Anda di halaman 1dari 3

Transforming Political Community : A Response to the Critics

Andrew Linklater

Saya dan Schweller tidak setuju tentang sifat dan tujuan dari teori hubungan internasional.
Schweller menerima argumen Waltz bahwa teori neo-realist memiliki kegunaan yang nyata
karena menjelaskan kekuatan berulang dalam dunia politik walaupun lingkup penjelasan
yang ia miliki lebih sederhana. Titik awal dari hambatan struktural yang mana mendorong
negara-negara yang tidak sama untuk berperilaku dengan cara yang sangat mirip. Bagi
Schweller, kemajuan yang terjadi belakangan ini menjelaskan tentang masalah utama pada
dunia politik, perang dan perdamaian, konflik dan kooperasi, menjadikan neo-realisme
menjadi lebih jelas, elegan, dan penuh kekuatan dari semua perspektif, dan tolak ukur.

Dalam hal ini kami tidak berselisih. Tidak ada ahli teori kritis yang dipengaruhi oleh Marx
akan menyangkal bahwa teori normatif harus terlibat dengan struktur sosial yang sebenarnya
dan konflik sosial yang nyata. Namun, Schweller gagal mengenali bahwa teori kritis dalam
tradisi Marxian secara luas menghindari pengunduran diri terhadap nasib politik internasional
dan mundur ke dalam khayalan utopis. Schweller menetapkan target yang mudah, namun tak
tampak dengan menyarankan bahwa, saya percaya bentuk-bentuk baru komunitas politik
ditakdirkan untuk muncul dalam waktu dekat ketika kepercayaan liberal berlaku. Schweller
percaya bahwa neo realisme adalah bentuk panutan dari teori hubungan internasional karena
menjelaskan kekuatan yang berulang. Dia mengidentifikasi perlunya teori normatif namun
adanya hambatan struktural yang bagi Schweller merupakan sifat mutlak dari dunia politik
yang meninggalkan peran yang terlalu sempit. Masalah yang dianalisis menggunakan metode
ini sudah pernah didiskusikan di dalam ulasan awal dan tidak ada yang mengulangnya.
Kesulitan utama saya adalah terkait bagaimana Schweller membagi teori normatif menjadi
dua tipe utama : liberal, intolerant, dan irrelevant menjadi teori utama dan isu praktis didalam
dunia politik sebagaimana Schweller mendefinisikannya. Kedua, mengacu pada neo-realisme
yang tak tertandingi dalam kejelasan logika deduktifnya Kesulitan utama saya adalah dengan
cara Schweller membagi teori normatif menjadi dua jenis utama: yang pertama liberal, tidak
toleran dan tidak relevan dengan inti masalah teoretis dan praktis dalam politik dunia seperti
yang didefinisikan Schweller; yang kedua mengacu pada neo-realisme, dan yang tak
tertandingi dalam kejelasan logika deduktifnya serta patuh terhadap pembentukan kebijakan
luar negeri.

Schweller tidak memiliki respon untuk argumen yang menyatakan bahwa negara bagian
mungkin mengamankan hubungan eksternal mereka, walaupun mengubah karakteristik
mererka menjadi komunitas politik yang berbeda. Itu adalah sebuah perubahan radikal yang
ada didalam dunia politik yang tidak mungkin tanpa adanya perubahan fundamental terhadap
sifat manusia, sebuah kejadian yang tidak pernah terjadi di sepanjang hidupnya. Beberapa
komentar dari Walker mungkin dapat menopang posisi Schweller. Walker beragumen bahwa
Hobbes dan Weber (salah satu realis politic paradigmatis pada zaman sekarang)
mengemukakan sebuah tantangan utama untuk versi saya dalam critical project, sedangkan
orang-orang seperti Habermas gagal untuk memahami sulitnya mengambil kedaulatan dan
kemenangan Carl Schmitt.
Awalnya dalam karyanya, Walker mengklaim bahwa saya berargumen terhadap sebuah
bentuk dari universalisme normatif, yang mana menyingkirkan sisa-sisa dari partikulatitas.
Dalam tahapan setelahnya, Walker menuliskan bahwa kecenderungan univeralitik saya
ditempa dengan perhatian saat ini terhadap perbedaan dan keberagaman. Walker
menyimpulkan posisi saya lebih akurat disaat ia mengingat ketertarikan saya dalam membela
bentuk sensitif yang berbeda dari universalisme. Paling tidak, ada satu alasan yang dipercaya
oleh Walker bahwa universalisme menjadi pokok sistem dari negara dan tercemari oleh
asosiasi yang tidak baik. Seringkali tidak memberikan hak prioritas warga negara terhadap
kemanusiaan. Hal ini adalah tema penting dalam pendekatan saya terhadap bagaimana suatu
negara pada masa modern ini mengkonstruksikan universalitas dan keberagaman. Tema
kosmopolitan tidak begitu kuat untuk membubarkan suatu negara dalam asosiasi politik yang
lebih luas, tetapi mereka cukup kuat untuk mengendalikan partikularisme yang berlebihan.

Maksud dari komentar Walker pada point ini sukar dipahami namun kata kuncinya adalah
upaya untuk menantang sebuah negara dengan mengargumentasikan univesalisme yang peka
terhadap perbedaan dalam sebuah terms yang ditentukan oleh negara yang berdaulat.
Disamping itu Walker juga menyarankan sebuah pertarungan dapat terjadi dan dapat
dimenangkan. Ia mempertahankan bahwa kedaulatan dan subjektifitas modern saat ini sangat
berkembang, terpecah-pecah, dan dibentuk ulang kedalam praktik spasialtemporal. Walker
menyarankan bahwa argument The Transformation of Political Community secara sederhana
menjawab perdebatan antara realisme dan idealisme, gagal dalam menantang negara atau hal
lain yang memiliki terms dan kurangnya respons serius terhadap posisi yang diambil oleh
Hobbes, Weber, dan Schmitt. Sebuah tantangan efektif pada posisi mereka dapat
mengkonfigurasikan ulang sebuah hubungan antara universalisme dan keberagaman
dibanding dengan hak istimewa satu atas lainnya. Saya membagikan pandangan ini namun
tetap berpegang pada perhitungan ambiguitas modernitas yang meyoroti prospek dari bentuk
baru komunitas politik.

Tanggapan saya terhadap Jean Bethke Elshtain relatif singkat karena saya menemukan
hampir semua dari komentarnya sangat cocok. Kritik utamanya adalah bahwa bahasa dari
universalitas dan perbedaan setelah sekian lama menjadi bagian dari slogan dibanding sebuah
pemikiran yang kuat yang berdasarkan sebuah pemikiran analisis yang sama kuatnya.
Argumen saya dalam kosmopolitanisme adalah terhubung dengan ketertaritkan pada politik
orang pribumi dan untuk tingkat yang lebih rendah dalam negara yang memiliki minoritas
politik. Ada sebuah kesejajaran dengan diskusi Elshtain terhadap nasionalisme yang baru.
Kelompok yang memenangkan pertarungan dalam self-determination biasanya membawa
kelompok-kelompok yang memiliki budaya yang berbeda dengan mereka, dan pertanyaan
yang mendesak adalah tentang hak terakhir yang dapat melindungi politik yang baru.
Jaminan konstitusional yang memberikan hak istimewa kepada minoritas dan akuntabilitas
kepada komunitas internasional, berhubungan dengan membela kaum minoritas. Saya
percaya bahwa poin-poin terebut tentang pengamanan internasional pada hak minoritas akan
segera menjawab pertanyaannya tentang apa artinya hidup pada masyarakat yang tidak
memiliki perbedaan hierarkis. Norman Geras berargumen bahwa fokus saya pada hak dasar
untuk berpartisipasi dalam dialog tampaknya menolak pertimbangan dasar. Seperti yang telah
dikatakan oleh Geras, terdapat perselisihan tentang bagaimana seseorang memiliki prinsip-
prinsip moral substantif daripada ketidaksepakatan tentang prinsip-prinsip mereka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai