Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PENGANTAR KONSELING KARIER”


(Dibuat untuk memenuhi nilai pada Mata kuliah Konseling Karier Siswa)

DOSEN PENGAJAR :

Arie Gunawan HZ., S.Psi., M.Psi., Psikolog


A. Muhammad Aditya., S.Psi., M.Psi., Psikolog

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

- Dixie Dean Lakka (4519091018) - Nurul Adinda Jafri (4519091098)


- Ragilia Putri W. (4519091047) - Nur Aulia Wiranti (4519091153)
- Christiane Sefanya M. (4519091104) - Raisa (4519091048)
- Tasya Leony Poting (4519091022) - Dwi Maharani (4519091136)
- Arfina Saldy (4519091121) - Khalil Adnan (4519091094)
- Maulida Nurul F. (4519091095) - Nelvy Sunarsy
- Denise Dasilva K. (4519091068) - Muhammad Hasbi M.
- Shinta Aisyah Hasyim (4519091168)

UNIVERSITAS BOSOWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat


sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Konseling Karier Siswa
terkait Pengantar Konseling Karier ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Arie Gunawan HZ., S.Psi., M.Psi., Psikolog dan Bapak A. Muhammad
Aditya., S.Psi., M.Psi., Psikolog Pada Mata kuliah Konseling Karier Siswa. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai pembahasan
tersebut.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini, Terima Kasih.

Makassar, 12 Maret 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………..…………...........................
DAFTAR ISI ………………………..............………………..................................
BAB I PENDAHULUAN ………………...…..…………..….…….……………...
A. LATAR BELAKANG ……...……..……………………………..……….………………
B. RUMUSAN MASALAH ………....………………………………………………………
C. TUJUAN PEMBAHASAN ……...……………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ……………………..……….……….…….………...….


A. KEBUTUHAN AKAN KONSELING KARIER .………………………………………
B. DEFINISI KONSELING KARIER …………..…………………………………………
C. TUMPANG TINDIH KONSELING KARIER DENGAN PROSES PEMBERIAN
BANTUAN KARIER LAINNYA ……………………..………………………................
D. BAGAIMANA KONSELING KARIER BERBEDA DENGAN KONSELING
PERSONAL ……………………….…………………………..…………………………
E. KARAKTERISTIK PERMASALAHAN YANG BISA DIBANTU MELALUI
KONSELING KARIER ……………………….…………………………..…………….
F. PROSES INTI YANG MEMBEDAKAN KONSELING KARIER DENGAN
KONSELING PADA UMUMNYA ………………………………………………………
G. KARAKTERISTIK KONSELOR KARIER YANG EFEKTIF ………………………
H. PENGENALAN TERHADEDAP KONSELING KARIER INTEGRATIF ………….

BAB III PENUTUP …………………………………………………………….


A. KESIMPULAN ……………………………………………………………...……

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan karir atau sering disebut dengan konseling karir atau
bimbingan pekerjaan sejatinya adalah salah satu bentuk upaya dari untuk
memaksimalkan pengembangan diri dari siswa ataupun sesorang yang
membutuhkan bimbingan sehingga mampu berkembang sesuai dengan
kemampuan dan terarah menuju hal yang diharapkan.
Bimbingan karir adalah suatu proses membantu seseorang untuk
mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran
tentang dunia kerja di luar dirinya, mempertemukan gambaran diri tersebut
dengan dunia kerja itu untuk pada akhirnya dapat memilih bidang pekejaan,
memasukinya dan membina karir dalam bidang tersebut”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian Latar Belakang diatas dapat ditarik rumusan
masalah yakni sebagai berikut :
1. Apa Itu Konseling Karier?
2. Bagaimana Konseling Karier itu digunakan dalam kehidupan?
3. Apa manfaat dari Konseling Karier?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang
terkait dalam pembahadan mengenai konseling karier.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Akan Konseling Karier


Perkembangan zaman sangat berpengaruh pada perkembangan berbagai
lini kehidupan termasuk didalamnya pemilihan pekerjaan dan pengembangan
karir yang sesuai dengan diri. Tidak akan bisa dipisahkan dari kehidupan
individu. Seseorang butuh bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan
hidupnya, menabung, mempersiapkan masa depan, dihargai, maju dan
berkembang, serta menunjukkan eksistensi diri sebagai manusia seutuhnya.
Secara teoritik, berbagai istilah tentang pekerjaan dan karier perlu dibahas
lebih lanjut. Seringkali orang bingung atau menyamakan apa yang dimaksud
dengan pekerjaan, posisi, jabatan, karier, dan perkembangan karier.
Pekerjaan memiliki arti 'apa yang saya kerjakan dan imbalan apa yang
saya peroleh dari hal tersebut?' pekerjaan dalam teori karier hanya kerja di
dari aspek mengerjakan dan aspek imbalan tanpa ada aspek psikologis. Dapat
diartikan bahwa, untuk melakukan apa yang disebut sebagai pekerjaan,
individu tidak membutuhkan kesenangan, kesesuaian, dan pemilihan.
Seseorang bekerja karena harus dan butuh untuk bekerja, lebih daripada itu
tidak lagi masuk ke dalam konsep pekerjaan.
Posisi merupakan nama lain dari peranan individu dalam keseluruhan
rentang hidup. Seringkali posisi dialami begitu saja dan tidak ada kaitan nya
dengan pembentukan karier. Namun tidak jarang pula posisi individu akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan kariernya. Sebagai contoh: posisi
atau peran sebagai mahasiswa Psikologi pada suatu Perguruan Tinggi akan
mendukung individu untuk bisa mengembangkan kariernya sebagai konselor.
Karier sebagai konselor tidak akan terwujud apabila individu tersebut
memiliki posisi sebagai bagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan atau Fakultas Teknik. Konsep posisi sangat berkaitan dengan
pertanyaan, 'siapa saya, bagaimana saya, dan mengapa saya berada disini?
Ketika individu dapat menjawab dan memberikan penjelasan mengenai
pertanyaan-pertanyaan di atas, maka individu dapat memahami posisi dirinya
dengan baik. Pemahaman tersebut dapat pula diartikan bahwa konsep siapa
saya, bagaimana saya, dan mengapa saya ya ada di sini berkait antara satu
dengan lainnya. Rujuk dari contoh diatas, seorang mahasiswa Psikologi
dikatakan memahami posisinya apabila dia mampu menjawab ketiga
pertanyaan tersebut. Misalnya: 'nama saya ya Wanita, saya adalah seorang
mahasiswi Psikologi tingkat akhir yang saat ini sedang menyelesaikan
penulisan tugas akhir sebagai salah satu prasyarat pengukuhan gelar Sarjana.
Saya berada disini karena saya berkeinginan untuk menjadi Psikolog di salah
satu lembaga ABK setelah saya lulus dan mengambil pendidikan profesi
Psikologi.
Ketika masuk pada pekerjaan tertentu, individu kemungkinan terbesar
akan menemukan istilah jabatan. Jabatan dapat diartikan sebagai tangga
struktural yang boleh diraih oleh individu untuk bisa sampai ke tingkat teratas
dari perkembangan kariernya. Sayangnya, tidak semua pekerjaan yang bisa
dilakukan begitu saja, jabatan memerlukan karakteristik yang lebih khusus
yaitu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan tertentu agar individu bisa
naik ke level yang lebih tinggi. Karakteristik yang dimaksud bisa jadi di
ditetapkan oleh institusi tempat individu bekerja, sehingga semua pekerja
memiliki kesempatan yang sama untuk bisa mendaki tangga struktural yang
dimaksud.
Lebih jauh lagi, apa yang disebut sebagai karir bisa didefinisikan
dengan lingkup sempit dan lingkup luas. Dalam lingkup yang sempit, karier
dimaknai sebagai:
a. pekerjaan yang dilakukan sebagai panggilan hidup, dan
b. pekerjaan yang meresap ke dalam hidup, mewarnai pola pikir,
tumbuh dan berkembang sebagai gaya hidup (lifestyle).

Sedangkan secara luas, Gybers (1983) menjabarkan karir ke dalam tiga hal:
a. peran hidup (life role), misalnya selaku pekerja, anggota keluarga,
dan anggota masyarakat;
b. lingkup kehidupan (life setting), mencakup di mana individu
berada saat ini seperti meniti karier di suatu lembaga kerja tertentu,
memegang jabatan sebagai Dekan di salah satu satu Perguruan
Tinggi, dan
c. peristiwa hidup (life event), meliputi keseluruhan proses dalam
hidup berkaitan dengan karier, termasuk didalamnya memilih
berbagai pekerjaan yang memungkinkan untuk dimasuki,
memasuki pekerjaan tersebut, menyesuaikan diri dengan pekerjaan
baru, kondisi kondisi tertentu yang mengharuskan individu
kehilangan pekerjaan, mengundurkan diri dari tempat kerja,
dipindahtugaskan, dan sebagainya.

Dari sini jelas sudah bawa pengertian karir tidak sesempit pengertian
pekerjaan, posisi, atau jabatan. Karier bisa berlangsung sepanjang hidup,
memberikan implikasi bagi bidang kehidupan lainnya. Karir merupakan
terminologi yang didalamnya bisa ditemukan apa yang dimaksud dengan
pekerjaan, posisi, maupun jabatan sebagai bagian kecilnya. Dengan demikian
perkembangan karier (carier development) pun bisa ditebak apa maknanya.
Merupakan kondisi aspek fisik, psikis, sosial, edukasi, ekonomi, dan
kesempatan dalam pembentukan karier individu pada keseluruhan jangka
hidup individu (life span). Bisa disimpulkan bahwa proses perkembangan
karir melibatkan proses yang terjadi secara fisik dan psikis, sosial, edukasi,
dan ekonomi yang bisa terjadi pada siapapun dan sejak lahir hingga
meninggal.
Dengan adanya perkembangan karier yang melibatkan berbagai aspek
dalam hidup individu tidak jarang akan menemui berbagai hambatan dan
kesulitan dalam memaknai dan menjalankan karir diri.
Oleh karena tidak semua individu mampu menyelesaikan permasalahan
terkait kariernya. Terdapat beberapa asumsi yang mendasari praktik konseling
karier adalah sebagai berikut:
1. Individu memiliki kemampuan dan kesempatan untuk membuat
pilihan karier yang bagi dirinya sendiri tergantung konteks sosial,
ekonomi, budaya, dan individu.
2. Peluang dan pilihan karir tersedia bagi semua orang tanpa
memandang jenis kelamin, keadaan sosial-ekonomi, ekonomi,
agama, orientasi seksual, usia, maupun budaya.
3. Individu secara alamiah dihadapkan pada pilihan karier sepanjang
hidup mereka.
4. Individu pada umumnya terlibat dalam berbagai peran kerja di
seluruh jangka hidup mereka.
5. Konselor karier membantu individu untuk mengeksplorasi,
menetapkan dan mencapai tujuan karir mereka.
6. Konseling karir pada dasarnya terdiri dari empat elemen:
- membantu individu untuk memperoleh kesadaran diri yang lebih
besar di berbagai aspek seperti pemerolehan dan pemahaman
akan hal-hal yang penting dalam diri, nilai-nilai diri,
kemampuan yang dimiliki, dan karakteristik kepribadian.
- membantu individu untuk menyadari potensi diri dan
menghubungkan dengan informasi yang diperoleh seputar
pekerjaan.
- membantu individu dalam proses pengembalian keputusan agar
mereka dapat memilih jalur karier yang sesuai dengan
kepentingan, nilai-nilai, kemampuan dan karakteristik
kepribadiannya.
- membantu individu untuk menjadi perencana dan pengatur aktif
perkembangan karier mereka (termasuk mengelola transisi
karier dan menyeimbangkan berbagai peran kehidupan dengan
peran karier) serta menjadi pembelajaran seumur hidup dalam
arti pengembangan profesional berhubungan dengan karier.
7. Alasan mengapa seseorang masuk pekerjaan tertentu bervariasi,
tergantung pada apa yang paling dibutuhkan oleh individu yang
bersangkutan.
8. Pengambilan keputusan karir bukanlah sesuatu yang hanya terjadi
sekali dalam hidup individu, melainkan merupakan proses yang
berkelanjutan yang mungkin terjadi pada usia berapapun, sepanjang
hidup.
9. Semua bentuk pekerjaan bermakna dan memberikan kontribusi
bagi keberhasilan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga tidak ada
pekerjaan yang buruk di dunia ini.

B. Definisi Konseling Karier


Berdasarkan penelitian para ahli, banyak ditemukan definisi yang
mengarah pada konseling karier. Muncul pertama kali adalah Frank Parsons,
seorang akademis, profesor, pengacara, dosen, dan penulis sebagai buku yang
memiliki kepedulian pada perkembangan karier. Menggambarkan bahwa
konseling karier adalah serangkaian tahapan yang meliputi:
a. Pengembangan kesadaran individu melalui proses testing,
pengumpulan data dengan inventori dan atau prosedur lainnya
untuk memperoleh gambaran traits (karakteristik) individu.
b. Mencari informasi berbagai jenis pekerjaan yang sesuai dengan
potensi dan karakteristik diri.
c. Memilih pekerjaan dengan alasan yang tepat (brown, 1984).
Menurut Parsons, konseling karier memilik 6 tahapan sistematis yaitu:
1. Analisis
2. Sintesis
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Treatment
6. Follow-up
Menurut Gsybers dan Moore, menggambarkan bahwa proses konseling
karier terdiri atas 2 bagian utama, yaitu proses untuk mengisentifikasi
permasalahan karier konseling dan proses untuk menyelesaikan masalah yang
telah diidentifikasi sebelumnya.
National Career Development Association (NCDA, 1988)
menerangkan bahwa konseling karier merupakan aktivitas konseling yang
dilakukan individu atau kelompok yang sedang mengalami kesulitan
berhubungan dengan pekerjaan, pengambilan keputusan karier, perencanaan
karier, pemetaan karier, dan atau permasalahan karier. Sedangkan Crites
(1981) agak berbeda dengan pendapat diatas, Ia menyebutkan bahwa
pandangannya konseling karier tidak sesempit itu, akan tetapi pada
perkembangannya permasalahan karier ini akan sangat berpengaruh terhdap
permasalahan lainnya

C. Tumpang Tindih Konseling Karier dengan Proses Pemberian Bantuan


Karier Lainnya
Dalam pelaksanaannya, konseling karier kemungkinan besar akan
mengalami tumpang tindis dengan berbagai proses pemberian bantuan karier
yang lain, sebagaimana disajikan dalam gambar dibawah ini oleh Narhan &
Hill (1992).

PELATIHAN
KARIER

BIMBINGAN KONSELING
KARIER PERSONAL

KONSELING
KARIER
Konseling
Aspek Bimbingan Karier Pelatihan Karier
Karier
Konseli Individu yang Individu yang Individu yang
membutuhkan membutuhkan membutuhkan
bantuan berhubungan bantuan bantuan
dengan permasalahan berhubungan berhubungan
karier dengan dengan
permasalahan permasalahan
karier karier
Rentangan Hampir semua orang Orang-orang Orang-orang
Konseli pernah mengalami tertentu dan dengan keadaan
banyak yang khusus,
mengalami hal membutuhkan
serupa bantuan yang
lebih mendalam
Kualitas Ringan Ringan-Sedang Sedang-Berat
Bantuan
Makna Pemberian bantuan Pemberian bantuan Pemberian
berupa bimbingan berupa pelatihan bantuan kepada
kepada individu yang pada individu individu untuk
mengalami kesulitan tertentu yang bisa
sehubungan dengan mengalami menyelesaikan
kariernya, biasanya kesulitan untuk permasalahan
berbentuk orientasi bisa lebih efektif perkembangan
dan informasi karier dalam karier, berujung
menjalankan karier pada
pengambilan
keputusan,
penyelesaian
masalah,
perkembangan
diri menjadi
pribadi yang
lebih positif,
dan perubahan
perilaku terkait
karier
Fungsi Preventif- Developmental Kuratif
Developmental
Contoh Siswa SMA yang Karyawan yang Individu dengan
hendak melanjutkan ingin memiliki karakteristik
ke PTN dan tidak kecakapan untuk permasalahan
memahami presentasi di depan karier yang khas
persyaratan masuk pimpinan dengan
efektif, wirausaha
yang ingin
mengembangkan
jejaring namun
tidak memahami
metodenya, dll

Konseling karier merupakan langkah kuratif atas permasalahan yang


dimiliki oleh konseli. Rentangan permasalahan lebih luas dengan jumlah
konseli yang lebih sedikit memungkinkan terjadinya tumpang tindih dalam
proses pemberian bantuan. Dalam hal ini, konselor hendaknya jeli dalam
memilih individu mana yang bisa diintervensi menggunakan konseling karier.
Tidak menutup kemungkinan dalam pross konseling karier, proses guidance,
coaching dan konseling personal ditemui.

D. Bagaimana Konseling Karier Berbeda dengan Konseling Personal?


Konseling personal merupakan proses pemberian bantuan yang bersifat
lebih umum. Bahkan individu yang datang pada konselor biasanya akan
melakukan konseling personal meskipun tidak mengetahui secara pasti
bagaimana pembagian jenis masalah yang dibantu menggunakan konseling
secara teoretik. Konseling personal yang biasanya dilakukan ole para
konselor umumnya menangani masalah yang berkenaan dengan bidang-
bidang kehidupan yaitu: masalah bidang kepribadian, masalah bidang sosial
atau hubungan individu dengan lingkungan sekitar, masalah akademik dan
belajar, masalah bidang karier, dan masalah bidang moral keagamaan/yang
berhubungan dengan kehidupan spiritual.Sedangkan konseling karier
merupakan menangani persoalan karier sesorang.
Digambarkan secara tersurat bahwa salah satu masalah yang ditangani
oleh konselor pada konseling personal adalah masalah bidang karier sehingga
dapat disimpulkan bahwa konseling karier merupakan salah satu bagian dari
konseling personal. Konseli yang datang pada konselor, sering kali tidak
mengetahui apa permasalahan yang sesunguhnya. Namun demikian, konselor
memiliki/ keterampilan untuk mengidentifikasi jenis masalah tersebut dan
kemudian membawa permasalahan bidang karier ke konseling karier sebagai
penyelesaiannya. Sebenarnya semua konselor dapat dibekali keterampilan
untuk menyelenggarakan konseling karier integratif. Hanya saja, tidak semua
konselor memiliki keterampilan yang efektif untuk bisa menyelenggarakan
konseling karier. Apabila dalam perkembangannya seorang konselor ingin
memfokus diri pada spesialisasi konseling karier, maka hal ini diperbolehkan,
sama seperti konselor lain yang mungkin mengkhususkan pada pemberian
bantuan seperti masalah pernikahan, masalah agama, atau masalah
pendidikan.

E. Karakteristik Permasalahan yang Bisa Dibantu melalui Konseling


Karier
Menurut Brown & Brooks ( 1991) mengatakan bahwa permasalah yang
dapat dibantu melalui proses konseling karir ini bersifat spesifik. Dan
spesifikasi ini dapat menjadi perbedaan antara konseling karir dengan
konseling personal ataupun jenis konseling lainnya.
Adapun 6 permasalahan khusus yang sering terjadi dalam konseling
karir adalah sebagai berikut:
a. Indecisiveness
Dapat diartikan sebagai ketidakmampuan dalam mengambil
keputusan karier. Sebagai catatan, ketidakmampuan pemilihan
karier oleh individu indecisiveness ditandai dengan kurangnya
kejelasan kognisi dalam dirinya (lack of cognitive clarity). Individu
tidak memiliki keterampilan untuk mengukur kelebihan dan
kelemahan yang ada pada dirinya dan menghubungkannya dengan
kebutuhan lingkungan, dan itu bisa saja terjadi karena lemahnya
cognitive clarity yang dimiliki oleh individu akan berdampak pada
kesalahan dalam pengambilan keputusan karier.
b. Undecidedness
Jenis permasalahan ini ditandai dengan ketidakmampuan
individu untuk memilih karier yang tepat untuk dirinya sendiri. Hal
tersebut bisa digaris bawahi bahwa individu undecidedness
biasanya kebingungan untuk mengambil suatu keputusan karier
disebabkan oleh banyak hal, misalnya tidak ada pilihan karier sama
sekali, tidak mengetahui kebutuhan karirnya, dan pilihan kariernya
terlalu banyak sehingga justru membuat individu tersebut merasa
tidak mampu menjatuhkan pilihannya.
c. Work Performance
Hasil kerja merupakan salah satu indikator untuk mengukur
apakah individu bisa menjalani pekerjaannya dengan baik dan bisa
berprestasi dalam bekerja atau tidak. Keterampilan individu untuk
menampilkan kinerjanya secara optimal dapat meningkatkan
eksistensi dirinya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada
individu-individu tertentu yang sebetulnya giat bekerja, menyukai
pekerjaannya, namun tidak bisa menunjukkan hasil kerjanya.
Individu seperti ini lebih memilih untuk pasif di dalam lingkungan
pekerjaannya. Individu yang sehat dalam kariernya ditandai dengan
kemampuan untuk menjalankan keseluruhan proses karier,
termasuk di dalamnya menunjukkan hasil kerja yang telah
dipercayakan kepadanya.
d. Incongruence Between The Person And The Work Role
Permasalahan ini merupakan ketidaksesuaian antara diri
dengan pekerjaan yang sedang digeluti. Bisa jadi individu masuk
ke dalam sebuah pekerjaan bukan karena keinginannya sendiri.
Banyak individu yang masuk ke dalam pekerjaan karena terpaksa,
tetapi mereka bisa menerima dan akhimya belajar untuk bisa
menjadi lebih baik. Sebaliknya, banyak pula individu yang tetap
belum bisa bersahabat dengan tempatnya bekerja bahkan dengan
pekerjaannya, sehingga hanya akan muncul keterpaksaan setiap
menyelesaikan tugas bukan hanya permasalahan nyaman atau tidak
nyaman, inkongruensi bisa mengarah pada keadaan tertekan dan
terganggunya kesehatan mental individu. Itulah mengapa
penelusuran bakat, minat, dan kondisi diri serta lingkungan sangat
dibutuhkan dalam proses pemilihan karier individu.
e. Job Stress
Berada pada posisi tertentu dari sebuah pekerjaan sering kali
memberikan tekanan tersendiri untuk individu. Tuntutan pekerjaan
yang tidak pernah ada habisnya, kebutuhan pasar untuk
memperoleh yang terbaik dari penyedia barang atau jasa kebutuhan
di luar karier yang akan tumpang tindih dengan pekerjaan bisa
menjadi sumber masalah bagi individu. Individu yang tidak mampu
mengelola hal ini tentu akan berkembang buruk. Selain itu
pemahaman bahwa setiap pekerjaan memerlukan tanggung jawab
dan tingkat kesukaran yang berbeda-beda perlu ditanamkan pada
diri sendiri.
f. Inadequate integration of the work role with the other life roles
Setiap individu memiliki peran psikologis dan sosial yang
berbeda-beda. Untuk setiap individu akan ada lebih dari satu peran
yang harus dijalani dalam kehidupan. Peran yang melekat pada diri
individu tidak bisa dipungkiri akan sangat berpengaruh pada
bagaimana seseorang menjalankan karierya. Individu yang
memiliki kesesuaian peran karier dengan peran lain dalam
hidupnya kebanyakan akan lebih berkembang dengan sehat
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kesesuaian
antara keduanya.
Dari keenam jenis permasalahan karier yang dideskripsikan di atas
merupakan klasifikasi yang bertujuan untuk memudahkan para konselor
karier dalam mendiagnosis masalah konselinya. Pada kenyataannya,
terkadang permasalahan yang ditemui di lapangan lebih luas daripada itu atau
justru tumpang tindih antara jenis permasalahan yang satu dengan lainnya.
Tetap saja hal ini membutuhkan keterampilan dan kejelian konselor karier
untuk menetapkan permasalahan yang sedang dialami oleh konseli yang
dibantunya.

F. Proses Inti yang Membedakan Konseling Karier dengan Konseling pada


Umumnya
Cognitive Clarity merupakan istilah baru bagi para konselor pemula.
Menggunakan keterampilan konseling personal, cognitive clarity tidak
ditemui dalam pendekatan integrative. Cognitive clarity merupakan pembeda
konseling karir dengan konseling personal dan konseling lainnya selain dititik
dari jenis masalah.
Terminologi cognitive clarity merujuk pada derajat kejelasan kognisi
individu tidak adanya pikiran-pikiran yang rasional berbuhungan dengan
karier, pengambilan keputusan karier dan perkembangan karier. Cognitive
clarity bisa menjadi penghambat nomor satu bagi individu ketika mereka
akan melakukan pengambilan keputusan karier. Begitu pentingnya peran
cognitive clarity individu sehingga dalam tahap pertama konseling karier
perlu bagi konselor untuk mengukur dan mematakannya dengan jelas.
Pengetahuan konselor akan derajat kejelasan kognisi konselingnya akan
sangat berpengaruh terhadap proses pemberian bantuan yang akan dilakukan.
Apakah langsung menggunakan konseling karier atau bukan.

G. Karakteristik Konselor Karier yang Efektif


Konselor karir yang efektif merujuk pada individu yang memiliki
kemampuan untuk membantu konseli dengan permasalahan karir sehingga
dapat mencapai tujuan yaitu suatu hal yang berhubungan dengan
permasalahan karir konseli. Brown & Brooks (1991) menjelaskan bahwa
terdapat beberapa kompetensi yang harus di miliki oleh konselor karir,
diantaranya:
1. Menguasai keterampilan dan pengetahuan mengenai teknik
konseling umum serta memiliki keterampilan untuk membangun
sebuah hubungan.
2. Memiliki kemampuan memanfaatkan konseling sebagai proses
dalam membantu mengatasi permasalahan perkembangan karirnya.
3. Memiliki kemampuan mengembangkan kesadaran diri seperti nilai,
minat, keterampilan dan cara penerapannya sebagai pengetahuan
diri untuk pelaksanaan konseling karir.
4. Kemampuan untuk membantu konseli mengenali adanya stereotype
tentang karir pada diri mereka dan membantu mengatasi hal
tersebut.
5. Kemampuan untuk membantu konseli mengenli peran penting
dalam hidup sehingga membantu konseli dalam melakukan
pengambilan keputusan.
6. Kemampuan membantu konseli untuk mengambil keputusan karir.
7. Memiliki wawasan dan pengetahuan seperti :
- Ketenagakerjaan, informasi mengenai pekerjaan, training
persiapan kerja.
- Konsep dasar perkembangan karir.
- Teori perkembangan karir dan teori pengambilan keputusan.
- Sistem yang dapat membantu mengembangkan, menyimpan dan
menggunakan informasi pekerjaan.
- Peran gender yang terdapat di lingkungan konseli.
- Pengaruh sosial budaya yang bisa mempengaruhi pengambilan
keputusan karir konseli
8. Kemampuan dalam mengukur dan menilai bakat, minat, nilai,
kepribadian dan aspek lain yang terdapat pada diri konseli, yang
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan karir.
9. Kemampuan mengidentifikasi sumber pendukung yang dapat di
manfaatkan konseli untuk membantu proses pencapaian tujuan
karir yang ditetapkan sebelumnya.
10. Kemampuan untuk melakukan administrasi dan interpretasi hasil
tes atau inventori yang diberikan konselor pada konseli sepanjang
berlangsungnya proses konseling karir.
11. Kemampuan membantu konseli untuk membuat penilaian terhadap
diri sendiri berkenan dengan kualitas hidup dan lingkungan
kerjanya.
12. Memiliki bahan yang lengkap berkaitan dengan permasalahan karir
yang mungkin dihadapi oleh konseli sehingga dapat dijadikan
sebagai alat untuk membantu konseli mencapai pemahaman karir.

H. Pengenalan terhadap Konseling Karier Integratif


Konseling karier merupakan proses komprehensif yang dilakukan
terintegrasi antar tahapnya. Konselor karier dapat melakukan proses
konseling dapat memilih ancangan atau model konseling karir manapun.
Terdapat penjabaran ringkas mengenai model konseling karier integratif
adaptasi dan pengembangan yang dikemukakan oleh Brown & Brooks (1991)
yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pertama yaitu Pra Konseling. Pada tahap ini didalamnya
memuat apa saja yang perlu dilakukan oleh konselor sebelum
melakukan proses konseling karier yang sesungguhnya. Alasan pra
konseling ini dimasukkan ke dalam langkah konseling karier
karena seringkali kurang diperhatikan oleh para konselor karier.
Padahal dengan adanya pra konseling ini bisa menjadi faktor yang
sangat penting di dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu
konseling karier yang dilakukan oleh konselor.
2. Tahap kedua yaitu Identifikasi Kebutuhan Karier Konseli. Tahapan
ini digunakan oleh konselor karier untuk mengidentifikasi suatu
permasalahan yang sedang dialami oleh konselinya. Permasalahan
yang dimaksud termasuk pula berbagai aspek yang menjadi faktor
penyebab munculnya permasalahan karier konseli. Pada tahap ini
berakhir dengan diagnosis jenis masalah karir konseli setelah
diperoleh data yang relevan.
3. Tahap ketiga yaitu Asesmen. Tahap ini merupakan proses
pengumpulan data vertikal dan horizontal yang digunakan konselor
untuk membantu konseli dalam memperoleh gambaran diri secara
menyeluruh, sehingga konseli bisa lebih dapat memahami
kedudukan dirinya berkaitan dengan permasalahan karier yang
sedang dihadapi. Pada proses asesmen ini bisa dilakukan
menggunakan metode testing maupun non- testing.
4. Tahap keempat yaitu Penetapan Tujuan Konseling. Pada tahap ini
merujuk pada proses dimana konselor bersama konseli menentukan
tujuan konseling karir yang hendak dicapai oleh konseli. Dalam
proses ini, diharapkan konseli dapat lebih aktif dalam
memunculkan tujuan konseling, sehingga konselor hanya bertugas
untuk menakar apakah tujuan tersebut realistis untuk dicapai atau
belum.
5. Tahap kelima yaitu Intervensi Konseling Karier. Pada tahap ini
terjadi proses dimana konselor bertugas untuk memperkenalkan
berbagai intervensi yang mungkin dapat diberikan pada konseli
terkait dengan permasalahan karier yang saat ini sedang dihadapi
oleh konseli serta tujuan konseling yang telah ditetapkan secara
bersama-sama. Dalam tahap ini konselor juga membantu konseli
untuk dapat memilih intervensi mana yang akan digunakan dalam
konseling karier. Intervensi tersebut berfungsi untuk membantu
konseli dalam mencapai tujuan konseling karier yang telah
ditetapkan.
6. Tahap keenam yaitu Terminasi. Tahap terminasi ini ialah proses
pengakhiran konseling dengan berbagai alasan. Biasanya terminasi
dilakukan setelah tujuan konseling tercapai namun ada beberapa
hal yang menyebabkan terjadinya terminasi konseling sebelum
pencapaian tujuan konseling.
7. Tahap ketujuh yaitu Evaluasi dan Monitoring. Pada tahap ini
merupakan tahapan terakhir di mana konselor hendaknya
melakukan evaluasi dan monitoring setelah konseling menjalankan
keputusan yang telah dibuat pada akhir sesi konseling. Langkah
terakhir inilah yang bisa membedakan konseling dengan proses
pemberian bantuan lainnya. Apa yang dilakukan konselor sebagai
bentuk pemberian bantuan tidak berakhir begitu saja, tetapi ada
tindak lanjut setelah proses konseling berakhir.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seiring perkembangan masa, teknologi dan informasi, berbagai
permasalahan seputar karier mulai menjadi perhatian oleh banyak pihak.
Bukan hanya Oleh mereka yang sudah bekerja, tetapi pihak-pihak yang masih
berada pada fase mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia kerja. Hal
ini membawa konseling karier dibutuhkan bahkan mulai dari tingkat
pendidikan dasar hingga pada mereka yang sudah berusia senja namun masih
memiliki permasalahan karier yang harus diselesaikan.
Lebih khusus dibandingkan dengan konseling personal, konseling karier
memiliki karakteristik masalah yaitu: a) Indecisiveness, b) Undecidednes, c)
Work performance, d) Incongruence between the person and the work role, e)
Job stress, f) Inadequate integration of the work role with the other life roles.
Adanya terminologi cognitive clarity menjadikan konseling karier sebagai
proses pemberian bantuan yang bersifat khas dan unik.
Adapun konseling karier integratif memiliki tujuh tahapan yang
seyogianya dilakukan secara berkesinambungan. Prakonseling, identifikasi
kebutuhan karier konseli, asesmen, penetapan tujuan konseling, intervensi
konseling karier, terminasi, evaluasi dan monitoring merupakan ketujuh
tahapan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ingarianti, T.M., Purwaningrum, R. (2019). Teori Dan Praktik Konseling Karier


Integratif. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai