Anda di halaman 1dari 39

Perawatan Paliatif: Asuhan

Keperawatan
ILHAMSYAH
PENDAHULUAN
• Saat ini di Indonesia jumlah penderita penyakit degeneratif dan penyakit kronis
seperti kanker, HIV/AIDS, Stroke, Diabetes melitus semakin meningkat.
• Tahun 2004, Depkes melaporkan diperkirakan 100 kasus penderita kanker per
100.000 orang pertahun.Data dari RS Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker
Nasional , menunjukkan jumlah pasien kanker kasus baru pada tahun 2005
berjumlah 1239 orang dan jumlah pasien kanker yang meninggaf pada tahun 2005
berjumlah 274 orang ,
• Berdasarkan data Depkes tahun 2011 Penyakit HIV/AIDS berjumlah 24.131 orang.
Jumlah penderita penyakit Stroke di RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta rata-
rata pertahun ada~ah 1000 orang, dan jumlah penderita penyakit Diabetes melitus
tahun 2005 di Indonesia sebanyak 250.000 orang pertahun. Sebagian dari
penderita penyakit degeneratif diatas akan masuk pada stadium lanjut, dimana
pasien tidak lagi berespon terhadap pengobatan kuratif.
• Hal ini menimbulkan kecenderungan semakin meningkatnya jumlah penderita
yang tidak mungkin disembuhkan dan memerlukan perawatan paliatif
Degeneratif
• Seorang perawatan professional dalam merawat lanjut
usia yang tidak ada harapan mempunyai ketrampilan
yang multi komplek. sesuai dengan peran yang dimiliki,
perawatan harus mampu memberikan pelayanan
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut
usia dan harus menyelami perasaan-perasaan hidup
dan mati
• Menurut Dadang Hawari (1977,53) “orang yang
mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul
maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan
kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”
Ggk
• Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani cuci
darah rutin akan mengalami problem
biopsikososial yang sangat kompleks, sehingga
membutuhkan perawatan paliatif
• Pasien Gagal Ginjal, perawatan paliatif tidak
mempedulikan stadium dini atau lanjut, masih
bisa disembuhkan atau tidak. Perawatan
paliatif mutlak harus diberikan kepada
penderita
Cancer
• Kanker yang memasuki saat-saat terminal adalah kanker
yang sudah dalamtahap stadium lanjut yang artinya kondisi
fisiknya sudah sangat buruk.
• Terdapat 4 stadium atau tahapan keganasan penyakit
kanker, yaitu stadium I, II, III, dan IV.Lebih jelasnya, tahapan
kanker terbagi atas stadium IA, IB, dan IIA, yang disebut
• dengan stadium kanker invasif dini, dan stadium IIB,
stadium IIIA-IIIB, danstadium IVA-IVB atau stadium kanker
invasif lanjut (Pencegahan Kanker, 20 Mei 2007). Dan
pasien-pasien yang menjalani perawatan paliatif ialah
pasien berstadium IV A – IV B atau stadium kanker invasif
lanjut.
Indikasi pelayanan paliatif pada
kanker
• Pelayanan paliatif dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan bila
didapatkan satu atau lebih kondisi di bawah ini :
• a. Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang tidak dapat diatasi
• b. Stres berat sehubungan dengan diagnosis atau terapi kanker
• c. Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya
• d. Permasalahan dalam pengambilan keputusann tentang terapi yang akan
atau sedang dilakukan
• e. Pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif
• f. Angka harapan hidup < 12 bulan (ECOG > 3 atau kanofsky < 50%,
metastasis otak, dan leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, vena
cava superior sindrom, kaheksia, serta kondisi berikut bila tidak dilakukan
tindakan atau tidak respon terhadap tindakan yaitu: kompresi tulang
belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl, kreatinin ≥3 mg/dl ). *tidak berlaku pada
pasien kanker anak
• g. Pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon dengan terapi yang
diberikan .
HIV/AIDS
• Individu dengan HIV/AIDS mengalami
permasalahan yang sangat kompleks baik secara
biologis, psikologis, sosial, spiritual maupun
kulturalnya.Karenanya sangat dibutuhkan
perawatan paliatif untuk pasien HIV/AIDS.
• Mereka masih mempunyai hak untuk tidak
menderita dan masih berhak untuk mendapatkan
pertolongan, meskipun diketahui semua
pengobatan yang diberikan pada pasien HIV/AIDS
tidak akan menyembuhkan tetapi hanya untuk
menambah harapan hidupnya.
• Perawatan Paliatif pada HIV yaitu perawatan
yang diberikan dengan pendekatan secara
mencakup pengobatan sakit, pengobatan
gejala, konsultasi dan pengobatan untuk
masalah kejiwaan dan psikologis, dukungan
dalam mengatasi stigma dan diskriminasi
penolakan dari keluarga, rujukan pada layanan
sosial, layanan kesehatan primer, perawatan
dan konsultasi, perawatan akhir-kehidupan,
dan dukungan dukacita bagi keluarga.
• Masalah keperawatan yang berkaitan dengan
keperawatan paliatif sangat kompleks, tidak hanya
berhubungan dengan aspek fisik tetapi juga
menyangkut aspek kejiwaan, aspek sosial dan aspek
spritual yang dialami, bukan hanya oleh pasien tetapi
juga menjadi masalah keluarga.
• Asuhan Keperawatan paliatif di rumah yang
dilaksanakan secara profesional, holistik dan
berkesinambungan diperlukan untuk mencapaikualitas
hidup yang lebih baik bagi pasien dan keluarga
• Pada Perawatan paliatif di samping pengobatan
penyakit dasarnya HIV dan infeksi
oportunistik/opportunistic (OI) atau komorbiditas/ co-
morbidities, perawatan juga termasuk dalam layanan
dan promosi kesehatan seperti keluarga berencana dan
layanan air bersih.
• Layanan ini diberikan sebagai bagian dari perawatan
berkelanjutan oleh sistem layanan kesehatan atau
layanan dari organisasi sosial di masyarakat.Layanan
tsb seperti perawatan masyarakat dan berbasis rumah,
tempat penitipan anak, atau rumah sakit/klinik yang
melaksanakan paliatif
B. LANDASAN HUKUM
1. Undang Nomor 12 Tahun 2008 ten tang Perubahan Kedua Atas UndangUndang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran l\Jegara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 94/Kep/M
.Pan/11 /2001 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SKlII/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 279/Menkes/SKlIV/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 /Menkes/PerN 1112008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/148/1/201 0 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161 IMenkes/Per/l/201 0 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 90S/Menkes/Per/V11/2010 tentang
Pedoman Penye'lenggaraan Pelayanan Keperawatan Keluarga;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Men kes/Per/V111/201 0 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian IKesehatan;
Perawatan Intervensi
Paliatif
Umum •Penilaian holistik terhadap kebutuhan fisik, emosi,sosial, dan spiritual dan
keluarganya
•Sistem rujukan untuk menghubungkan klien yang dapat membantu
mengatasi masalah yang telah teridentfikasi
FISIK •Penilaian, pencegahan, dan pengobatan rasa sakit
•Penilaian,pencegahan dan pengobatan gejala lain
•Pengajaran kemampuan perawatan diri untuk mengelola gejala efek
samping di rumah dan mengetahui tanda-tanda bahaya
•Pemperhatikan kebutuhan fisik dalam masa ahir kehidupan
•Perwatan oleh pengasuh kelompok dukungan konsultasi
•Dukungan dalam berdukacita, konsultasi untuk membantu keluarga dala
kesedihan dan perencana masa depan

SOSIAL •Bantuan dalam pengelolaan stigma dan diskriminasi


•Dukungan dengan isu-isu hukum seperti mempersiapkan surat wasiat
•Bantuan terhadap kebutuhan keuangan, kebutahan gizi perumahan dan
pendidikan

ROHANI •Konsultasi spritual


•Konsultasi harian untuk aktifitas rohani
•Pemakanan dan tugas-tugas kehidupan
E. MODEL PERAWATAN PALIATIF
Perawatan paliatif dapat dilaksanakan di rumah sakit, di rumah atau di
hospis.
1. Perawatan paliatif di rumah sakit (Hospice Hospital Care) Unit ini
berada didalam rumah sakit dan merupakan suatu unit tersendiri
dalam struktur organisasi rumah sakit. IKeuntungan model ,ini
adalah dapat dengan mudah mempergunakan fasilitas rumah sakit
dalam mengatasi masalah-masalah yang sulit di lapangan, baik
untuk tindakan medis, tindakan keperawatan, maupun tindakan
penunjang lainnya. Oi rumah sakit pasien bisa di rawat di poliklinik,
dirawat singkat (one day care) atau dirawat inap. Lokasi perawatan
pasien paliatif di rumah sakit ada yang diruangan tersendiri, khusus
ruangan perawatan paliatif atau digabungkan dengan pasien biasa
yang masih dalam tahap pengobatan kuratif.
2. Hospis (Hospice)
• Adakalanya pasien dalam keadaan tidak
memerlukan pengawasan ketat atau tindakan
khusus lagi, tetapi belum dapat dirawat dirumah
karena masih memerlukan pengawasan tenaga
kesehatan., pasien kemudian dirawat di suatu
tempat khusus (hospis) yang berada di luar
lingkungan rumah sakit. Unit perawatan ini bisa
berada di dalam lingkungan rumah sakit atau di
luar lingkungan rumah sakit yang pengelolaannya
di luar struktur rumah sakit. Sentuk layanan
Hospis ini belum ada di Indonesia.
3. Pelayanan paliatif di rumah
(Hospice Home Care)
• Perawatan di rumah merupakan kelanjutan perawatan di
rumah sakit. Pada perawatan paliatif di rumah, keluarga
mempunyai peran yang lebih menonjol. Sebagian besar
tindakan perawatan dilaksanakan oleh keluarga. Sebelum
pasien dibawa pulang, perlu dipertimbangkan apakah
pasien memang sudah layak dirawat di rumah dan apakah
keluarga (pelaku rawat ) sudah mampu merawat pasien di
rumah. Apabila keluarga belum mampu merawat pasien,
pelaku rawat perlu mendapat pelaNhan dari perawat untuk
melaksanakan perawatan di rumah . Tim paliatif akan
mengunjungi pasien disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan adat istiadat serta kondisi setempat. 'Konsultasi juga
dapat dilakukan melalui telepon atau sarana komunikasi
lain setiap saat.
Unsur utama pada perawatan di rumah :

1. Preventative/ pencegahan
2. Instruktive/ petunjuk
3. Therapeutic/ terapi 
- Nyeri
- Psiko-sosio-spiritual
4. Rehabilitative
5. Long maintenance
Kompetensi Perawat Paliatif
Perawat Paliatif harus mampu :
a. Mengidentifikasi faktor multidimensi yang
mempengaruhi nyeri dan gejala lain :
1) Memahami patofisiologi nyeri dan gejala lain.
2) Mengenali keunikan pengalaman nyeri dan
gejala lain .
3) Membantu mengatasi nyeri dan gejala lain
dengan tepat
b. Mengkaji gangguan yang sering ditemukan pada sistem tubuh :
1) Sistem kardiopulmonal: sesak, batuk, hemaptoe, cegukan, palpitasi.
2) Sistem pencernaan: stomatitis, mual, muntah, anoreksia, gangguan
menelan, konstipasi, diare, asites, kembung.
3) Sistem Perkemihan: inkontinensia, hematuria, anuria, poliuria.
4) Sistem reproduksi: perdarahan per-vaginam, cairan per vaginam,
gangguan fungsi seksual.
5) Sistem neurology: kelemahan, kelumpuhan, kejang. 6) Keluhan
umum: kakheksia, lemah, gangguan tidur, anemia, dehidrasi,
demam.
7) Sistem integument: luka dan gangguan kulit lain
c. Mengkaji aspek psiko, sosio, spiritual: cemas,
takut, marah, depresi, kehilangan, peran dan
fungsi dalam keluarga, masalah keuangan,
kemampuan melakukan ibadah
d. Melakukan pelayanan spesifik pada keperawatan paliatif:
1) Memberikan obat pengurang rasa sakit sesuai dengan program terapi
(mis: paracetamol).
2) Mempunyai pengetahuan tentang efek samping penggunaan obat nyeri
3) Memberikan pendidikan dan latihan teknik relaksasi dan latihan nafas
dalam.
4) Memberikan terapi keperawatan: pemijatan pada area sekitar daerah
yang nyeri.
5) Memberikan terapi komplementer: (mis: terapi raiki pada titik nyeri).
6) Memberikan kumur cairan ekstrak daun sirih (atau cairan kumur lainnya)
untuk meminimalkan nyeri mulut akibat stomatitis dan untuk
membersihkan luka.
7) Mengatur kebutuhan peralatan medis dan keperawatan yang dibutuhkan
pasien selama dirawat di rumah
e. Mengkaji dan memonitor keinginan keluarga,
kemampuan dan ketersediaan waktu dal<am
memberikan dukungan kepada pasien
f. Mengkaji dan merespon lingkungan pasien
yang beresiko
9. Mengkoordinasikan rujukan pasien ke institusi
pelayanan kesehatan lain
h. Menginisiasi dan berpartisipasi pada diskusi
kasus
i. Melindungi pasien dan keluarga dari bahaya yang mung kin terjadi
seperti alat suntik dan obat-obatan kadaluarsa
j. Melakukan pendidikan kesehatan tentang Pelayanan Keperawatan
Paliatif
k. Mengkaji kesiapan keluarga menghadapi pasien yang akan
meninggal
f. Meningkatkan profesionalisme dalam praktik Keperawatan Paliatif:
1) Meningkatkan dan menjaga citra Keperawatan Paliatif yang
profesional.
2) Berkontribusi untuk pengembangan praktik Keperawatan Paliatif.
3) Bertindak sebagai contoh atau model perawat paliatif yang efektif
m. Mengelola asuhan keperawatan paliatif :
• 1) Mendokumantasikan asuhan keperawatan
• 2) mengevaluasi mutu praktik Keperawatan
Paliatif.
• 3) Berpartisipasi dalam peningkatan mutu dan
prosedur jaminan mutu praktik Keperawatan
Paliatif
n. Mengembangkan diri di bidang Keperawatan
Paliatif sebagai wujud tanggung jawab profesi
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF
• Asuhan keperawatan paliatif dilaksanakan dengan pendekatan proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan me!a'kukan
evaluasi keperawatan .
• A. PENGKAJIAN (format terlampir)
• 1. Anamnesa
a. Data Umum : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Alamat, Pekerjaan,
Pendidikan, Status perkawinan, Suku bangsa, dst.
b. Riwayat penyakit masa lalu
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Status kesehatan saat ini
e. Pengobatan yang sedang dan pernah dilaksanakan Kemoterapi paliatif,
pembedahan paliatif, radioterapi paliatlif, pengobatan Nyeri, Anti
RetroViral (ARV) dan keluhan lain.
f. Sirkulasi cairan
• g. Pernafasan • p. Kebutuhan istirahat
• h. Neurosensori tidur
• i. Sistem pencernaan • q. Komunikasi
• j. Eliminasi • r. Faktor Keamanan dan
• k. Integumen lingkungan
• I. Reproduksi • s. Faktor psikologis,
sosial, ekonomi,
• m. Mobilisasi kultural dan spiritual.
• n. Makan dan minum
• o. Kebutuhan higiene
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Kesadaran
b. Tanda-tanda Vital
c. Pemeriksaan dari ujung ram but sampai
ujung kaki
d. Pemeriksaan Khusus pada kasus paliatif :
luka, stoma, dekubitus, udema ekstremitas/
anasarka.
3. Menganalisa hasil pemeriksaan penunjang yang
pernah dilakukan.
• a. Darah lengkap, gula darah, fungsi lever, fungsi
ginjal dll. Foto thorax untuk melihat kondisi
jantung / paru.
• b. USG: melihat adanya massa dan kelainan
organ.
• c. Biopsi : untuk mendeteksi adanya keganasan
• d. Pemeriksaan penunjang lain
B. DIAGNOSA(MASALAH)
KEPERAWATAN PALIATIF
• Diagnosa atau masalah keperawatan dapat
teridentifikasi sesuai kategori urgensi masalah
berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan,
diagnosa keperawatan yang mungkin pada
kasus paliatif sesuai 14 kebutuhan Handerson
adalah sbb:
• Gangguan oksigenisasi dan sirkulasi
• Gangguan pemenuhan kebuluhan cairan
• Gangguan Kebuluhan nutrisi
• Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari,
• Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAKIBAB,
• Gangguan citra diri/konsep diri,
• Gangguan istirahat
• Gangguan mobilisasi,
• Gangguan psikologis putus asa dan merasa tidak berguna,
• Gangguan rasa aman, nyaman
• Gangguan reproduksi
• Gangguan inlegritas kulit
• Gangguan neurosensori
• Gangguan komunikasi
C. RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN PADA KASUS
TERMINAL
• Perencanaan dilakukan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang muncul dan dipriorilaskan untuk:
• Meningkatkan kualitas hidup (contoh : mengurangi
nyeri, mgurangi sesak nafas, menangani perawatan
luka)
• Meningkatkan daya tahan tubuh,
• Mengajarkan pasien dan keluarga untuk menerima
kenyataan yang ada.
• Mengajarkan keluarga untuk menghubungi petugas
bila terjadi kondisi darurat
• Mencegah timbulnya masalah baru
D. PELAKSANAAN
Prinsip-prinsip didalam penanganan masalah
keperawatan Paliatif didasarkan pad a prioritas
masalah keperawatan yang timbul
E. EVALUASI
Evaluasi berdasarkan pada kategori masalah
keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Evaluasi mencakup dua elemen yakni evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Untuk dapat melihat
keberhasilan setiap diagnosa keperawatan diukur
sesuai dengan kriteria hasil.
PERAN SPIRITUAL DALAM PALLIATIVE
CARE
• Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam agama dan
keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit fisik
yang serius Profesional kesehatan memberikan perawatan medis menyadari
pentingnya pasien dalam memenuhi 'kebutuhan spiritual dan keagamaan.
(Woodruff , 2004: 1)
• Sebuah pendekatan kasihan kebutuhan ini meningkatkan kemungkinan pemulihan
atau perbaikan. Dalam contoh terburuk, ia menawarkan kenyamanan dan
persiapan untuk individu melalui proses traumatis penyakit terakhir sebelum
kematian. (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003 :101)
• Studi pasien dengan penyakit kronis atau terminal telah menunjukkan insiden
tinggi depresi dan gangguan mental lainnya. Dimensi lain adalah bahwa tingkat
depresi adalah sebanding dengan tingkat keparahan penyakit dan hilangnya fungsi
agunan. Sumber depresi seperti sering berbaring dalam isu-isu yang berkaitan
dengan spiritualitas dan agama. Pasien di bawah perawatan paliatif dan dalam
keadaan seperti itu sering mempunyai keprihatinan rohani yang berkaitan dengan
kondisi mereka dan mendekati kematian. (Ferrell & Coyle, 2007: 848)
• Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasa bergumul
dengan isu-isu sehari-hari penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan
orang tua dan mereka yang menghadapi kematian yang akan datang.
Kekhawatiran semacam itu telah diamati bahkan pada pasien yang telah
dirawat di rumah sakit untuk serius tetapi non-terminal penyakit. (Ferrell
& Coyle, 2007: 52).
• Studi lain telah menunjukkan bahwa persentase yang tinggi dari pasien di
atas usia 60 menemukan hiburan dalam agama yang memberi mereka
kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi, sampai batas tertentu,
dengan kehidupan.
• Agama kekhawatiran di sakit parah mengasumsikan berbagai bentuk
seperti hubungan seseorang dengan Allah, takut akan neraka dan
perasaan ditinggalkan oleh komunitas keagamaan mereka. Sering
menghormati dan memvalidasi individu dorongan agama dan keyakinan
adalah setengah pertempuran ke arah menyiapkan mereka untuk suatu
'baik' kematian (Ferrell & Coyle, 2007: 1171)
SPIRITUAL CARE

 Dasar : penuh kasih sayang (compassion)

 Provide :
- harapan dan rasa nyaman
- kesempatan untuk mendapatkan jalan
keluar
- perasaan damai melihat kehidupan dari
sudut pandang yang berbeda
TUJUAN PENDAMPINGAN SPIRITUAL
:
• PENDERITA MENINGGAL DALAM IMAN

• KELUARGA MENEGUHKAN PROSES KEIMANAN

• KELUARGA MEMBANTU MENYELESAIKAN TUGAS


DUNIAWI

• KELUARGA TETAP DALAM IMAN DAN TAQWA


SEPENINGGALNYA
“Kelangsungan hidup pasien bisa
menjadi lebih singkat bukan hanya
akibat dari penyakitnya, tetapi juga
bisa akibat dari kata-kata dan sikap
tenaga medis”

The American Medical Association’s First Code of medical


Ethics
• terimakasih

Anda mungkin juga menyukai