Anda di halaman 1dari 16

KONSTRUKSI ALAT UKUR

(Definisi dan Tujuan)

Dosen Pengampu:
Andy Chandra, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Konstruksi Alat Ukur
Alat ukur psikologi adalah alat ukur yang obyektif
dan dibakukan alat sampel perilaku tertentu
(dengan mengukur intensitasnya) dan yang dapat
diukur pada manusia dan hewan.

Tujuan memelajari konstruksi alat ukur:


Diharapkan agar mampu membuat alat ukur yang
baik, terutama dalam hal pembuatan aitem/butir
yang sesuai dengan tujuan pembuatan dan teori
apa yang mendasari pembuatan aitem tersebut.
Aitem
Osterlind (1990a) mendefinisikan aitem tes sebagai atribut mental
yang merupakan unit pengukuran dari suatu konstruk psikologis
tertentu yang berisi stimulus atau pernyataan (dituliskan dalam
sebuah form/lembar) dengan tujuan mendapat respons dari
individu.

Definisi aitem diatas terbatas dengan maksud penggunaan aitem


untuk tes prestasi dan kemampuan. Untuk tes seperti kepribadian,
data berupa data wawancara, bentuk essay, tidak termasuk dalam
definisi aitem yang dijelaskan.
A. Makna Konstruk Psikologis
1. Konstruk dan Definisi

Definisi tidak sepenuhnya identik dengan konstruk


namun dapat menjadi dasar untuk menentukan konsep
psikologi yang akan diukur. Definisi umumnya berisi
dua aspek yaitu sifat umumnya dan sifat khususnya.
Sebagai contoh dalam konstruk sabar tidak hanya
menggambarkan konsep umum (menahan pikiran,
perkataan, emosi, atau perbuatan) namun juga sifat
khusus (yang merupakan respon awal, bertujuan
kebaikan, serta taat aturan)
2. Memilih Konstruk
Terdapat 3 masalah dalam memilih konstruk,
yaitu:
 Masalah bahasa,
 Masalah budaya, dan
 Masalah kebaharuan.
3. Konstruk dalam Psikologi
Konstruk psikologi pada umumnya (minimal)
memiliki salah satu dari 3 aspek berikut ini:
• Aspek afektif,
• Aspek kognitif, dan
• Aspek psikomotor/ konatif.
B. KONSTRUK VS TEORI
Konstruk berbeda dengan teori yaitu pada antecendent (sebab)
dan consequent (akibat) dari konstruk tersebut.

1. Antecendent
Antecendent adalah hal yang mendahului konstruk dan menyebabkan
aktivitas dalam konstruk yang dimaksud. Misalnya keberagamaan
(religiusitas) menyebabkan meningkatnya kesabaran. Dalam contoh ini
religiusitas menjadi antecendent dari konstruk kesabaran.
2.
2. Consequent
Consequent adalah hal yang didahului oleh konstruk tertentu dan akibat
dinamika dari konstruk maka muncul dinamika dari consequent.
Misalnya kemampuan berpikir kritis (konstruk berpikir kritis) merupakan
hal yang memengaruhi perilaku menyontek siswa.
C. Aspek dalam Konstruk
 Aspek, dimensi, dan atribut  Konstruk dengan Satu
Aspek dikenal juga dengan Aspek
dimensi maupun atribut
Tes kreatifitas verbal
merupakan hal-hal apa saja
yang menjadi dasar merupakan salah satu
konseptual dari tiap alat ukur yang dibuat
konstruk. Konstruk agresi, dari konstruk psikologi
misalnya, terdiri dari dua yang memiliki satu
aspek yaitu agresi verbal dan aspek.
agresi non-verbal. Dengan
demikian aspek atau dimensi
dari konstruk agresi adalah
non-verbal dan verbal.
C. Aspek dalam Konstruk
 Konstruk dengan Banyak  Konstruk Kompleks
Aspek adalah konstruk yang tidak
Dalam konstruk intelegensi
sekedar memiliki
yang memiliki banyak
aspek, intelegensi dianggap beberapa aspek namun
sebagai kemampuan untuk juga aspek dari konstruk
menyelesaikan dapat bertingkat dan
permasalahan dalam masing-masing tingkat
kehidupan seseorang. dapat memiliki satu atau
lebih aspek didalamnya.
Cth: tes kompetensi
moral.
D. Indikator
Indikator merupakan sesuatu yang sangat operasional dan
sesuai dengan karakter budaya atau konteks dimana
instrumen pengukuran akan digunakan.

Dengan demikian indikator menjadi panduan untuk


menentukan bagaimana sebuah aspek dapat terlihat nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya aspek optimis dapat
diukur dengan melihat seberapa yakin seseorang akan
masa depan yang lebih baik.
E. Blue Print
Salah satu tujuan dari blue print adalah untuk menjaga
agar setiap aitem sesuai dengan indikator dan setiap
indikator sesuai dengan aspek yang dimaksud dalam
konstruk tersebut. Selain itu, blue print juga menjadi
panduan dalam penentuan skor masing-masing aitem atau
cara melakukan skoringnya.
Selain itu, blue print juga menjadi pedoman agar tidak
terjadi pengulangan aitem yang dapat menyebabkan
penurunan tingkat validitas dan reliabilitas dari aitem yang
ada. Secara umum, blue print akan memastikan validitas
instrumen dari tahap perencanaan hingga tahap penyusunan
aitem.
F. Aitem
Aitem merupakan ujung tombak dari sebuah pengukuran
psikologis. Aitem adalah kalimat atau sesuatu yang menjadi
stimulus untuk memancing munculnya indikator yang dimaksud
sesuai dengan aspeknya. Aitem yang baik akan mendorong
munculnya indikator sebagaimana aspek yang ingin diukur.

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aitem adalah:


1. Pertanyaan atau pernyataan,
2. Situasi atau masalah, dan
3. Seberapa banyak.
G. Favorable dan Unfavorable
 Apabila aitem sejalan dengan konstruk disebut dengan favorable karena
semakin baik respon terhadap aitem akan menunjukkan semakin tinggi
nilai yang didapat dari aspek tersebut. Dengan demikian aitem yang
memiliki sifat favorable adalah aitem yang akan memberikan skor lebih
tinggi ketika individu merespon secara baik pada indikator yang
dimaksud.

 Apabila aitem berlawanan dengan konstruk bersifat sebaliknya. Aitem ini


biasanya disebut dengan istilah unfavorable. Respon positif terhadap
aitem unfavorable akan mengarahkan pada skor yang lebih rendah dari
konstruk yang dimaksud dalam setiap aitem. Semakin banyak dan
semakin kuat respon positif terhadap sebuah aitem unfavorable maka
akan semakin rendah skor individu dalam konstruk psikologis yang
dimaksud.
H. Bentuk Respon yang Diharapkan
Dalam setiap instrumen pengukuran psikologis, respon dapat beragam sesuai
dengan ketepatan pengukuran dari indikator yang dimaksud. Beberapa respon akan
lebih tepat jika di respon dengan memberikan jawaban namun instrumen yang lain
mungkin akan lebih baik ketika responnya dengan memperagakan.
1. Menjawab, contohnya untuk menilai konstruk kreativitas verbal.
2. Memeragakan, contohnya untuk menilai konstruk keahlian seperti presentasi
misalnya.
3. Menulis, baik menulis cerita/ jawaban maupun membuat gambar, misalnya tes
WARTEGG, graphologi, dsb.
4. Menceritakan, contohnya dalam tes TAT.
Menilai Respon

Adapun beberapa cara dalam menilai respon


adalah sebagai berikut:
1. Benar-salah,
2. Tidak ada yang salah,
3. Keluasan respon,
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai