HUMANISME
KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA:
● Nurindah Mawaddah MR 200701502076
● Andi Halim Wirahadikusumah 200701501118
● Muh. Afdhol Isnan 200701501078
● Sri Indayani 200701501134
● Beatrice Sarah Sadra 200701502108
● Zahwa 200701502100
● Ruqaiah Attamimi 200701502132
● Ranny Wahyu Utami 200701501030
PENGERTIAN HUMANISME
● Humanisme secara harfiah memiliki akar kata yang erat kaitannya dengan kata
“humus” yang bearti tanah atau bumi. Dari kata tersebut kemudia muncul istilah
homo (manusia), humanus (manusiawi) dan humilis (kerendahan hati).
● Humanisme adalah suatu paham filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan
kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria segala sesuatu.
● Humanisme sudah ada sejak zaman filsafat Yunani, dengan tokohnya yang
terkenal ialah Aristoteles. Pada zaman renaissance modern sampai abad ke-19
terkenal sejumlah pendidik humanis, seperti: Thomas Aquina, Erasmus,
Comenius, Rousseau, dan Peztalozzi. Dalam bidng politik terkenal Machiavilli.
Dalam bidang psikologi berkembang aliran psikologi humanistic dengan tokoh
utama William Maslow, Carl Rogers, dan Hamacheck.
Asal Mula Gerakan Humanisme
● Dalam bidang filsafat, konsep humanisme mengalami berbagai perubahan makna ketika dipakai
oleh para filsuf dalam periode historis yang berbeda. Misalnya pada zaman pencerahan
(enlightenment) yang ditandai dengan usaha melepaskan diri dari paham tradisional bahwa
manusia hanya bisa dipahami dalam konteks tatanan ilahi dan iman. Paham humanisme
menunjuk kepada proyek membangun kehidupan manusia dan masyarakat menurut tatanan dan
aturan akal budi. Proyek pencerahan ini mencakup juga analisis mengenai kemampuan manusia
untuk memahami realitas, yakni melaui akal budi (reason), seperti yag dilakukan oleh Immanuel
Kant. Humanisme Jean-Paul Sartre dalam pertengahan abad ke-20 memiliki makna yang lain
karena menolak eksistensi kodrat manusia yang secara tradisional dipandang sebagai yang
bersifat objektif dan permanen.
● Sejumlah ahli sejarah Abad Pertengahan seperti R.W.Southern menggunakan istilah untuk
menggambarkan hakikat proyek kaum skolastik pada permulaan abad ke-12 yang disebut
sebagai humanisme skolastik. Ciri khasnya ialah penekanan pada martabat kodrat manusia yang
membuatnya dapat memahami realitas, penggunaan metode introspeksi sebagai alat
penyelidikan, serta usaha untuk menjalin persahabatan, baik yang bersifat manusiawi maupun
ilahi. Humanisme ini pada dasarnya memandang peradaban klasik sebagai tolak ukur standar
dan model dalam menuntun segala macam kegiatan budaya.
● Pada awal abad ke-20 Wilhelm Dilthey, Giovanni Gentile, Ernst Cassirer menafsirkan
humanisme sebagai filsafat nilai kemanusiaan, khususnya nilai individualisme, sekularisme, dan
otonomi moral, seperti sudah diidentifikasi oleh Burckhardt. Humanisme Renaissance bukanlah
sebuah sistem filosofis, meskipun gerakan ini memiliki sejumlah faham filosofis tersendiri.
Kurikulum humanisme hanya mencakup satu bidang filsafat yakni filsafat moral. Penghidupan
dan penemuan kembali karya klasik dalam zaman itu memungkinkan mereka untuk berkenalan
dengan karya filsuf yunani khususnya yang ditulis oleh Plato.
Makna dan Pokok Penting filsafat
Humanisme
M.Sastrapedja dalam teks pidatonya berjudul “Setelah 500 tahun, berakhirkah
humanisme?” mengatakan bahwa humanisme bukanlah sebuah konsep yang
bersifat monolitik, akan tetapi memiliki beberapa model yang semuanya
mengedepankan paham dimensi esensial manusia universal.
Kenyataan ini meneguhkan kepercayaan bahwa pada hakikatnya manusia itu sama dan memanggul
kedudukan yang berbeda karena rekonstruksi sosial dan warisan, bukan bawaan genetik. Di sini, filsafat
humanisme mendapat tempat bahwa hakikatnya manusia itu setara dan bebas tanpa terbelenggu oleh kasta
atau strata sosial
Seperti sudah disampaikan pada awal, humanisme adalah sebuah gerakan intelektual dan etis yang
menempatkan manusia sebagai pusat refleksi. Humanisme memberikan penekanan pada pentingnya
martabat manusia. Artinya, manusia tidak pernah boleh dijadikan sebagai instrumen untuk tujuan apa
pun. Disaat-saat seperti ini. Kita sebagai manusia yang memiliki sifat kemanusiaan dianjurkan untuk
membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Pandemi Covid-19 menyadarkan dan membuka kembali kesamaan antarumat manusia, yakni kerentanan
universal (common vulnerability). Sebagai manusia, kita terbentuk dari materi yang sama dan rentan.
Oleh karena itu, kita semua adalah saudara dan saudari terlepas dari perbedaan agama, ras, budaya,
status sosial, dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
• Jurnal Filsafat Vol.22,Nomor 2,Agustus 2012
• Filsafat Ilmu Pengetahuan Darwis A. Soelaiman 2019, penerbit : bandar
publishing, aceh
TERIMAKASI
H