Penulis
i
Daftar Isi
ii
3. Wanita Karir dalam Pandangan Islam ................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 27
iii
BAB I
Bimbingan Konseling Karir Perspektif Islam
Bimbingan dan konseling seperti yang kita tahu saat ini
sudah dikenal luas oleh hampir semua orang karena
banyaknya tulisan yang membahas tentang bimbingan dan
konseling itu sendiri. Tulisan tersebut bersumber dari
kehidupan manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan
yang ada dengan silih berganti, baik persoalan di masyarakat,
keluarga, sekolah, ataupun karir. Masalah satu selesai, timbul
persoalan lain, terus seperti itu sehingga persoalan seolah
tidak pernah selesai.
1
“counseling” dari kata benda “counsel” yang berarti
nasehat. (M. Fuad Anwar, 2014: 1-2).
Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam
program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi siswa untuk
memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik
secara face to face maupun melalui media telepon dan
internet dalam memperoleh pemamahaman dan
kemampuan untuk mengembangkan kematangan dirinya
atau aspek kemampuan, emosi, sosial, moral-spiritual.
Dan menanggulangi masalah dan kesulitan yang
dihadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir. (Syamsul Yusuf dan A. Juntika
Nurihson, 2014: 21).
Karir adalah pekerjaan, profesi Hornby (2010:
201). Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan
penuh kegembiraan apabila apa yang dikerjakan itu
memang sesuai dengan keadaan dirinya,
kemampuannya, dan minatnya. Sebaliknya apabila
seseorang bekerja tidak sesuai dengan apayang ada
dalam dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang
bergairah dalam bekerja, kurang senang, dan kurang
tekun. Agar seseorang dapat bekerja dengan baik,
senang, dan tekun, diperlukan adanya kesesuaian
tuntutan dari pekerjaan atau jabatan itu dengan apa yang
ada dalam diri individu yang bersangkutan. Untuk
mengarah ke hal tersebut, diperlukan bimbingan secara
baik dan hal tersebut merupakan salah satu tugas dari
pembimbing untuk mengarahkannya. (Maryatul Kibtya,
2015: 4-5).
Istilah karir mungkin sering dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan, secara teoritis karir adalah
keseluruhan pengalaman kerja dari suatu bidang tertentu.
2
Bimbingan konseling karir idealnya konselor dengan klien
sama aktif, sama-sama berusaha memecahakan masalah
meskipun konselor lebih maksimal dan tentu seorang
klienlah mengambil keputusan. Kesuksesan individu
dalam berkarir yang tampak dikarenakan adanya
ketenangan, kenyamanan, kestabilan dan kepuasan
dalam bekerja.
Berikut pengertian bimbingan karir menurut
beberapa ahli:
a. Bimbingan karir adalah bimbingan dalam
mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam
memilih lapangan kerja atau jabatan
/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap
memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri
dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan
yang dimasuki. (Wingkel, 1999: 139)
b. Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan
dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar
individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya,
memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja
merencankan masa depan dengan bentuk kehidupan
yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan
mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya
tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan
dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan
dan tunutan pekerjaan / karir yang dipilihnya. (Ruslan,
1987: 11)
c. Menurut Gibson & Mitchell, Bimbingan Karir sebagai
proses perkembangan yang berkelanjutan yang
membantu individu-individu dalam rangka persiapan
karir hidupnya melalui intervensi kurikulum secara aktif
yang memungkinkan mereka bisa membuat
3
perencnaan karir, pembuatan keputusaan, menguasai
perkembangan keterampilan, informasi karir dan
pemahaman diri. (Robert dan Marianne, 2011: 485).
d. Menurut Natawijaya, Watik (2012: 04) bahwa
bimbingan konseling karir adalah suatu proses bantuan
layanan dan pendekatan terhadap siswa, agar siswa
yang bersangkutan dapat mengenal, memahami
dirinya dan dunia kerja, merencanakan masa
depannya dengan bentuk kehidupan yang
diharapkannya untuk menentukan pilihan serta
mengambil suatu keputusan, bahwa keputusannya
tersebut adalah yang paling tepat, sesuai dengan
keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan
persyaratan dan tuntutan pekerjaan/karir yang pilihnya.
5
organisasi bisnis semata. Lebih luas karir juga bisa terjadi
pada lapangan organisasi sosial dan keagamaan.
Prestasi karir bisnis, sosial dan keagamaan terintegrasi
dalam bimbingan karir secara normative sebagai religious
calling.
7
ِ ّللا ُ َع َملَ ُك ْم َورَ س ُْول ُ ٗه َوا ْلم ُْؤ ِم ُن ْو َۗنَ َو َس ُترَ د ُّْونَ ا هِلى هعل ِِم ا ْل َغ ْي
ب ّ َوقُ ِل اعْ َمل ُ ْوا َف َسيَرَ ى ه
ََوال َّشهَا َد ِة َف ُي َن ِّب ُئ ُك ْم ِبمَا ُك ْن ُت ْم َتعْ َمل ُ ْون
8
Bimbingan konseling karir pesfektif islam tidak
bententangan dengan islam bahkan merupakan anjuran
dalam agama. Konselor dalam Islam adalah memiliki
kompentensi keilmuan yang berlandasan qur’an dan
sunnah beserta disiplin ilmu lain yang tidak
bertentangannya. Konselor sejati tentu memberikan
pemahaman dan arahan kepada klien untuk dapat
menjalan aktivitas keseharian dan pencegahan
permasalahan-permasalahan pekerjaan.
9
BAB II
Konsep Karir dalam Persektif Dakwah
10
madrasah, dan sebagainya. Media yang digunakan bisa
lisan, tulisan, dan lain-lain.
11
2. Bimbingan Keagamaan sebagai landasan bimbingan
karir Islami
Bimbingan keagamaan merupakan pekerjaan
professional yang lingkupnya bisa dikatakan terbatas. Hal
ini karena Sumber Daya Masyarakat yang terlibat dalam
bimbingan keagamaan adalah seorang agamawan seperti
kiayi, ustadz dan aktivis keagamaan. Dlihat pada
pembimbingnya, diperlukan sejumlah kualifikasi
kompetensi yang harus dipenuhi oleh para pembimbing
karir.
12
3. Konsep dan Model Konseling Islami dalam bimbingan
karir
Konsep konseling karir Islami tidak hanya
mengarahkan manusia pada kehidupan di dunia semata
namun mengarahkan lebih jauh pada kesejahteraan di
akhirat. Prestasi amaliyah tidak terhenti selama manusia
berada di dunia, melainkan bagaimana prestasi amaliyah
termasuk karir, berkesinambungan dengan kehidupan di
akherat kelak. Karenanya tugas perkembangan karir tidak
terhenti sampai manusia pensiun dari kerja. Jauh
melampau itu, manusia akan hidup kekal di alam akhirat.
Maka konsep karir harus pula diselaraskan dengan
konsep khusnul khatimah, selalu mengarahkan diri pada
prestasi akhir yang terbaik.
Berkenaan dengan konseling yang mengarahkan
pada kehidupan yang panjang dunia hingga akhirat ini,
maka diperlukan prinsif-prinsif dasar yang membedakan
konseling umumnya dengan konseling dalam Islam.
Bimbingan dalam karir diperlukan terutama ketika karir
seseorang sedang dilanda kegalauan akibat pemutusan
hubungan kerja, tekanan kerja yang berat, atau tak
kunjung pula mendapat pekerjaan. Kehidupan seorang
manusia semua akan menuju ke kehidupan akhirat, maka
tidaklah elok bila di dunia dia merusak dirinya dengan
perbuatan tercela, seperti tidak pidana ekonomi.
Beberapa prisip bimbingan Islam yang dapat
dikaitkan dengan konseling karir:
a. Memberikan nasihat itu adalah seruan agama.
b. Bimbingan dan konseling termasuk amal yang mulia di
sisi Allah SWT.
c. Bimbingan dan konseling adalah layanan psikologis
untuk mencari keridaan Allah SWT.
13
d. Persiapan layanan konseling itu wajib kepada
pemerintah bagi masyarakat Islam.
e. Setiap orang yang telah baligh dan berakal
bertanggung jawab atas setiap perbuatannya,
termasuk perencanaan dan perwujudan karir.
f. Tujuan konseling adalah untuk mengembangkan
kemauan dan keinginan seseorang untuk mencari
sesuatu yang bermanfaat dan meninggalkan sesuatu
yang mudarat.
g. Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk
membantu orang mencapai kemaslahatan dan
menghindari kerusakan.
h. Mencari manfaat bimbingan dan konseling adalah
wajib bagi setiap Muslim.
i. Konseling adalah fardhu ain bagi mereka yang ahli
atau kemampuan dalam bidang ini.
j. Memberikan konseling secara sukarela kepada kaum
Muslim adalah wajib bagi setiap yang berkesanggupan.
k. Seorang konselor Muslim memberikan konseling
sesuai dengan hukum syariah yang relevan.
l. Manusia bebas memutuskan dengan dirinya sendiri,
termasuk dalam pilihan dan keputusan karir.
m. Orang tidak bebas memilih jalan maksiat dan
kerusakan karena jalan maksiat itu akan menyiksa
orang lain secara langsung atau tidak langsung dan
menyebabkan tersebarnya keburukan itu yang akan
merusak masyarakat. Sedangkan kewajiban menjaga
masyarakat dari kerusakan adalah tanggung jawab
secara kolektif.
n. Berpegang teguh pada prinsip memelihara dan
mengamalkan sistem masyarakat secara Islami.
14
4. Peranan Pembimbing dalam Islam
Peranan seorang pembimbing adalah sebagai
berikut:
16
pengentasan dari jalan kegelapan merupakan
kewajiban baku seorang muballigh bagi segenap klien
bimbingannya. Posisi seorang muballigh sebagai
pribadi yang diwariskan padanya tersirat wasiat para
Nabi. Atas semua wasiat inilah tergantung pada dirinya
kewajiban membimbing dan menyampaikan pesan-
pesan demi menciptakan suatu tatanan masyarakat
yang berjalan di jalan-Nya, beribadah kepadaNya, dan
mentaati semua perintah-Nya.
Perwujudan dari semua kategorisasi seorang
pembimbing di atas berhaluan penuh kepada transfer
praktis nilai-nilai keagamaan yang dimiliki oleh
seseorang yang profesional. Menciptakan motivasi-
motivasi sebagai kontrol dari peranan seorang
pembimbing adalah cara yang baik di dalam
menemukan kesuksesan seorang pembimbing terhadap
klien yang dibimbingnya.
17
BAB III
Karir dan Gender
Gender ialah perbedaan antara perempuan dan laki-
laki yang bukan biologis maupun kodrat Tuhan. Gender
adalah suatu anggapan yang disematkan oleh masyarakat
kepada seseorang yang dianggap sebagai suatu
kebiasaan pada umumnya. Gender itu selalu berubah dari
waktu ke waktu, tempat ke tempat, hingga kelas ke kelas.
Adapaun jenis kelamin (seks) tidak akan pernah mengalami
perubahan. Selama ini, perempuan dipahami sebagai makhluk
lemah yang hanya tinggal di rumah, mengurus semua
pekerjaan yang berhubungan dengan sektor domestik, tidak
boleh keluar rumah dan tidak boleh berinteraksi dengan kaum
laki-laki. Telah lama sekali tatanan ini dianggap cukup mapan
sebagai sesuatu yang alamiah bahkan oleh kaum perempuan
sendiri. Padahal dalam Islam sendiri tidak membeda-bedakan
antara laki-laki dan perempuan. Islam sebagai rahmat seluruh
alam (rahmatan lil alamin) mengangkat derajat dan posisi
perempuan. Perempuan pada masa jahiliah tidak dihargai,
namun dengan kedatangan Islam ia mendapatkan tempat
terhormat.
1. Wanita Karier
Karier (career) disebut juga sebagai
profesionalisme. Karier bukan diarahkan untuk mencari
“nafkah” belaka, tetapi harus diartikan sebagai sarana
aktualisasi diri. Tidak setiap pekerjaan yang
mendatangkan uang (nafkah) disebut karier. Menurut
Harper Collin, (1990 : 239), “Karier adalah pekerjaan
profesional yang diperoleh karena keahlian seseorang
yang memungkinkan adanya jenjang promosi di masa
mendatang”. Jadi pekerjaan yang dilakukan tanpa
keahlian khusus dan tanpa adanya promosi tidak dapat
dikatakan sebagai karier. Dengan berkarya,
mengekspresikan diri, mengembangkan diri, membagikan
ilmu dan pengalaman, menemukan sesuatu,
menghasilkan sesuatu, serta mendapatkan penghargaan,
adalah bagian dari proses penemuan dan pencapaian
kepuasan diri. Kebutuhan mengenai aktualisasi diri
melalui profesi ataupun karier, merupakan salah satu
pilihan yang banyak diambil oleh para wanita di zaman
sekarang mengingat makin terbukanya kesempatan
19
yang sama pada wanita untuk meraih jenjang karier yang
tinggi.
20
Secara umum, sosok perempuan digambarkan
sebagai makhluk lemah yang harus dilindungi dan diatur,
karena itu perempuan tidak cocok dengan pekerjaan-
pekerjaan berat yang mengandalkan kekuatan fisik dan
atau kekuatan nalar misalnya kepemiimpinan. Sebagai
cerminan kebudayaan yang terjadi abad pertengahan
yang menempatkan perempuan sebagai the second sex
mendapatkan keputusan hukum (legitimasi) dari Q.S. Al-
Nisa’ ayat 11 dan ayat 33 tentang pembagian warisan.
Larangan menjadikan perempuan sebagai pemimpin yang
bersifat sosiologis kemudian mendapatkan legitimasi dari
hadis Rasulullah, yang bersifat khusus yaitu pada kasus
pengangkatan putri kaisar Persia, yang tidak
mempunyai keahlian di bidang politik sebagai pengganti
ayahnya (Muzdalifah Muhammadun, 2016).
21
Derajat manusia pada hakikatnya adalah sama di
hadapan Allah. Sehingga alangkah baiknya apabila laki-
laki dan perempuan dapat menjalin kerja sama yang baik
tanpa merugikan satu sama lain. Terjadinya kesenjangan
antara kedudukan laki-laki dan perempuan dalam fiqh
merupakan akibat adanya berbagai macam pendapat
hukum. Selain itu menurut Rosdiana (2019 : 6) juga
disebabkan adanya kesalahpahaman dalam menafsirkan
ayat-ayat al Qur’an dan hadis hingga kemudian
dilegitimasi dengan produk fiqh.
23
sangat berpotensi menimbulkan krisis psikologis dan tidak
jarang menyulut ketidakharmonisan rumah tangga.
Kenyataan inilah yang membuat kaum aktivis perempuan
menghimbau agar pemerintah mengulas kebijakan
tentang “peran ganda” dengan peran “mitra kesejajaran”.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Sanggih D. 2001. Gunarsa. Konseling dan Psikotrapi. Jakarta:
Gunung Mulia.
28
29