Anda di halaman 1dari 12

NUTRISI PADA ANAK SAKIT KRITIS

Manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-zat penting yang di kenal
istilah nutrisi. Nutrisi berfungsi untuk memperbaiki jaringan tubuh, mengatur proses dalam
tubuh, sebagai sumber energi, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Dengan
demikian, fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan energi bagi aktivitas tubuh, membentuk
struktur kerangka, dan jaringan, serta mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh.
Dalam konsep dasar nutrisi di kenal istilah nutrien. Nutrien adalah substansi organik dan
anorganik khusus yang terdapat dalam makanan yang diperlukan tubuh agar dapat menjalankan
fungsinya.
Nutrien mempunyai 3 fungsi utama:
- Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh.
- Menyediakan ‘struktur material” utuk jaringan tubuh seperti tulang dan otak.
- Mengatur proses tubuh.

Anak sakit kritis (infeksi berat, trauma, pascabedah, mayor, dll) :


 Terdapat respons hormon dan metabolik (metabolic stress responses) yang memengaruhi
pemberian nutrisi seringkali hiperkatabolisme
 Berpotensi mengalami malnutrisi (under atau overfeeding)

Tujuan pemberian nutrisi pada anak sakit kritis adalah mempertahankan fungsi organ dan
mencegah disfungsi kardiovaskular, system respirasi dan system imun, meminimalisir efek puasa,
mencegah defisiensi nutrisi, dan sebagai dukungan nutrisi sampai respon inflamasi fase akut
berakhir.

Terdapat tiga hal yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi anak sakit kritis :
1. Trauma akut memicu respon katabolic yang besarnya tergantung berat dan lamanya
trauma
2. Anak yang dirawat di unit perawatan intensif biasanya dalam keadaan tersedasi dan
tingkat aktivitasnya rendah sehingga energi untuk proses tumbuh tidak dibutuhkan
3. Suhu lingkungan perawatan intensif dalam keadaan terkontrol dan IWL sangat menurun.
PEMBERIAN NUTRISI PADA ANAK SAKIT KRITIS
Pemberian nutrisi pada anak dengan sakit kritis dapat mulai dilakukan bila :
 Pasien sudah tidak membutuhkan tata laksana akut : ABC, transfusi, koreksi asam basa
dan elektrolit
 Pasien dalam keadaan stabil

I. Menilai Status Nutrisi


a. Pengukuran Antropometri : Antropometri digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan gizi. Gangguan ini biasanya
terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah
air dalam tubuh.
Pengukuran Antropometri meliputi :
1. Umur
2. Berat Badan
3. Tinggi Badan
4. Lingkar Lengan Atas
5. Lingkar Kepala
6. Lingkar Dada
7. Jaringan Lemak
b. Laboratorium
Merupakan pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris, yang dilakukan pada
berbagai jaringan tubuh, seperti darah, urine, dll. Metode ini digunakan karena banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka hal ini dapat menentukan kekurangan gizi
yang spesifik.
c. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang berproliferasi secara cepat seperti
kulit, rambut, kuku, mata, dan mukosa tetapi juga meliputi tinjauan sistematis yang
dapat dibandingkan dengan setiap pemeriksaan fisik yang rutin.
Tanda Klinis malnutrisi :

Area pemeriksaan Tanda- tanda


Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih
BB Berlebih/ kurang
Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat/ berpigmen, ada petekie/
memar, lemak subkutan kurang
Kuku Rapuh, pucat, melengkung, bentuk seperti sendok
Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar, rapuh
Mata Konjungtiva pucat/merah,, kering, kornea lunak, kornea
berawan
Bibir Bengkak, pecah berwarna merah di pinggir mulut, fisura
vertical
Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan halus
Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah, meradang
Otot Lemah, mengecil
System Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare, konstipasi,
gastrointestinal pembesaran hati
Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa terbakar,
kesemutan di tangan dan kaki, iritabilitas

II. Menetukan Kebutuhan Kalori


1. RDA (recommended dietary allowance)
adalah jumlah setiap nutrisi yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir
semua orang sehat untuk mencegah defisiensi nutrisi.
Kecukupan energy sehari untuk bayi dan anak ( Sumber : Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi, 1983)
Golongan umur Pria Wanita
(tahun) (Kcal/kgBB/hari) (Kcal/kgBB/hari)
0–1 110 - 120 110 – 120
1-3 100 100
4-6 90 90
6-9 80 – 90 60 – 80
10 - 14 50 – 70 40 – 55
14 - 18 40 - 50 40

2. Kebutuhan kalori pada anak kondisi kritis


Penyakit kritis 25 - 30 kkal/kg/hari
Ventilasi mekanis 20 – 25 kkal/kg/hari
Luka bakar / trauma 40 – 45 kkal/kg/hari

3. REE ( Resting energy expenditure)


Adalah jumlah energy yang dibutuhkan saat istirahat ( mempertahankan suhu normal,
metabolisme basal, dalam keadaan puasa )

III. Menentukan alternative cara pemberian nutrisi


 Nutrisi Oral
Merupakan cara pemberian nutrisi yang paling ideal dan alamiah. Dapat diberikan
dalam bentuk padat, lunak ataupun cair
 Nutrisi enteral
Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi enteral total (TEN) diberikan apabila klien
tidak mampu menelan makanan atau mengalami gangguan pada saluran pencernaan
atas dan transport makanan ke usus halus terganggu. Pemberian makanan lewat
enteral diberikan melalui slang nasogastrik dan slang pemberian makan berukuran
kecil atau melalui slang gastrostomi atau yeyunostomi.
Metode pemberian nutrisi enteral :
1. Pemberian makanan secara bolus
Keuntungan cara ini adalah tidak membutuhkan waktu lama serta mengurangi
resiko kontaminasi. Kekurangan adalah mudah terjadi aspirasi.
2. Pemberian makanan secara intermiten
Makanan diberikan 2 ml/kg setiap 4-6 jam selama 20-45 menit
3. Pemberiaan makanan secara tetesan kontinu
Keuntungan dari pemberian makanan secara kontinu adalah volume residu yang
lebih sedikit dan resiko aspirasi yang sedikit.
Komplikasi nutrisi enteral :
 Aspirasi paru dan isi lambung
 Diare
 Efek samping lain pada saluran cerna : mual, muntah, kram, nyeri perut
 Defisiensi atau kelebihan berbagai nutrient dan elektrolit
Kontra indikasi pemberian nutrisi enteral :
 Berpotensi intubasi atau ekstubasi dalam 4 jam
 Hemodinamik tidak stabil
 Pasca operasi ileus
 Perdarahan gastrointestinal
 Berisiko mengalami iskemia usus dan obstruksi usus

Pemantauan pasien dengan nutrisi enteral


Frekuensi pemantauan tergantung nutrisi yang diberikan dan keadaan klinis. Berikut
table memuat parameter yang harus dinilai dalam pemantauan pasien yang
mendapat nutrisi parenteral :
Toleransi Mual, Muntah, Diare, konstipasi, distensi
abdomen
Nutrisi dan Berat badan
Metabolik Na, K, Mg, Ca, Po4, dan osmolalitas serum
Keseimbangan asam basa
Glukosa darah, ureum, nitrogen
Pemeriksaan urin
Fungsi hati
Mekanik Pastikan lokasi ngt sebelum digunakan
Irigasi selang kateter untuk pemberian
makanan intermiten

 Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN) atau
hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran gastrointestinal tidak berfungsi
karena terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan
penyerapannya terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti
melalui kateter vena sentral ke vena kava superior.
Indikasi pemebrian nutrisi parenteral :
 Prematuritas
 Kelainan congenital : gastroskisis, fistula trakeoesofagus, pembedahan abdomen
 Perdarahan gastrointestinal massif
 Pseudoobstruksi usus kronik
 Fistula usus
 Enteropati autoimun, diare berat, atau atropi mikrovilli usus
 Sindrom usus pendek
 Pancreatitis
 Sindrom disters respirasi
 Komplikasi pasca kemoterapi
Kontraindikasi pemberian nutrisi parentral :
 Saluran cerna berfungsi baik
 Hiperglikemia berat
 Gangguan elektrolit berat
 Penyakit dengan prognosis buruk

Rute akses pemebrian nutrisi parenteral :


1. Akses perifer:
 Bila diberikan lebih dari 2 minggu,
 Konsentrasi glukosa <12,5%
 Osmolaritas < 600 mOsm/L
 Waktu pemberian infuse : toleransi vena terhadap cairan osmolaritas tinggi
berkurang dengan peningkatan waktu pemberian infuse
2. Akses vena sentral
 Cairan dengan osmolaritas > 600 mOsm/L
 Pemberian lebih dari 2 minggu

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Nutrisi


1. Pengkajian Keperawatan (Supariasa dkk, 2002)
 Pengukuran Antropometri
 Laboratorium
 Data Clinical
a. Keadaan fisik : apatis, lesu
b. Berat badan : obesitas, underweight
c. Otot : fleksi/lemah, tonus otot kurang, tidak mampu bekerja
d. Sistem saraf : bingung, paresthesia, refleks menurun
e. Fungsi Gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi.
f. Kardiovaskular : denyut nadi > 100 x/mt, irama abnormal, TD rendah/tinggi
g. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah, mudah patah
h. Kulit : kering, pucat iritasi, lemak di subkutan tidak ada
i. Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa pucat
j. Gusi : peradangan, perdarahan
k. Lidah : edema, hiperemis
l. Gigi : karies, nyeri, kotor
m. Mata : konjungtiva pucat, kering, exoptalamus, tanda-tanda infeksi
n. Kuku : mudah patah
 Diet Pasien
Data diet didapatkan dari pasien maupun dari keluarga, meliputi :
 24-hours Recall Methode : Data yang dikumpulkan adalah tentang porsi makan,
pola makan dan snack, waktu makan dan tempat makanan biasa diletakan
 Food diaries
Pertanyaan tentang frekuensi makan, makanan apa saja yang dimakan khususnya
dalam 3-7 hari sebelum sakit menggambarkan intake nutrisi pasien apakah
adekuat atau tidak
 Riwayat keperawatan dan diet :
 Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan
 Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus
 Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya
 Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar
 Adakah toleransi makan atau minum tertentu
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2000), Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah
kebutuhan nutrisi antara lain :
a. Ketidakseibangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Faktor yang berhubungan :
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Ketidakmampuan untuk mengabsorpso nutrien
4) Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
5) Ketidakmampuan untuk menelan makanan

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan meliputi ONEC (O, Nursing, Education, Colaboration)
Menurut NANDA (2013), intervensi keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan
nutrisi meliputi :
Diagnosa : Ketidakseibangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Tidak adanya tanda-tanda malnutrisi
d. Menunjukan peningkatan fungsi menelan
e. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Intervensi
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Monitor adanya mual, muntah dan diare
d. Monitor turgor kulit
e. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
f. Monitor kadar albumin, Hb dan Ht
g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
h. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
i. Berikan substansi gula
j. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
k. Ajarkan pasien bagaimana caar membuat catatan makanan harian
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan nutrisi (Kim, McFarland dan
McLane, 1995 dalam Potter dan Perry):
a. Pemberian nutrisi melalui oral
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yanga di lakukan pada
pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan membantu
memberikan makan /nutrisi melqlui oral (mulut)bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien
b. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung
Pemberian nutrisi melalui pia penduga/lambung merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau
tidak mampu menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa
penduga adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
c. Pemberian nutrisi melalui perentral
Merupakan pemberian nutrisi berupa cairan inpus yang dimasukkan kedalam tubuh
melalui darah vena,( untuk nutrisi perantral parsial).

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam (Supariasa, 2012) :
a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kempuan dalam makan serta
adanyua perubahan nafsu makan apabila kurang dari kebutuhan
b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditentukan dengan tidak adanya tanda kekurangan
atau berlebihan berat badan
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukan dengan adanya
proses pencernaan makan yang adekuat
Ketidakseimbangn nutrisi NOC : Nutrition Management
kurang dari kebutuhan tubuh
 Nutritional Status : food and  Kaji adanya alergi makanan
b/d gangguan absorbsi
Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup  Adanya peningkatan berat
 Anjurkan pasien untuk
untuk keperluan metabolisme tubuh. badan sesuai dengan
meningkatkan intake Fe
tujuan
 Anjurkan pasien untuk
 Berat badan ideal sesuai
meningkatkan protein dan vitamin C
Batasan karakteristik : dengan tinggi badan
 Berikan substansi gula
 Mampu mengidentifikasi
- Berat badan 20 % atau lebih di  Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi
bawah ideal mengandung tinggi serat untuk
 Tidak ada tanda tanda
- Dilaporkan adanya intake mencegah konstipasi
malnutrisi
makanan yang kurang dari RDA  Berikan makanan yang terpilih (
 Tidak terjadi penurunan
(Recomended Daily Allowance) sudah dikonsultasikan dengan ahli
berat badan yang berarti
- Membran mukosa dan gizi)
konjungtiva pucat  Ajarkan pasien bagaimana
- Kelemahan otot yang digunakan membuat catatan makanan harian.
untuk menelan/mengunyah  Monitor jumlah nutrisi dan
- Luka, inflamasi pada rongga kandungan kalori
mulut  Berikan informasi tentang
- Mudah merasa kenyang, sesaat kebutuhan nutrisi
setelah mengunyah makanan  Kaji kemampuan pasien untuk
- Dilaporkan atau fakta adanya mendapatkan nutrisi yang
kekurangan makanan dibutuhkan
- Dilaporkan adanya perubahan
sensasi rasa
Nutrition Monitoring
- Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan  BB pasien dalam batas normal
- Miskonsepsi  Monitor adanya penurunan berat
- Kehilangan BB dengan makanan badan
cukup  Monitor tipe dan jumlah aktivitas
- Keengganan untuk makan yang biasa dilakukan
- Kram pada abdomen  Monitor interaksi anak atau orangtua
- Tonus otot jelek selama makan
- Nyeri abdominal dengan atau  Monitor lingkungan selama makan
tanpa patologi  Jadwalkan pengobatan dan
- Kurang berminat terhadap tindakan tidak selama jam makan
makanan  Monitor kulit kering dan perubahan
- Pembuluh darah kapiler mulai pigmentasi
rapuh  Monitor turgor kulit
- Diare dan atau steatorrhea  Monitor kekeringan, rambut kusam,
- Kehilangan rambut yang cukup dan mudah patah
banyak (rontok)  Monitor mual dan muntah
- Suara usus hiperaktif  Monitor kadar albumin, total protein,
- Kurangnya informasi, Hb, dan kadar Ht
misinformasi  Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Faktor-faktor yang berhubungan :
 Monitor pucat, kemerahan, dan
Ketidakmampuan pemasukan atau kekeringan jaringan konjungtiva
mencerna makanan atau  Monitor kalori dan intake nuntrisi
mengabsorpsi zat-zat gizi  Catat adanya edema, hiperemik,
berhubungan dengan faktor hipertonik papila lidah dan cavitas
biologis, psikologis atau ekonomi. oral.
 Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
DAFTAR PUSTAKA

NANDA International. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.


EGC

NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


NANDA. Yogyakarta. Med Action

Nurmaningsih. 2016. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat BAB 19 cetakan ketiga. Jakarta. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia

Supariasa, I Dewa Nyoman. Dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta. EGC

Lismidar, dkk. 1990. Proses Keperawatan. Universitas Indonesia. Jakarta

Kim, McFarland dan McLane, 1995 dalam Potter dan Perry, Fundamental Keperawatan Volume
2

Anda mungkin juga menyukai