Anda di halaman 1dari 22

AIKA 1

T. SIPIL/1/P2K

Pertemuan 14
 Hakekat bid'ah
 Macam-macam bid’ah

 Hukum bid’ah

 Pengertian dan akibat dari Sihir perdukunan dan


peramalan
SETELAH MENGIKUTI PERKULIAHAN
MAHASISWA DIHARAPKAN DAPAT :
1. Membaca al-Qur’an surat al-Baqarah(2):102-103
2. Menjelaskan tentang hakekat bid’ah
3. Menyebutkan dan menjelaskan tentang macam-macam
bid’ah
4. Mengetahui dan menjelaskan tentang hukum bid’ah
5. Menyebutkan contoh-contoh bid’ah
6. Menjelaskan pengertian dan akibat sihir, perdukunan
dan peramalan
7. Membedakan antara sihir, perdukunan dan peramalan
8. Menyebutkan contoh-contoh sihir, perdukunan dan
peramalan
HAKIKAT BID’AH

 Bid’ah secara bahasa.


 Secara etimologi, bid’ah artinya setiap perkara baru yang
diadakan atau diciptakan tanpa adanya contoh terlebih
dahulu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala ‫ات‬ : ِ ‫س َم َو‬
َّ ‫بَ ِد ْي ُع ا ل‬
‫ض‬ِ ‫ َوا َألْر‬.
“Allah pencipta langit dan bumi (tanpa contoh)”. (QS Al
Baqarah : 117).
 Makna secara bahasa ini mencakup perkara dunia dan
akhirat, sehingga dapat kita katakan bahwa mobil, kereta,
pesawat, handphone, ilmu mushtolah hadits dan lain-lain
adalah bid’ah secara bahasa, karena tidak ada contoh
sebelumnya. Namun sesuatu yang menurut bahasa bid’ah,
belum tentu secara istilah dianggap bid’ah.
BID’AH SECARA ISTILAH
Para ulama berbeda-beda ungkapan dalam mendefinisikan
bid’ah.
 Imam Asy Syafi’i rahimahullah dalam riwayat Ar Rabie’
berkata :” Bid’ah adalah sesuatu yang menyelisihi al
qur’an, atau sunnah, atau atsar para shahabat Rosulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam “.
Asy Syathibi rahimahullah berkata,” Bid’ah adalah
sebuah tata cara dalam agama yang dibuat-buat yang
menyerupai syari’at yang maksudnya adalah berlebih-
lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala”.[4]
 Ibnu Rajab rahimahullah berkata,” Yang dimaksud dengan bid’ah
adalah setiap yang diadakan dari apa-apa yang tidak ada asalnya
dalam syariat yang menunjukkan kepadanya, adapun bila ada asal
(dalil) syari’at yang menunjukkan kepadanya maka bukanlah
bid’ah secara syari’at walaupun dianggap bid’ah secara bahasa”.
[5]

 As suyuthi rahimahullah berkata,”Bid’ah adalah ungkapan tentang


perbuatan yang bertabrakan dengan syari’at dengan cara
menyelisihinya atau melakukannya dengan cara menambah atau
mengurangi”.[6]
BAGIAN :
[1] Perbuatan bid’ah dalam adat istiadat (kebiasaan) ; seperti adanya
penemuan-penemuan baru dibidang IPTEK (juga termasuk
didalamnya penyingkapan-penyingkapan ilmu dengan berbagai
macam-macamnya). Ini adalah mubah (diperbolehkan) ; karena asal
dari semua adat istiadat (kebiasaan) adalah mubah.
[2] Perbuatan bid’ah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram,
karena yang ada dalam dien itu adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-
rubah) ; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya :
Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di
dalam urusan kami ini yang bukan dari urusan tersebut, maka
perbuatannya di tolak (tidak diterima)”. Dan di dalam riwayat lain
disebutkan : “Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang
bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak”.
MACAM-MACAM BID’AH
 [1] Bid’ah qauliyah ‘itiqadiyah : Bid’ah perkataan yang keluar dari
keyakinan, seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu’tazilah, dan
Rafidhah serta semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat
sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.
  [2] Bid’ah fil ibadah : Bid’ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada
Allah dengan apa yang tidak disyari’atkan oleh Allah : dan bid’ah
dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu :
  [a]. Bid’ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu
mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari’at
Allah Ta’ala, seperti mengerjakan shalat yang tidak disyari’atkan,
shiyam yang tidak disyari’atkan, atau mengadakan hari-hari besar
yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun, kelahiran dan lain
sebagainya.
 
[b]. Bid’ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang
disyariatkan, seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau
shalat Ashar.
[c]. Bid’ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu
menunaikan ibadah yang sifatnya tidak disyari’atkan seperti membaca
dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjama’ah dan suara yang
keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah
sampai keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam
[d]. Bid’ah yang bentuknya mengkhususkan suatu ibadah yang
disyari’atkan, tapi tidak dikhususkan oleh syari’at yang ada. Seperti
mengkhususkan hari dan malam nisfu Sya’ban (tanggal 15 bulan
Sya’ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam
dan qiyamullail itu disyari’atkan, akan tetapi pengkhususannya dengan
pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.
HUKUM DAN CONTOH-CONTOHNYA
Segala bentuk bid’ah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan
sesat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
 “Artinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-
urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang
baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat”. [Hadits
Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].
 Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
 “Artinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan
dari kami maka perbuatannya tertolak”.
 Dan dalam riwayat lain disebutkan :
 “Artinya : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari
oleh urusan kami maka amalannya tertolak”.
 Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang
diada-adakan dalam Ad-Dien (Islam) adalah bid’ah, dan
setiap bid’ah adalah sesat dan tertolak.
 Artinya bahwa bid’ah di dalam ibadah dan aqidah itu
hukumnya haram.
Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk
bid’ahnya, ada diantaranya yang menyebabkan kafir
(kekufuran), seperti thawaf mengelilingi kuburan untuk
mendekatkan diri kepada ahli kubur, mempersembahkan
sembelihan dan nadzar-nadzar kepada kuburan-kuburan
itu, berdo’a kepada ahli kubur dan minta pertolongan
kepada mereka, dan seterusnya.
Begitu juga bid’ah seperti bid’ahnya perkataan-perkataan orang-
orang yang melampui batas dari golongan Jahmiyah dan Mu’tazilah.
Ada juga bid’ah yang merupakan sarana menuju kesyirikan, seperti
membangun bangunan di atas kubur, shalat berdo’a di sisinya. Ada
juga bid’ah yang merupakan fasiq secara aqidah sebagaimana halnya
bid’ah Khawarij, Qadariyah dan Murji’ah dalam perkataan-perkataan
mereka dan keyakinan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan ada juga
bid’ah yang merupakan maksiat seperti bid’ahnya orang yang
beribadah yang keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan shiyam yang dengan berdiri di terik matahari,
juga memotong tempat sperma dengan tujuan menghentikan syahwat
jima’ (bersetubuh).
PENGERTIAN SIHIR
 [A]. Sihir Menurut Bahasa.
Al-Laits mengatakan, Sihir adalah suatu perbuatan yang
dapat mendekatkan diri kepada syaitan dengan bantuannya.
Al-Azhari mengemukakan, Dasar pokok sihir adalah
memalingkan sesuatu dari hakikat yang sebenarnya kepada
yang lainnya [1]. Ibnu Manzur berkata : Seakan-akan tukang
sihir memperlihatkan kebathilan dalam wujud kebenaran dan
menggambarkan sesuatu tidak seperti hakikat yang
sebenarnya. Dengan demikian, dia telah menyihir sesuatu
dari hakikat yang sebenarnya atau memalingkannya.[2]
 Syamir meriwayatkan dari Ibnu Aisyah, dia mengatakan :
Orang Arab menyebut sihir itu dengan kata as-Sihr
karena ia menghilangkan kesehatan menjadi sakit. [3]

Ibnu Faris[4] mengemukakan, Sihir berarti menampakkan


kebathilan dalam wujud kebenaran. [5] Di dalam kitab Al
Mu'jamul Wasiith disebutkan : Sihir adalah sesuatu yang
dilakukan secara lembut dan sangat terselubung. [6]
Sedangkan didalam kitab Muhiithul Muhiith disebutkan,
Sihir adalah tindakan memperlihatkan sesuatu dengan
penampilan yang paling bagus, sehingga bisa menipu
manusia. [7]
 [B]. Sihir Dalam Istilah Syari'at.
Fakhruddin ar-Razi mengemukakan, Menurut istilah Syari'at,
sihir hanya khusus berkenaan dengan segala sesuatu yang
sebabnya tidak terlihat dan digambarkan tidak seperti hakikat
yang sebenarnya, serta berlangsung melalui tipu daya.[8]
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan, Sihir adalah ikatan-
ikatan, jampi-jampi, perkataan yang dilontarkan secara lisan
maupun tulisan, atau melakukan sesuatu yang mempengaruhi
badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa
berinteraksi langsung dengannya.
 Sihir ini mempunyai hakikat, diantaranya ada yang bisa
mematikan, membuat sakit, membuat seorang suami
tidak dapat mencampuri istrinya atau memisahkan
pasangan suami istri, atau membuat salah satu pihak
membenci lainnya atau membuat kedua belah pihak
saling mencintainya.
 Ibnul Qayyim mengungkapkan, Sihir adalah gabungan
dari berbagai pengaruh ruh-ruh jahat, serta interaksi
berbagai kekuatan alam dengannya.[10]
 [C]. Beberapa Sarana Tukang Sihir Untuk Mendekati Syaitan.
Diantara tukang sihir itu ada yang menempelkan mushhaf dikedua kakinya,
kemudian ia memasuki WC. Ada yang menulis ayat-ayat al-Qur'an dengan
kotoran. Ada juga yang menulis ayat-ayat al-Qur'an dengan menggunakan
darah haidl. Juga ada yang menulis ayat-ayat al-Qur'an di kedua telapak
kakinya. Ada juga yang menulis Surat al-Faatihah terbalik. Juga ada yang
mengerjakan sholat tanpa berwudhu'. Ada yang tetap dalam keadaan junub
terus-menerus. Serta ada yang menyembelih binatang untuk
dipersembahkan kepada syaitan dengan dengan tidak menyebut nama Allah
pada saat menyembelih, lalu membuang sembelihan itu ke suatu tempat
yang telah ditentukan syaitan.[11] Dan ada juga yang berbicara dengan
binatang-binatang dan bersujud kepadanya. Serta ada juga yang menulis
mantra dengan lafazh-lafazh yang mengandung berbagai makna kekufuran.
AKIBAT DARI SIHIR, PERDUKUNAN DAN
PERAMALAN
 Sihir hanya mendatangkan bahaya dan sama sekali tidak bermanfaat bagi
manusia. Allah Ta’ala berfirman:
 “Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi madharat kepadanya dan
tidak memberi manfaat (Al Baqarah : 102).  
 “Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang” (Thaha : 69)

 Orang yang mengajarkan sihir adalah kafir. Allah Subhanahu wata’ala


berfirman :
 “Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir) hanya syaitan-syaitan
itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada
manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri babil yaitu
Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu kepada
seseorangpun) sebelum mengatakan, “sesungguhnya kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. (Al Baqarah : 102).
 Hukuman bagi tukang sihir adalah dibunuh,
pekerjaannya haram dan jahat. Orang-orang bodoh, sesat
dan lemah iman pergi kepada para tukang sihir untuk
berbuat jahat kepada orang lain atau untuk membalas
dendam kepada mereka. Di antara manusia ada yang
melakukan perbuatan haram, dengan mendatangi tukang
sihir dan memohon pertolongan padanya agar terbebas
dari pengaruh sihir yang menimpanya.
 Hukum orang yang mendatangi tukang ramal atau
dukun, jika mempercayai terhadap apa yang
dikatakannya adalah kafir, keluar dari agama Islam.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
 “Barang siapa mendatangi dukun dan tukang ramal, lalu
membenarkan apa yang dikatakannya, sungguh dia telah
kufur terhadap apa yang diturunkan kepada
Muhammad”. (HR Ahmad: 2/ 429, dalam shahih jami’
hadits, no : 5939)
 Adapun jika orang yang datang tersebut tidak
mempercayai bahwa mereka mengetahui hal-hal ghaib,
tetapi misalnya pergi untuk sekedar ingin tahu, coba-
coba  atau sejenisnya, maka ia tidak tergolong orang
kafir, tetapi shalatnya tidak diterima selama empat puluh
hari. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
 “Barang siapa mendatangi tukang ramal, lalu ia
menanyakan padanya tentang sesuatu, maka tidak di
terima shalatnya selama empat puluh malam” (Shahih
Muslim : 4 / 1751).
ALHAMDULILLAH

Anda mungkin juga menyukai