Anda di halaman 1dari 17

SINDROMA NEFROTIK

INSIGHT

dr. Cita Dianita Zealand


DEFINISI
• Sindrom nefrotik, adalah suatu kondisi yang ditandai
dengan kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari
proteinuria masif (berat), hipoalbuminemia,
hiperkolesteronemia serta edema. Karenanya, sindrom
nefrotik sendiri sebenarnya bukan penyakit, tetapi
manifestasi berbagai penyakit glomerular berbeda.
EPIDEMIOLOGI
• Sindrom nefrotik yang tidak menyertai penyakit sistemik
disebut sindroma nefrotik primer. Penyakit ini ditemukan
90% pada kasus anak. Insidens di Indonesia diperkirakan
6 kasus per-tahun tiap 100.000 anak kurang dari 14
tahun. Rasio antara lelaki dan perempuan pada anak
sekitar 2:1. Laporan dari luar negeri menunjukkan 2/3
kasus anak dengan SN dijumpai pada umur kurang dari 5
tahun.
Pasien syndrome nefrotik primer secara klinis dapat
dibagi dalam tiga kelompok :
• Kongenital
• Responsive steroid, dan
• Resisten steroid
ETIOLOGI
• 1. SINDROM NEFRITIK PRIMER
• 2. SINDROM NEFRITIK SEKUNDER
PATOFISIOLOGI
KRITERIA DIAGNOSIS
• 1. OEDEMA
• 2. Proteinuria masif (≥ 40 mg/m2 LPB/jam atau rasio
protein/kreatinin pada urine sewaktu > 2mg/mg atau
dipstick ≥ 2+ )
• 3. Hipoalbuminemia (≤ 2,5 gr/dL)
• 4. Hiperkolesterolemia (>250 mg/uL)
TAMBAHAN
• Laju endap darah meningkat. Ureum meningkat, kalsium
menurun, kalium meningkat tes fungsi ginjal dapat
menurun, hipertensi, oliguria
TATALAKSANA
• Pengobatan dengan prednison diberikan dengan dosis
awal 60 mg/m2/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80
mg/hari) dalam dosis terbagi tiga, selama 4 minggu,
dilanjutkan dengan 2/3 dosis awal (40 mg/m2/hari,
maksimum 60 mg/hari) dosis tunggal pagi selang sehari
(dosis alternating ).
• Bila terjadi relaps, maka diberikan prednison 60
mg/m2/hari sampai terjadi remisi (maksimal 4 minggu),
dilanjutkan 2/3 dosis awal (40 mg/m2/hari) secara
alternating selama 4 minggu. Pada sindrom nefrotik
resisten steroid atau toksik steroid, diberikan obat
imunosupresan lain seperti siklofosfamid per oral dengan
dosis 2-3 mg/kgbb/hari dalam dosis tunggal di bawah
pengawasan dokter nefrologi anak.
• Dosis dihitung berdasarkan berat badan tanpa edema
( persentil ke -50 berat badan menurut tinggi badan ). Bila
ada edema anasarka diperlukan tirah baring. Selain
pemberian kortikosteroid atau imunosupresan, diperlukan
pengobatan suportif lainnya, seperti pemberian diet
protein normal (1,5-2 g/kgbb/hari), diet rendah garam (1-2
g/hari) dan diuretik.
• Diuretik furosemid 1-2 mg/kgbb/hari, bila perlu
dikombinasikan dengan spironolakton (antagonis
aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-3 mg/kgbb/hari bila
ada edema anasarka atau edemayang mengganggu
aktivitas. Jika ada hipertensi dapat ditambahkan obat
antihipertensi
• Pemberian albumin 20-25% dengan dosis 1 g/kgbb
selama 2-4 jam untuk menarik cairan dari jaringan
interstisial dan diakhiri dengan pemberian furosemid
intravena 1-2 mg/kgbb dilakukan atas indikasi seperti
edema refrakter, syok, atau kadar albumin ≤1 gram/dL.
Terapi psikologis terhadap pasien dan orangtua
diperlukan karena penyakit ini dapat berulang dan
merupakan penyakit kronik.
• Komplikasi pada sindrom nefrotik Penurunan volume
intravascular (syok hipovolemik), Kemampuan koagulasi
yang berlebihan (thrombosis vena), Infeksi (khusunya
selulitis, peritonitis, pneumonia, dan septicemia), Efek
samping terapi steroid yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai