Anda di halaman 1dari 33

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT. yang


telah memberi berjuta-juta nikmat kepada penulis, sehingga
penulis dapat melenyelesaikan tugas buku ini dengan lancar
dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Kepada ibu Dr. Lilis Satriah, M. Pd., dan ibu Novi


Hidayati Afsari, S.Kom.I, M.Ag., selaku dosen pengampu mata
kuliah Kapita Selekta saya ucapkan terimakasih banyak untuk
ilmu yang selama ini telah diberikan, Insyaallah akan sangat
bermanfaat. Semoga ibu senantiasa selalu diberikan
kesehatan dimanapun berada.

Kepada teman-teman saya, Kania Safitri dan Feni


Nurul Fitri yang selalu menyemangati dan mendorong saya
untuk segera mengerjakan dan menyelesaikan tugas,
gomawoyo chinguuuu.. dorongan dan dukungan kalian sangat
berarti.

Terkahir kepada diri saya sendiri yang mau berjuang


untuk menyelesaikan tugas demi tugas yang ada, terimakasih
ya diri, saranghae..

Garut, Juli 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................ ii
BAB I .................................................................................................. 1
Bimbingan Konseling Karir Perspektif Islam................................ 1
1. Pengertian Bimbingan Konseling Karir ................................. 1
2. Konsep Konseling Karir........................................................... 4
3. Bimbingan Konseling Karir Perspektif Islam ........................ 5
4. Hakikat Pekerjaan dalam Islam ............................................. 7
BAB II ............................................................................................... 10
Konsep Karir dalam Persektif Dakwah ....................................... 10
1. Bimbingan Karir dalam Realitas Kehidupan Keagamaan 10
2. Bimbingan Keagamaan sebagai landasan bimbingan karir
Islami................................................................................................ 12
3. Konsep dan Model Konseling Islami dalam bimbingan
karir .................................................................................................. 13
4. Peranan Pembimbing dalam Islam ..................................... 15
BAB III.............................................................................................. 18
Karir dan Gender ........................................................................... 18
1. Wanita Karier .......................................................................... 19
2. Perempuan dalam Fiqh ......................................................... 20

ii
3. Wanita Karir dalam Pandangan Islam ................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 27

iii
BAB I
Bimbingan Konseling Karir Perspektif Islam
Bimbingan dan konseling seperti yang kita tahu saat ini
sudah dikenal luas oleh hampir semua orang karena
banyaknya tulisan yang membahas tentang bimbingan dan
konseling itu sendiri. Tulisan tersebut bersumber dari
kehidupan manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan
yang ada dengan silih berganti, baik persoalan di masyarakat,
keluarga, sekolah, ataupun karir. Masalah satu selesai, timbul
persoalan lain, terus seperti itu sehingga persoalan seolah
tidak pernah selesai.

Persoalan manusia berbeda antara satu dengn yang


lain, baik secara emosi, keilmuan, dan kemampuan mengatasi
persoalan itu sendiri. Ada yang sanggup mengatasi
persoalannya sendiri, namun tidak sedikit juga yang
membutuhkan tenaga professional untuk menyelesaikan
permasalahannya, disini peran konselor sangat besar bagi
mereka yang membutuhkan.

1. Pengertian Bimbingan Konseling Karir


Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan
dari istilah “guidance” dan “counseling” dalam Bahasa
inggris. Secara harfiah, istilah “guidance” berasal dari kata
“guid” yang berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2)
memandu (to pilot), (3) mengolah (to manage), dan (4)
menyetir (to steer). Selain itu “guidance” mempunyai
hubungan dengan “guiding” yang berarti menunjukan
jalan (showing a way), memimpin (leading), menuntun
(conducting), memberikan petunjuk (giving intructions),
mengatur (regulating), mengarahkan (governing), dan
memberikan nasehat (giving advice). Sedangkan kata

1
“counseling” dari kata benda “counsel” yang berarti
nasehat. (M. Fuad Anwar, 2014: 1-2).
Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam
program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi siswa untuk
memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik
secara face to face maupun melalui media telepon dan
internet dalam memperoleh pemamahaman dan
kemampuan untuk mengembangkan kematangan dirinya
atau aspek kemampuan, emosi, sosial, moral-spiritual.
Dan menanggulangi masalah dan kesulitan yang
dihadapinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir. (Syamsul Yusuf dan A. Juntika
Nurihson, 2014: 21).
Karir adalah pekerjaan, profesi Hornby (2010:
201). Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan
penuh kegembiraan apabila apa yang dikerjakan itu
memang sesuai dengan keadaan dirinya,
kemampuannya, dan minatnya. Sebaliknya apabila
seseorang bekerja tidak sesuai dengan apayang ada
dalam dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang
bergairah dalam bekerja, kurang senang, dan kurang
tekun. Agar seseorang dapat bekerja dengan baik,
senang, dan tekun, diperlukan adanya kesesuaian
tuntutan dari pekerjaan atau jabatan itu dengan apa yang
ada dalam diri individu yang bersangkutan. Untuk
mengarah ke hal tersebut, diperlukan bimbingan secara
baik dan hal tersebut merupakan salah satu tugas dari
pembimbing untuk mengarahkannya. (Maryatul Kibtya,
2015: 4-5).
Istilah karir mungkin sering dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan, secara teoritis karir adalah
keseluruhan pengalaman kerja dari suatu bidang tertentu.

2
Bimbingan konseling karir idealnya konselor dengan klien
sama aktif, sama-sama berusaha memecahakan masalah
meskipun konselor lebih maksimal dan tentu seorang
klienlah mengambil keputusan. Kesuksesan individu
dalam berkarir yang tampak dikarenakan adanya
ketenangan, kenyamanan, kestabilan dan kepuasan
dalam bekerja.
Berikut pengertian bimbingan karir menurut
beberapa ahli:
a. Bimbingan karir adalah bimbingan dalam
mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam
memilih lapangan kerja atau jabatan
/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap
memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri
dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan
yang dimasuki. (Wingkel, 1999: 139)
b. Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan
dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar
individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya,
memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja
merencankan masa depan dengan bentuk kehidupan
yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan
mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya
tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan
dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan
dan tunutan pekerjaan / karir yang dipilihnya. (Ruslan,
1987: 11)
c. Menurut Gibson & Mitchell, Bimbingan Karir sebagai
proses perkembangan yang berkelanjutan yang
membantu individu-individu dalam rangka persiapan
karir hidupnya melalui intervensi kurikulum secara aktif
yang memungkinkan mereka bisa membuat

3
perencnaan karir, pembuatan keputusaan, menguasai
perkembangan keterampilan, informasi karir dan
pemahaman diri. (Robert dan Marianne, 2011: 485).
d. Menurut Natawijaya, Watik (2012: 04) bahwa
bimbingan konseling karir adalah suatu proses bantuan
layanan dan pendekatan terhadap siswa, agar siswa
yang bersangkutan dapat mengenal, memahami
dirinya dan dunia kerja, merencanakan masa
depannya dengan bentuk kehidupan yang
diharapkannya untuk menentukan pilihan serta
mengambil suatu keputusan, bahwa keputusannya
tersebut adalah yang paling tepat, sesuai dengan
keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan
persyaratan dan tuntutan pekerjaan/karir yang pilihnya.

Dari beberapa definisi bimbingan karir di atas,


dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah proses
pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor
professional kepada konseli untuk memilih, menyiapkan
diri, mencari, menyesuaikan diri terhadap karir yang
sesuai dengan minat dan bakat serta kemampuannya
sehingga dapat mengembangkan dirinya secara optimal
dan menemukan karir yang memberikan kepuasan,
kelayakan dan kebahagiaan bagi dirinya.

2. Konsep Konseling Karir


Konseling ditandai dengan adanya hubungan
professional antara konselor yang terlatih dengan klien.
Hubungan ini biasanya dilakukan secara perorangan,
meski kadang-kadang melibatkan dua orang. Konseling
ini dirancang untuk membantu klien memahami dan
memperjelas pandangannya tentang ruang lingkup
kehidupan dan untuk belajar mencapai tujuan yang
4
ditentukan sendiri melalui sesuatu yang bermakna,
penilaian yang jelas dan melalui perumusan persoalan
tentang emosi dan hubungan interpersonal sebenarnya.

Ada beberapa hal yang mendasar yang menjadi


penekanan mereka dalam pelaksanaan bimbingan
konseling karir:

a. Bimbingan konseling karir suatu proses layanan yang


sistematis dan terencana,
b. Proses konseling karir dilaksanakan seorang yang ahli
(konselor) kepada individu dan kelompok (klien),
c. Proses konseling karir bisa menggeli potensi diri klien
dan bisa mengoptimalkan potensinya
d. Individu/klien melaksanakan karir sesuai potensi yang
dimiliki.
e. Individu bisa mengantisipasi masalah dan bisa ada
masalah sudah ada alternatif solusi sehingga karir
bejalan dengan baik.
Program pendidikan karir dirancang untuk
menyiapkan individu untuk memilih karir secara bijak,
namun banyak para remaja dan dewasa muda tidak
mampu mengatasi pengambilan keputusan yang sangat
kritis ini tanpa bantuan konselor profesional. Konseling
orangtua, konseling kelompok dan aktivitas bimbingan
kelompok mempresentasikan kontribusi konselor karir ini
bagi pengembangan karir individu dan program
pendidikan karir sekolah.

3. Bimbingan Konseling Karir Perspektif Islam


Karir secara umum merujuk pada pekerjaan
seseorang dalam organisasi kerja. Secara Islami konsep
organisasi yang dimaksud tidak hanya terpaku pada

5
organisasi bisnis semata. Lebih luas karir juga bisa terjadi
pada lapangan organisasi sosial dan keagamaan.
Prestasi karir bisnis, sosial dan keagamaan terintegrasi
dalam bimbingan karir secara normative sebagai religious
calling.

Bimbingan Islam adalah proses pemberian


bantuan yang terarah, kontinu dan setiap individu agar ia
dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama
yang dimilikinya secara optimal yang terkandung nilai-nilai
di dalam Al-Qur’an dan Hadits. (Hallen, 2002: 17). Proses
pemberian bantuan bimbingan lebih banyak menekankan
agar seseorang apabila akan mencari pekerjaan jangan
sampai menyimpang dari ketentuan dan petunjuk syariat
Islam. Bagi seseorang yang telah mendapatkan pekerjaan
atau bekerja, pembimbing menekankan agar jangan
sampai yang bersangkutan menyimpang dari ketentuan
dan petunjuk syariat Islam dalam melakukan
pekerjaannya.

Adapun konseling Islam adalah upaya membantu


individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali
kepada fitrah, dengan cara memberdayakan imam, akal,
kemampuan yang dikaruniakan Allah SWT, kepadanya
untuk mempelajari tuntunan Allah dan rasul-Nya, agar
fitrah yang ada pada individu itu berkembang dengan
benar dan kukuh sesuai tuntunan Allah SWT. Konseling
Islam adalah yang bersifat membantu, karena pada
hakikatnya individu sendirilah yang perlu hidup sesuai
tuntunan Allah (dijalan yang lurus) agar mereka selamat.
Karena posisi konselor bersifat membantu, maka
konsekuensinya individu sendiri yang harus aktif belajar
dan sekaligus melaksanakan tuntunan Islam Al-Qur’an
6
dan sunah rasul-Nya. Pada akhirnya diharapkan agar
individu selamat dan memperoleh kebahagiaan yang
sejati di dunia dan akhirat, bukan sebaliknya
kesengsaraan dan kemelaratan di dunia dan akhirat.
(Anwar Sutoyo. 2017: 22).

4. Hakikat Pekerjaan dalam Islam


Pekerjaan dalam pandangan islam bukan hanya
sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang
diantaranya sandang, pangan, papan, psikis, Tuntutan
masyarakat dan harga diri, akan tetapi jauh dari pada itu
diantaranya: (1) bekerja adalah ibadah dan penghambaan
diri seseorang kepada Allah, hal ini sejalan dengan tujuan
hidup manusia diciptakan oleh Allah, (2) bekerja adalah
untuk terciptanya kemakmuran dan kemajuan di
permukaan bumi secara umum dan negeri tempat
seseorang beraktivitas secara khusus, (3) bekerja adalah
bimbingan hidup untuk mendapatkan rizki yang halal lagi
baik.

Dalam Islam konselor memberikan bimbingan


yang sempurna kepada klien menjalani karir harus dimiliki
sipat Jujur, Amanah, Disiplin, Istiqomah, Rendah Hati,
Adil, Saling menghargai, Menjauhi sikap prasangka,
Profesional. Sebuah profesi atau karir akan bedampak
kepada masa depan individu dan sosial masyrakat.
Pekerjaan dan karir dipandang sebagai suatu amal dan
ibadah bagi seseorang yang bekerja. Dikatakan ibadah,
karena berkaitan dengan perintah dan anjuran Allah
tentang setiap muslim mesti bekerja dan larangan
meminta-minta dan berpangku tangan, sebagai mana
firman Allah dalam QS. At- Taubah sebagai berikut:

7
ِ ‫ّللا ُ َع َملَ ُك ْم َورَ س ُْول ُ ٗه َوا ْلم ُْؤ ِم ُن ْو َۗنَ َو َس ُترَ د ُّْونَ ا هِلى هعل ِِم ا ْل َغ ْي‬
‫ب‬ ّ ‫َوقُ ِل اعْ َمل ُ ْوا َف َسيَرَ ى ه‬
َ‫َوال َّشهَا َد ِة َف ُي َن ِّب ُئ ُك ْم ِبمَا ُك ْن ُت ْم َتعْ َمل ُ ْون‬

Artinya: “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah


akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan
orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.”

Bagi kita seorang Muslim, bekerja merupakan


ibadah, sebab dengan bekerja itu telah mengamalkan
perintah Allah SWT. Makna bekerja adalah sekuat tenaga
dan pikiran untuk dapat mencukupi kebutuhan keseharian
dan jangan malas. Disamping itu juga bekerja bukan satu-
satu tujuan hidup harus ditempuh, masih ada hal penting
dilaksanakan yaitu beramal ibadah.

Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau


akan mati esok menggambarkan perlunya beramal ibadah
seperti shalat, puasa, zakat, dan naik haji untuk persiapan
kehidupan yang abadi yakni kehidupan akhirat. Bekerja
dan beramal adalah keniscayaan dalam meraih
kehidupan yang layak baik kehidupan di dunia maupun
kehidupan akhirat.

Memiliki pekerjaan tentu akan membuat diri kita


mandiri, karena dari bekerja kita memperoleh imbalan
jasa, baik berupa uang maupun berupa barang. Dari
imbalan jasa tersebut kemudian kita dapat kebutuhan
sehari-hari, begitu juga sebaliknya jika kita beramal
ibadah dengan penuh keikhlas tentu mendapatkan pahala
dan ganjaran di akhirat yaitu surga Allah SWT.

8
Bimbingan konseling karir pesfektif islam tidak
bententangan dengan islam bahkan merupakan anjuran
dalam agama. Konselor dalam Islam adalah memiliki
kompentensi keilmuan yang berlandasan qur’an dan
sunnah beserta disiplin ilmu lain yang tidak
bertentangannya. Konselor sejati tentu memberikan
pemahaman dan arahan kepada klien untuk dapat
menjalan aktivitas keseharian dan pencegahan
permasalahan-permasalahan pekerjaan.

9
BAB II
Konsep Karir dalam Persektif Dakwah

Agama Islam bukan hanya mengatur aspek ibadah,


tetapi segala aspek dalam kehidupan, aspek sosial, aspek
ekonomi, aspek budaya, aspek politik, aspek perdagangan,
dan sebagainya. Muslim yang kaffah (menyeluruh) merupakan
integrasi dari kualitas hubungan dengan Allah dan hubungan
dengan dengan makhluk Allah. Dengan demikian hal tersebut
merupakan implementasi mendasar dan implementasi kaffah
dari paanggilan ketuhanan (Religious Calling).

1. Bimbingan Karir dalam Realitas Kehidupan


Keagamaan
Wahana bimbingan secara disadari atau tidak,
sudah terjadi atau digunakan secara langsung dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat. Sejak manusia
berada dalam kandungan, para orang tua dipimpin oleh
tokoh agama memanjatkan do’a-do’a baik agar kelak
anak yang lahir dapat lahir dengan sempurna, anak dan
ibu selamat, sehat, anak dapat menjadi anak yang
shaleh/shalehah, dapat menjadi pemimpin bagi orang
bertaqwa, dan lain-lain.

Membantu seseorang dalam merencanakan masa


depan menjadi tugas bagi pembimbing karir, namun
disamping itu pembimbing karir juga diharapakan dapat
membimbing para orang tua dan tokoh agama agar
mampu mengarahkan anak mencapai komponen karir
yang optimal juga prioritas. Secara nonformal wahana ini
bisa disampaikan dlam forum masjid, pertemuan rapat

10
madrasah, dan sebagainya. Media yang digunakan bisa
lisan, tulisan, dan lain-lain.

Urgensi menekuni dan mengimplementasikan


bimbingan karir dapat dilihat dari tinjauan kematangan,
menghindari saran, dan menghadiri satu pilihan. Dapat
dianggap bijaksana bila klien membuat beberapa pilihan
dalam urutan prioritas: pilihan pertama, kedua, dan ketiga
yang tidak terlalu berjauhan suatu sama lain.
Seandainya pilihan pertama kelak kemudian ternyata
tidak dapat dilaksanakan karena timbul hambatan besar
yang tidak dapat diatasi, klien sudah siap mental untuk
berputar haluan tanpa mengalami rasa frustrasi yang
mendalam.

Upaya bimbingan dalam lingkungan khusus


maupun masyarakat luas ditujukan untuk membantu
semua individu agar untuk mencapai tujuan-tujuan
sebagai berikut: (1) mengenal berbagai jenis jabatan yang
terbuka baginya dan sekaligus bermakna serta
memuaskan, dan menghayati semua nilai yang diamali
oleh masyarakat yang berorientasi pada kerja: (2) menjadi
mampu untuk mengambil keputusan rasional sehubungan
dengan tujuan-tujuan yang ingin diperjuangkan dalam
bidang kegiatan/ aktivitas vokasional: dan (3)
melaksanakan keputusan karir secara nyata dalam bentuk
mengintegrasikan semua nilai yang terkandung dalam
bekerja (vocational values) serta semua sikap yang
dituntut dalam bekerja (vocational attitudes) dalam
keseluruhan gaya hidupnya.

11
2. Bimbingan Keagamaan sebagai landasan bimbingan
karir Islami
Bimbingan keagamaan merupakan pekerjaan
professional yang lingkupnya bisa dikatakan terbatas. Hal
ini karena Sumber Daya Masyarakat yang terlibat dalam
bimbingan keagamaan adalah seorang agamawan seperti
kiayi, ustadz dan aktivis keagamaan. Dlihat pada
pembimbingnya, diperlukan sejumlah kualifikasi
kompetensi yang harus dipenuhi oleh para pembimbing
karir.

Bimbingan keagamaan pada sektor karir, secara


umum menunjuk pada pengkondisian pekerjaan
seseorang dalam organisasi kerja. Secara Islami,
tentunya konsep organisasi kerja yang dimaksud tidak
hanya pada organisasi bisnis semata. Lebih luas karir
juga bisa terjadi pada lapangan organisasi sosial dan
keagamaan. Malahan, bagaimana prestasi karir bisnis,
sosial dan keagamaan itu terintegrasi dalam bingkai karir
secara normatif sebagai religious calling.

Selama bimbingan berlangsung, suasana hati klien


bisa merasa senang ataupun sebaliknya, merasa tidak
senang. Pembimbing karir dituntut untuk mampu
menciptakan suasana batin klien berupa perasaan
senang dan menghindari perasaan sebaliknya. Gambaran
suasana yang harus dikondisikan dan yang harus
dihindari selama komunikasi bimbingan keagamaan.
Dalam bimbingan, pembimbing harus membantu klien
untuk berpikir secara terarah (directed thinking). Untuk itu
diperlukan serangkaian langkah yang sistematis.

12
3. Konsep dan Model Konseling Islami dalam bimbingan
karir
Konsep konseling karir Islami tidak hanya
mengarahkan manusia pada kehidupan di dunia semata
namun mengarahkan lebih jauh pada kesejahteraan di
akhirat. Prestasi amaliyah tidak terhenti selama manusia
berada di dunia, melainkan bagaimana prestasi amaliyah
termasuk karir, berkesinambungan dengan kehidupan di
akherat kelak. Karenanya tugas perkembangan karir tidak
terhenti sampai manusia pensiun dari kerja. Jauh
melampau itu, manusia akan hidup kekal di alam akhirat.
Maka konsep karir harus pula diselaraskan dengan
konsep khusnul khatimah, selalu mengarahkan diri pada
prestasi akhir yang terbaik.
Berkenaan dengan konseling yang mengarahkan
pada kehidupan yang panjang dunia hingga akhirat ini,
maka diperlukan prinsif-prinsif dasar yang membedakan
konseling umumnya dengan konseling dalam Islam.
Bimbingan dalam karir diperlukan terutama ketika karir
seseorang sedang dilanda kegalauan akibat pemutusan
hubungan kerja, tekanan kerja yang berat, atau tak
kunjung pula mendapat pekerjaan. Kehidupan seorang
manusia semua akan menuju ke kehidupan akhirat, maka
tidaklah elok bila di dunia dia merusak dirinya dengan
perbuatan tercela, seperti tidak pidana ekonomi.
Beberapa prisip bimbingan Islam yang dapat
dikaitkan dengan konseling karir:
a. Memberikan nasihat itu adalah seruan agama.
b. Bimbingan dan konseling termasuk amal yang mulia di
sisi Allah SWT.
c. Bimbingan dan konseling adalah layanan psikologis
untuk mencari keridaan Allah SWT.

13
d. Persiapan layanan konseling itu wajib kepada
pemerintah bagi masyarakat Islam.
e. Setiap orang yang telah baligh dan berakal
bertanggung jawab atas setiap perbuatannya,
termasuk perencanaan dan perwujudan karir.
f. Tujuan konseling adalah untuk mengembangkan
kemauan dan keinginan seseorang untuk mencari
sesuatu yang bermanfaat dan meninggalkan sesuatu
yang mudarat.
g. Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk
membantu orang mencapai kemaslahatan dan
menghindari kerusakan.
h. Mencari manfaat bimbingan dan konseling adalah
wajib bagi setiap Muslim.
i. Konseling adalah fardhu ain bagi mereka yang ahli
atau kemampuan dalam bidang ini.
j. Memberikan konseling secara sukarela kepada kaum
Muslim adalah wajib bagi setiap yang berkesanggupan.
k. Seorang konselor Muslim memberikan konseling
sesuai dengan hukum syariah yang relevan.
l. Manusia bebas memutuskan dengan dirinya sendiri,
termasuk dalam pilihan dan keputusan karir.
m. Orang tidak bebas memilih jalan maksiat dan
kerusakan karena jalan maksiat itu akan menyiksa
orang lain secara langsung atau tidak langsung dan
menyebabkan tersebarnya keburukan itu yang akan
merusak masyarakat. Sedangkan kewajiban menjaga
masyarakat dari kerusakan adalah tanggung jawab
secara kolektif.
n. Berpegang teguh pada prinsip memelihara dan
mengamalkan sistem masyarakat secara Islami.

14
4. Peranan Pembimbing dalam Islam
Peranan seorang pembimbing adalah sebagai
berikut:

a. Sumber penerang dan pemberi petunjuk ke arah


kebenaran (mubayyin)
Manusia lahir dengan watak yang berbeda
antara satu dengan yang lain. Watak tersebut tercakup
dalam jiwa setiap individu atau hati yang dapat
mengantarkan untuk sampai pada pengenalan dan
pengarahan diri. Sebelum menginjak usia dewasa,
seorang anak, misalnya, belum bisa membedakan
antara keinginan dan kemampuan dalam karirnya.
Kehadiran seorang pembimbing merupakan langkah
efektif untuk menerangi potensi karir mereka. Motivasi
seorang pembimbing sekaligus juru penerang terhadap
anak merupakan aspek-aspek efektif bagi penunjangan
pencapaian tugas perkembangan karir.
b. Juru pengingat (mudzakkir)
Masyarakat hidup dalam berbagai lingkungan
yang kompleks. Secara alamiah manusia merupakan
makhluk yang tidak dapat membantah keberadaannya
sebagai makhluk religious, bersosial, berbudaya dan
berekonomi. Akan tetapi, dalam perjalanan hidupnya
manusia dapat jauh dari hakekatnya tersebut. Bahkan
dalam kehidupan berkarir pun kerapkali muncul
berbagai masalah yang menimpa dan menyulitkan
individu. Timbulnya kenyataan ini memerlukan
penanganan bimbingan karir. Mengarahkan
masyarakat dan membimbing mereka merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh individu yang
lebih berkompetensi di atas pengetahuan yang mereka
miliki (Faqih, 2001: 48).
15
c. Juru penghibur (mubassyir) hati yang duka
Menurut Mujib, struktur kepribadian dalam
perspektif Islam adalah fitrah. Sementara itu, struktur
fitrah memiliki tiga dimensi kepribadian (1) dimensi fisik
yang disebut dengan fitrah jasmani, (2) dimensi psikis
yang disebut dengan fitrah rohani, (3) dimensi
psikologis yang disebut dengan fitrah nafsani. Ketiga
dimensi tersebut memiliki korelasi sangat erat antara
yang satu dengan lainnya. Eksistensi ketiganya
menjamin keselarasan terhadap yang lainnya. Untuk
menghidupkan ketiganya dalam bingkai yang
sempurna, maka perlu menjaganya dengan mengetuk
hati setiap pelaku atas nilai-nilai hakiki yang telah
mereka berikan bagi keberlangsungan semua entitas
tersebut. Bagi pembimbing karir, fluktuasi manusia
dalam karir, dalam menjadi pemdamping recovery
ataupun pengembangan karir mereka.
d. Muballigh, penyampai pesan-pesan keagamaan secara
kaffah
Kedudukan muballig adalah lebih dari sekedar
penyampaian ajaran Islam dalam lingkup ibadah
mahdoh (hablum minallah) secara lengkap dan utuh
juga menjadi penyampai ibadah ghoir mahdoh (hablum
minannas). Kedudukan mereka juga sebagai penolong
yang bertugas membantu memecahkan problem
kehidupan melalui berbagai metode, terutama
berdasarkan pendekatan keagamaan dan bidang ilmu
lainnya yang relevan. Tugas ini dipandang sebagai
warisan para nabi yang berfungsi sebagai penunjuk
jalan ke arah cahaya yang terang keluar dari
kegelapan hidup, termasuk yang berkaitan dengan
dunia karir. Arahan kepada jalan yang terang dan

16
pengentasan dari jalan kegelapan merupakan
kewajiban baku seorang muballigh bagi segenap klien
bimbingannya. Posisi seorang muballigh sebagai
pribadi yang diwariskan padanya tersirat wasiat para
Nabi. Atas semua wasiat inilah tergantung pada dirinya
kewajiban membimbing dan menyampaikan pesan-
pesan demi menciptakan suatu tatanan masyarakat
yang berjalan di jalan-Nya, beribadah kepadaNya, dan
mentaati semua perintah-Nya.
Perwujudan dari semua kategorisasi seorang
pembimbing di atas berhaluan penuh kepada transfer
praktis nilai-nilai keagamaan yang dimiliki oleh
seseorang yang profesional. Menciptakan motivasi-
motivasi sebagai kontrol dari peranan seorang
pembimbing adalah cara yang baik di dalam
menemukan kesuksesan seorang pembimbing terhadap
klien yang dibimbingnya.

17
BAB III
Karir dan Gender
Gender ialah perbedaan antara perempuan dan laki-
laki yang bukan biologis maupun kodrat Tuhan. Gender
adalah suatu anggapan yang disematkan oleh masyarakat
kepada seseorang yang dianggap sebagai suatu
kebiasaan pada umumnya. Gender itu selalu berubah dari
waktu ke waktu, tempat ke tempat, hingga kelas ke kelas.
Adapaun jenis kelamin (seks) tidak akan pernah mengalami
perubahan. Selama ini, perempuan dipahami sebagai makhluk
lemah yang hanya tinggal di rumah, mengurus semua
pekerjaan yang berhubungan dengan sektor domestik, tidak
boleh keluar rumah dan tidak boleh berinteraksi dengan kaum
laki-laki. Telah lama sekali tatanan ini dianggap cukup mapan
sebagai sesuatu yang alamiah bahkan oleh kaum perempuan
sendiri. Padahal dalam Islam sendiri tidak membeda-bedakan
antara laki-laki dan perempuan. Islam sebagai rahmat seluruh
alam (rahmatan lil alamin) mengangkat derajat dan posisi
perempuan. Perempuan pada masa jahiliah tidak dihargai,
namun dengan kedatangan Islam ia mendapatkan tempat
terhormat.

Isu ketidakadilan gender mulai disuarakan di Indonesia


sejak 1960-an, isu ini menjadi bagian dari fenomena dan
dinamika masyarakat Indonesia yang membuat posisi kaum
perempuan semakin membaik. Ditengah hembusan gerakan
feminisme, sebagai akibat dari kebutuhan untuk menghidupi
keluarga dan semakin meningkatnya pendidikan kaum hawa.
Dewasa ini peluang dunia pendidikan bagi perempuan
semakin besar. Hampir semua jenjang dan jenis pendidikan
bisa dimasuki perempuan. Hampir-hampir tidak lagi
ditemukan pendidikan khusus bagi laki- laki kecuali pendidikan
dipesantren. Semua jurusan dan program studi, yang
18
disediakan mulai dari humaniora sampai tekhnik mesin bisa
dimasuki setiap orang tanpa membedakan jenis kelamin.

Secara tidak senggaja kebebasan ini, ternyata


memberi peluang kepada perempuan untuk bisa bersaing
dalam memperoleh lapangan pekerjaan. Hal ini
karenapendidikan yang dianggap sebagai label untuk
memperoleh pekerjaan, telah membuat sejarah baru dalam
kehidupan modern. Orang dianggap cakap, mampu, dan layak
diterima dalam suatu pekerjaan karena jenjang pendidikannya
yang semakin tinggi.

1. Wanita Karier
Karier (career) disebut juga sebagai
profesionalisme. Karier bukan diarahkan untuk mencari
“nafkah” belaka, tetapi harus diartikan sebagai sarana
aktualisasi diri. Tidak setiap pekerjaan yang
mendatangkan uang (nafkah) disebut karier. Menurut
Harper Collin, (1990 : 239), “Karier adalah pekerjaan
profesional yang diperoleh karena keahlian seseorang
yang memungkinkan adanya jenjang promosi di masa
mendatang”. Jadi pekerjaan yang dilakukan tanpa
keahlian khusus dan tanpa adanya promosi tidak dapat
dikatakan sebagai karier. Dengan berkarya,
mengekspresikan diri, mengembangkan diri, membagikan
ilmu dan pengalaman, menemukan sesuatu,
menghasilkan sesuatu, serta mendapatkan penghargaan,
adalah bagian dari proses penemuan dan pencapaian
kepuasan diri. Kebutuhan mengenai aktualisasi diri
melalui profesi ataupun karier, merupakan salah satu
pilihan yang banyak diambil oleh para wanita di zaman
sekarang mengingat makin terbukanya kesempatan

19
yang sama pada wanita untuk meraih jenjang karier yang
tinggi.

Wanita karir dikatakan sebagai wanita yang


berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha,
perkantoran, dan sebagainya). Karier juga dapat diartikan
dengan serangkaian pilihan dan kegiatan pekerjaan yang
menunjukkan apa yang dilakukan
oleh seseorang untuk dapat hidup. Wanita karier adalah
wanita-wanita yang menekuni profesi atau pekerjaannya
dan melakukan berbagai aktivitas untuk
meningkatkan hasil dan prestasinya. Wanita seperti ini
tidak seperti kaum wanita pada "zaman Siti Nurbaya"
yang hanya berdiam diri di dalam rumah merenungi
nasib, terhalang oleh tembok, pagar adat, dan tradisi.
Wanita karir adalah wanita yang sibuk, wanita pekerja,
yang waktunya lebih banyak dihabiskan di luar rumah
daripada di dalam rumah (Hafiz Anshary, 2012 : 11-12).

2. Perempuan dalam Fiqh


Sebagian besar masyarakat sepakat bahwa
perempuan lebih ditempatkan secara instrumental
daripada substansial (kasat mata). Tidak adanya
kehadiran perempuan dalam kebudayaan fiqh diartikan
dengan tidak adanya substansi perempuan dalam Islam.
Bahkan setelah wafatnya Rasulullah, wacana keislaman
lebih banyak dikembalikan pada konsep adat istiadat yang
berlaku daripada konsep-konsep keadilan Islam. Bahkan
menurut catatan seorang tabi’in, banyak sekali ketentuan
fiqh tentang perempuan hampir tidak ada yang sesuai
dengan ayat-ayat Al-Qur’an.

20
Secara umum, sosok perempuan digambarkan
sebagai makhluk lemah yang harus dilindungi dan diatur,
karena itu perempuan tidak cocok dengan pekerjaan-
pekerjaan berat yang mengandalkan kekuatan fisik dan
atau kekuatan nalar misalnya kepemiimpinan. Sebagai
cerminan kebudayaan yang terjadi abad pertengahan
yang menempatkan perempuan sebagai the second sex
mendapatkan keputusan hukum (legitimasi) dari Q.S. Al-
Nisa’ ayat 11 dan ayat 33 tentang pembagian warisan.
Larangan menjadikan perempuan sebagai pemimpin yang
bersifat sosiologis kemudian mendapatkan legitimasi dari
hadis Rasulullah, yang bersifat khusus yaitu pada kasus
pengangkatan putri kaisar Persia, yang tidak
mempunyai keahlian di bidang politik sebagai pengganti
ayahnya (Muzdalifah Muhammadun, 2016).

Sedikit banyak, Islam juga ikut serta menjelaskan


penempatan perempuan dalam masyarakat. Sosiallisasi
ajaran Islam masih menempatkan perempuan di dalam
fiqh sebagai suri tauladan perempuan Islam yang
transendental. Fiqh memang tidak memiliki gambaran
atau contoh tentang perempuan yang bekerja.
Perempuan yang keluar rumah, bahkan sekadar untuk
shalat di masjid, dipandang sebagai perempuan yang
menyalahi kearifannya. Dengan demikian, antara
rumusan-rumusan fiqh (teks) dengan tuntutan realitas
kontemporer telah terjadi ketimpangan yang sangat
signifikn. Para tabi’in juga mensinyalir bahwa menjadi
perempuan pada masyarakat Islam modern lebih berat
dibandingkan di masa Rasulullah. Sebaliknya, berperilaku
koheren dengan rumusan fiqh (dalam beberapa hal) tidak
mengubah keadaannya menjadi lebih baik.

21
Derajat manusia pada hakikatnya adalah sama di
hadapan Allah. Sehingga alangkah baiknya apabila laki-
laki dan perempuan dapat menjalin kerja sama yang baik
tanpa merugikan satu sama lain. Terjadinya kesenjangan
antara kedudukan laki-laki dan perempuan dalam fiqh
merupakan akibat adanya berbagai macam pendapat
hukum. Selain itu menurut Rosdiana (2019 : 6) juga
disebabkan adanya kesalahpahaman dalam menafsirkan
ayat-ayat al Qur’an dan hadis hingga kemudian
dilegitimasi dengan produk fiqh.

3. Wanita Karir dalam Pandangan Islam


Islam tidak pernah melarang seorang istri ikut
membantu suaminya dalam mencari nafkah, bahkan
dianjurkan. Seperti istri Nabi Saw, Siti Aisyah dan
Khadijah juga membantu Nabi dalam menopang ekonomi
keluarga. Kendatipun istri juga dibolehkan turut mencari
nafkah, namun perlu ditegaskan bahwa peran
seorang istri hanya untuk membantu. Suamilah yang
berkewajiban untuk menghidupi keluarganya. Namun
dalam keadaan darurat, seorang istri boleh saja
berperan sebagai tulang punggung keluarga dalam
mencari nafkah, mengingat adanya anjuran dalam agama
tentang kewajiban seorang muslim untuk membanntu
muslim lainnya. Seorang istri yang bekerja berarti bahwa
sumber pemasukan keluarga tidak hanya satu, melainkan
dua. Sehingga, keluarga tersebut dapat mengupayakan
kualitas hidup yang lebih baik untuk keluarga, seperti
dalam hal pendidikan, kesehatan, sandang, papan
(tempat tinggal) dan hiburan.

Pendidikan tinggi yang diraih seorang perempuan


dapat memberikan peluang aktualisasi diri secara
22
professional bagi dirinya sebagai ”pembantu suami”
dalam mencari nafkah. Profesionalisme perempuan bukan
didasarkan pada konsesi ideologis karena ia perempuan.
Tetapi apabila dirujuk pada alasan rasional terhadap
kemampuan dan keahlian mereka, profesionalisme ini
akan memberikan “kekuatan” yang secara konkret guna
mengubah pertimbangan hubungan yang tidak setara
(adil) antara laki-laki dan perempuan.

Istilah “wanita karier” merebak bersamaan dengan


pergeseran peran perempuan yang semula hanya
“dianggap” sebagai makhluk domestik menuju
sektor publik yang sejak lama dianggap sebagai dunia
laki-laki. Meskipun demikian, istilah “wanita karier” tidak
dibarengi dengan istilah “lelaki karier”, hal itu
mengisyaratkan bahwa karier bukanlah bagian dari dunia
perempuan. Atau dengan kata lain bukan kewajiban
perempuan untuk berkarir.

Perempuan seringkali terikat dengan Panca


Dharma Wanita yang dicanangkan oleh pemerintah, yaitu
(1) Wanita sebagai pendamping yang setia; (2) Wanita
sebagai penerus generasi; (3) Wanita sebagai pengurus
rumah tangga; (4) Wanita sebagai pencari nafkah
tambahan; dan (5) Wanita sebagai anggota masyarakat
(Tim Penggerak Kota Semarang, 2020).

Gagalnya karier suami acapkali dianggap sebagai


tidak berhasilnya perempuan dalam mengemban
perannya sebagai seorang istri. Namun jika seorang
perempuan gagal dalam berkarier, maka dakwaan tertuju
kepada diri mereka sebagai perempuan, yang tidak
pernah dapat menyamai laki-laki. Kondisi problematis ini

23
sangat berpotensi menimbulkan krisis psikologis dan tidak
jarang menyulut ketidakharmonisan rumah tangga.
Kenyataan inilah yang membuat kaum aktivis perempuan
menghimbau agar pemerintah mengulas kebijakan
tentang “peran ganda” dengan peran “mitra kesejajaran”.

Masih banyak perdebatan di kalangan ulama


mengenai apakah boleh jika seorang wanita (istri) bekerja
di luar rumah. Dapat kita lihat fatwa-fatwa ulama
untuk mengetahui bagaimana hukum wanita yang bekerja
atau berkarierr. Setidaknya terdapat dua pendapat
tentang boleh atau tidaknya seorang wanita
bekerja di luar rumah. Pendapat pertama yang paling
ketat menyatakan tidak boleh, karena dianggap
bertentangan dengan kodrat wanita yang tel ah diberikan
dan ditentukan oleh Tuhan. Menurut pandangan ini, peran
wanita adalah menjadi istri yang dapat menyenangkan
suami, mengurus rumah, melahirkan, dan mendidik anak.
Dengan kata lain, tugas perempuan yang utama adalah
dalam sektor domestik. Selanjutnya pendapat kedua yang
relatif lebih longgar dari pendapat yang pertama
menyebutkan bahwa wanita dibolehkan bekerja di luar
rumah dalam bidang-bidang tertentu yang sesuai dengan
fitrah kewanitaan seperti pendidikan, kesehatan,
keperawatan, serta perdagangan. Sedangkan pekerjaan
yang dilakukan oleh seorang wanita selain yang tersebut
diatas dianggap menyalahi fitrah kewanitaan dan
tergolong orang-orang yang dilaknat Allah karena
menyerupai pria.

Larangan disini bukanlah larangan untuk keluar


rumah, tetapi lebih kepada jenis pekerjaan yang dilakukan
seorang wanita, dimana wanita dianjurkan untuk memilih
24
profesi yang sesuai dengan fitrah mereka sebagai
seorang wanita. Namun wanita yang tinggal di rumah
menurut kalangan ini lebih utama. Lemahnya postur tubuh
wanita dan kelembutan sifatnya hanya akan mempersulit
dirinya dalam mengatasi kesulitan saat bekerja.

Sebuah larangan bagi seorang perempuan dalam


hal keluar rumah kecuali saat situasi darurat dinyatakn
oleh Yusuf al-Qardhawi, sebgaimana firman Allah
dalam surat al-Ahzab ayat 33, yang ditujukan khuss untuk
istri-istri Rasulullah Saw, bahkan larangan tersebut
pernah "dilanggar" oleh Sayyidah `Aisyah yang
ikut dalam perang Jamal guna melaksanakan hukuman
qishâsh kepada orang-orang yang telah membunuh
sahabat Utsman bin Affan. Namun perempuan pada
saat ini sebenarnya sudah dianggap lumrah apabila
dirimya keluar rumah baik untuk menuntut ilmu maupun
bekerja tanpa ada seorangpun yang memprotesnya.
Hal ini seakan telah menjadi kesepakatan bahwa wanita
diperbolehkan keluar rumah dengan syarat-syarat tertentu
(Yusuf al Qardhawi, 1994 : 386).

Terdapat pula pendapat yang menegaskan bagi


kaum wanita yang bekerja di luar rumah untuk
menjalankan tugas utamanya kembali sebagai seorang
istri dan ibu sejati. Pndapat ini kebanyakan berasal dari
sebagian besar ulama Timur Tengah. Menilik dari segi
sosiologis dan kebudayaan masyarakat Timur Tengah
yang cenderung patriarkhis (laki-laki sebagai pemegang
kekuasaan utama) inilah yang memungkinkan adanya
pendapat tersbut dan mungkin juga dipengaruhi oleh
faktor keamanan dan kenyamanan pada masyarakat
tersebut, apabila seorang wanita keluar rumah harus
25
ditemani oleh mahramnya sebab tidak adanya jaminan
keamanan bagi wanita yang ingin keluar dari rumahnya
sendirian. Alasan berikutnya adalah kekhawatiran
terjadinya khalwat di tempat bekerja yaitu percampuran
antara perempuan dan laki-laki. Alasan inilah yang
dijadikan para ulama sebagai bahan pertimbangn dalam
memutskan fatwa dan hukum bagi seorang wanita karier.

26
DAFTAR PUSTAKA

Albar, Muhammad. 2000. Wanita Karir Dalam Timbangan


Islam (`Amal al-Mar`ah Fî al-Islâm), terj. Amir Hamzah
Fachruddin. Jakarta : Pustaka Azam.

Anshary, A. Hafiz & Huzaimah, T. Yanggo (ed.). 2002. Ihdad


Wanita Karir, dalam Problematika Hukum Islam
Kontemporer (II), Jakarta : Pustaka Firdaus.

Anwar, M. Fuad. 2014. Landasan Bimbingan dan


KonselingIslam. Yogyakarta: Deepublish.
Darwin, Harahap. 2019. Konsep Dasar Bimbingan Konseling
Karir dan Perspektif Islam. AL-IRSYAD: Jurnal
Bimbingan Konseling Islam. Volume 1 Nomor 2.
Diakses 9 Juli 2021.

Hartono. 2016. Bimbingan Karir. Jakarta: Kencana.

Muhamad, Ismiyati. 2019. Wanita Karir Dalam Pandangan


Islam. Al-Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender
dan Agama. Vol. 13, No.1.

Nabila, Zidniy. Fiqih Perempuan Kontemporer (Wanita Karier).


TAFAQQUH: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah dan
Ahawl as Syahsiyah

Ruslan A. Gani. 1978. Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa.

S Yusuf, AJ Nurihsan. 2019. Bimbingan dan Konseling: dalam


berbagai latar kehidupan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

27
Sanggih D. 2001. Gunarsa. Konseling dan Psikotrapi. Jakarta:
Gunung Mulia.

Sugandi, Miharja. 2013. Bimbingan Karir (Dakwah, Teori dan


Praktis). Bandung: Tinta Biru.

Sutoyo, Anwar. 2007. Bimbingan dan Konseling Islami (teori


dan praktik). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
W.S Winkel. 1999. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Walgito, B. 2010. Bimbingan + Konseling [Studi & Karir].


Yogyakarta: CV. Andi Offset.

28
29

Anda mungkin juga menyukai