited or no longer socially productive, it
remains full of possibility
• Spiritual care is grounded in important theoretical
frameworks. One of which is the
Biopsychosocial_x0002_Spiritual Model of Care.
• • Another is a patient-centered care model in which the
• focus of care is on the patient and his or her
• experience of illness as opposed to a sole focus on
• the disease.
• • Integral to both of these models is the recognition that
• there is more to the care of the patient than the
• physical.
Case Example: Assessment and Treatment Plan
PEARLS (1)

• Alert the chaplain to possible spiritual developments


discovered during routine care.
• Stay in close touch internally with your own spiritually,
and note where it strengthens you and renders you
vulnerable in your life and in your work.
• Practice from a genuine posture of humility and
openness.
Desire to learn what will provide the most meaningful
support to the person before you.
PEARLS (2)

• Remember that people may still be developing spiritual,


even as they decline physically and mentally.

• Accompany people through life-limiting illness. This may


reduce a deep sense of isolation and help people to find
their own internal sense of comfort, balance, and strength.

• Realize that people tend to find meaning in relating to a


greater world beyond themselves, this appears to be a
virtually universal human need.
End of Life
• Perawatan akhir hayat adalah pendekatan tim
multidisiplin menuju "perawatan orang seutuhnya" untuk
orang-orang dengan penyakit lanjut, progresif, tidak dapat
disembuhkan atau membatasi kehidupan sehingga
mereka dapat hidup sebaik mungkin sebelum mereka
meninggal. Proses perawatan tidak hanya terbatas pada
orang yang sekarat tetapi meluas ke keluarga dan
pengasuhnya
Principles of Good death (Macaden et al., 2014)

 To know when death is coming and  To have access to information and


to understand what can be expertise of whatever kind is
expected necessary

 To be able to retain control of what  To have access to any spiritual or


happens emotional support required

 To be afforded dignity and privacy  To have access to hospice in any


location
 To have control over pain relief and
other symptom control  To have control over who is present
and who share the end
 To have choice and control over
where death occurs  To be able to issue advance directives,
ensuring that one’s wishes are
TUJUAN Perawatan Akhir Kehidupan
(Macaden et al., 2014)
• Untuk mencapai “kematian yang baik” bagi setiap orang
yang sekarat, terlepas dari situasi, tempat, diagnosis,
atau durasi penyakit.

• Penekanan pada kualitas hidup dan kualitas kematian

• Mengakui bahwa EOLC yang baik adalah hak asasi


manusia, dan setiap individu berhak atas kematian yang
baik, damai, dan bermartabat.
Apa Itu Kematian Yang Baik dalam Budaya
Indonesia Dewi (2018)
Kematian yg baik dianggap sebagai :
• comfort
• support and faith
• death with dighnity
• Life completion and death awareness

• The most important domain for Indonesians is support


and faith
• Death awareness and death preparation are the least
important
Perawatan paliatif di rumah untuk pasien
kanker terminal Rahmawati. D., dkk (2019)
• Pasien dan keluarga memiliki keraguan dan
ketidakpastian tentang perawatan paliatif berbasis rumah
(meninggal di rumah yang dikelilingi oleh anggota
keluarga dan orang yang dicintai)

• Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengasuh/


care giver keluarga di rumah

• Merasa aman di rumah sakit yang didukung dengan alat


dan teknologi pendukung kehidupan

• Perawatan Rumah Sakit Gratis (BPJS)


Hambatan Perawatan Paliatif Berbasis
Komunitas di Indonesia (1)
* Kebijakan Paliatif Care belum jelas
• NHI (Nasional Health Insurance)
• Rujukan kembali/rujuk balik (masalah hubungan
kekuasaan nasional-provinsi-kabupaten)
• Koordinasi Antara Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Primer masih kurang
• Kompetensi perawatan paliatif untuk profesional
kesehatan primer
• Hambatan Budaya di sekitar Opiod (di sekitar profesi
kesehatan dan masyarakat umum)
Hambatan untuk Perawatan Paliatif Berbasis Komunitas
• tidak ada kebijakan perawatan paliatif nasional, rencana
strategi perawatan paliatif nasional dan pedoman
perawatan paliatif nasional di banyak negara;

• kurangnya program pelatihan dasar, menengah dan


spesialis dalam perawatan paliatif;

• kurangnya cakupan asuransi untuk perawatan di rumah


paliatif;

• Pengasuh paliatif berbasis rumah


04/12/2021 F.Sri Susilaningsih

Kualitas kematian di Indonesia

FACULTY OF
NURSING
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
Self Reflextion
• Oleh karena itu, apakah pantas untuk mempromosikan
pasien untuk meninggal dengan tenang di rumah tanpa
perawatan paliatif yang tepat tersedia di masyarakat?
POLA ASUHAN KEPERAWATAN
DALAM LAYANAN HOMECARE
Ria E Sitorus, SKp.,MKep.,Sp.KMB
PRINSIP ETIK
ASUHAN KEPERAWATAN

Kode Etik Keperawatan, 1976 :


1. Autonomy (mandiri)
2. Beneficence (berbuat baik)
3. Justice (keadilan)
4. Non Maleficence (tidak merugikan)
5. Veracity ( kejujuran)
6. Fidelity (menepati janji)
7. Confidentiality (kerahasiaan)
8. Accountability (akuntabilitas)
Layanan Homecare Prioritas

• Layanan pendampingan lansia.


• Layanan orang sakit dengan tindakan medis.
• Layanan rehabilitasi atau pasca operasi.
• Layanan pemasangan, penggantian, atau pelepasan alat kesehatan.
• Layanan bayi baru lahir.
• Layanan ibu hamil.
• Layanan ibu pasca persalinan.
• Layanan perawatan luka.
• Layanan pijat bayi.
• Layanan pemenuhan gizi.
Tujuan Homecare

• Untuk meningkatkan kualitas hidup


usia lanjut
• Rehabilitatis yaitu pencegahan
sekunder
• Tertier yaitu pengobatan kronik
penderita keganasan/penyakit
lainnya serta menghambat laju
penyakit &menghambat timbulnya
keterbatasan-keterbatasan
disability sehingga penderita dapat
mempertahankan otonominya
selama mungkin.
• Perawatan akhir hayat adalah
pendekatan tim multidisiplin menuju
"perawatan orang seutuhnya", untuk End of Life
orang-orang
dengan penyakit lanjut, progresif, tidak
dapat disembuhkan atau membatasi
kehidupan sehingga mereka dapat
hidup sebaik mungkin sebelum mereka
meninggal.
• Proses perawatan tidak hanya terbatas
pada orang yang sekarat tetapi meluas
ke keluarga dan pengasuhnya
Beberapa kutipan dari A Hospital (Haroen,2020)
Apakah kehidupan yang baik sebelum kematian akan difasilitasi?

• Kami [tim perawatan paliatif] mendorong mereka [pasien]


untuk menghubungi puskesmas, tetapi sebagian besar
puskesmas tidak siap untuk layanan perawatan paliatif. Jadi,
pasien terus datang kembali ke rumah sakit bahkan untuk
perawatan luka atau selang nasogastrik. Keluarga harus
melakukan perjalanan sangat jauh dengan pasien yang
lemah.
• Saya bingung ketika dokter menyuruh saya pulang setelah
beberapa hari dirawat di rumah sakit. Saya pikir siapa yang
akan merawat luka di payudara saya? Saya tahu bahwa
puskesmas di dekat rumah saya tidak dapat membantu saya.
Jadi, saya harus bolak-balik ke rumah sakit. Terkadang saya
merasa sangat lemah.
Suara pasien...
• Jika saya tidak perlu pergi ke rumah sakit, saya bisa
berada di rumah. Saya ingin dirawat di rumah jika
tersedia. Mungkin akan ada masa, situasi, di mana saya
sangat sakit jika kanker telah menyebar ke bagian tubuh
lain dan saya tidak dapat pergi ke rumah sakit lagi.

• Saya tidak yakin puskesmas bisa memberikan perawatan


paliatif, tapi bagus untuk istri saya jika puskesmas bisa
menyediakannya karena akan dekat dengan rumah saya.
Namun, saya memilih untuk pergi ke rumah sakit untuk
alasan apapun karena saya mempercayai rumah sakit
untuk perawatan paliatif.
• Pengalaman Hidup Pasien Stoma Pascakolostomi
(La Rangki, Kusman Ibrahim, Aan Nuraeni (2014)
• Jumlah pasien pasca kolostomi akibat kanker kolon dan rektal
di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan.
• Kolostomi menyebabkan masalah fisik, psikososial dan
spiritual serta ekonomi.
• Tenaga kesehatan terutama perawat perlu memberikan
asuhan keperawatan terhadap pasien pasca kolostomi secara
menyeluruh.(holistik)
• Penelitian kualitatif terhadap pasien kolostomi sangat
diperlukan sebagai upaya untuk mengungkap secara
mendalam pengalaman hidup pasien pasca kolostomi dan
menemukan new insight, sehingga dapat menambah
pengetahuan perawat dalam upaya meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.
• Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi.
• Data didapatkan dengan wawancara mendalam terhadap
delapan informan yang merupakan pasien rawat jalan,
terdiri dari lima laki-laki dan tiga perempuan, usia antara
30 tahun sampai dengan 73 tahun.
• Lamanya hidup dengan kolostomi antara empat bulan
sampai dengan enam tahun. Analisis hasil wawancara
menggunakan metode Colaizzi.
• Tema yang didapatkan dari pengalaman hidup pasien
kolostomi antara lain: keterbatasan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, perubahan psikososial informan,
perubahan dalam perilaku ibadah dan distres spiritual,
• perubahan pada aktivitas seksual, sumber-sumber
dukungan bagi informan, upaya menjalani hidup dengan
kolostomi, adaptasi terhadap perubahan yang terjadi,
serta penyulit dalam menjalani hidup dengan kolostomi.
• Individu yang hidup dengan kolostomi mengalami
keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya,
termasuk perubahan psikososial, distres spiritual dan
masalah ekonomi.
• Berdasarkan penelitian ini, perawat disarankan
memberikan dukungan dan dan perhatian pada pasien
pasca kolostomi.

• Kata kunci:Kanker kolorektal, kolostomi, pengalaman


hidup
Kesimpulan

• •Pasien Kanker Kolorektal paska operasi


Colostomy permanen, merupakan salah satu
kategori pasien Paliatif
• Pasien memerlukan penanganan dari TimPaliatif
yang terdiri dari Multidisiplin ilmu
• Quality of Life pasien perlu mendapat dukungan
Tim Kesehatan maupun dukungan keluarga, agar
pasien dapat meningkatkan kemampuan/ kapasitas
diri sebagai mahluk sosial
HAK PASIEN/PATIENT RIGHTS

• To safety / berhak atas


rasa aman (tdk infeksi)
• To be informed/berhak
atas informasi
• To choose/ berhak untuk
memutuskan
• To be heard/ berhak
untuk didengar
HIPPOCRATES’S TENET
(460-335 BC)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai