KEPERAWATAN
Faridah
1
Pemeriksaan Fisik
Head-To-Toe
PEMERIKSAAN KEPALA - LEHER
Anatomi Kepala-Leher
3
Pemerikasaan Umum
Inspeksi:
Amati kesimetrisan muka, rambut, kulit kepala.
Penilaian lingkar kepala. Lingkar kepala yang lebih besar dari normal, disebut
makrosefali, biasanya dapat ditemukan pada penyakit hidrocefalus. Sedangkan lingkar
kepala yang kurang dari normal disebut mikrosefali.
Palpasi:
Lakukan palpasi pada permukaan kulit kepala, penilaian adanya deformitas, nyeri tekan
4
Pemeriksaan Mata
Inspeksi:
Amati bentuk bola mata, strabismus,
exophtalmus, konjungtiva, sklera, kornea dan iris
(dan iris : peradangan (ada / tidak), bagaimana
gerakan bola mata (normal / tidak), pupil kanan
kiri (bagaimana reflek pupil terhadap cahaya (baik
/ tidak), besar pupil kanan-kiri (sama /tidak), pupil
mengecil / melebar
Periksa tekanan bola mata dan adanya nyeri tekan
Ukur tekanan bola mata pasien dengan
menggunakan tonometer.
Nilai normal tekanan intra okuli 11 – 21 mmHg
(rata – rata 16 ± 2,5 mmHg)
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND
5
Test ketajaman penglihatan
Periksa visus Okuli Dekstra (OD) dan Okuli Sinistra (OS)
6
Pemeriksaan Telinga
Inspeksi Amati daun telinga, liang telinga (Lubang
telinga, kalau perlu gunakan otoskop (periksa
ada / tidak) : serumen, benda asing,
Perdarahan), membran timpani (utuh / tidak)
7
Tes Pendengaran
Beberapa jenis gangguan pendengaran:
Gangguan pendengaran konduktif
Gangguan pendengaran ini terjadi ketika gelombang suara tidak dapat masuk ke dalam
telinga. Gangguan pendengaran konduktif umumnya ringan dan hanya terjadi sementara.
Gangguan pendengaran sensorineural
Kondisi ini terjadi ketika ada gangguan pada organ di dalam telinga atau saraf yang
mengontrol pendengaran. Tingkat keparahan gangguan pendengaran sensorineural bisa ringan
sampai tuli total.
Gangguan pendengaran campuran
Gangguan pendengaran campuran adalah kondisi ketika gangguan pendengaran konduktif
terjadi bersamaan dengan gangguan pendengaran sensorineural.
8
Indikasi Tes Pendengaran
Merasa ada dengungan pada telinga (Tinitus) Tinnitus bukanlah suatu penyakit, melainkan
gejala dari kondisi lain, misalnya gangguan di organ dalam telinga, gangguan di dalam
pembuluh darah, atau karena efek samping obat-obatan
Menonton televisi dengan suara yang keras hingga mengganggu orang lain
9
Jenis-jenis tes pendengaran
1. Tes bisik
2. Tes garputala
3. Tes audiometri tutur
4. Tes audiometri nada murni
5. Brainstem auditory evoked response (BAER)
6. Otoacoustic emissions (OAE)
7. Acoustic reflex measures
8. Timpanometri
10
11
1. Tes Bisik (whispered voice test)
12
TES GARPUTALA
Bertujuan untuk menilai ada
tidaknya gangguan pendengaran
(tuli+ hearing loss) dan
membedakan tuli hantaran
(conductive hearing loss) dan tuli
sensorineural (sensorineural hearing
loss)
13
Jenis Tes Garputala
TES
TES RINNE: TES WEBER: SCHWABACH
:
Tes untuk
Tes untuk
Tes pendengaran untuk membandingkan
membandingkan
membandingkan hantaran tulang orang
hantaran melalui
hantaran tulang telinga diperiksa dengan
udara dan hantaran
kiri dengan telinga pemeriksa yang
melalui tulang pad
kanan pendengarannya
telinga yang diperiksa
normal
14
Tes Rinne
Untuk menilai hantaran udara, ujung
lengan panjang garputala yang sudah
digetarkan dipasang 1 inci di depan
MAE (A)
Pasien ditanya apabila sudah tidak
mendengar
Setelah itu, prosedur diatas dibalik,
pemeriksaan dimulai dari B ke A
Interpretasi hasil :
Tes Rinne (+) : AC>BC Normal
Tes Rinne (-) : BC>AC __> Tuli
konduksi atau tuli sensori
15
Tes Weber
interpretasi hasil :
• suara terdengar sama keras di telinga kiri dan kanan
normal
• suara terdengar lebih keras di satu sisi ada lateralisasi
• Lateralisasi ke arah telinga yang terganggu tuli
konduktif
• Lateralisasi ke arah telinga yang sehat tuli
sensorineural
16
Tes Schwabach
Cara pemeriksaan :
Garputalah 512 Hz digetarkan
Diletakkan pada Processus Mastoideus
pemeriksa lebih dahulu
Sampai tidak terdengar bunyi
Tangkai garputala segera dipindahkan
pada Prosc mastoideus OP
Bila OP masih dapat mendengar bunyi
maka OP Schwabach memanjang
Bila pasien dan pemeriksa sama-sama
pendengarannya schwabach sama
dengan pemeriksa
17
Kesimpulan Tes
Garputala
18
Pemeriksaan hidung
Inspeksi
Amati adanya deformitas, aliran
pengeluaran udara, mukosa,
Palpasi:
Dilakukan pada pangkal, septum,
dan cuping hidung, temukan nyeri
tekan pada area sinus
Perkusi:
Temukan adanya nyeri ketuk area sinus
19
Pemeriksaan keadaan mulut
Inspeksi
Amati bibir, mukosa, gusi, gigi,
lidah, faring, tonsil,
kebersihan/bau mulut
Palpasi:
Lakukan palpasi pada pipi,
palatum dan lidah
Perkusi:
Dilakuk
an pada
gigi
20
Pemeriksaan leher
Inspeksi
Palpasi
22
Bentuk Dada
Gerakan napas dan tanda-tanda sesak napas Dari arah depan, catat :
Normal: Gerak napas simetris 12- 24 x/menit, abdominal / thorakoabdominal, tidak
ada penggunaan otot napas dan retraksi interkostae
23
Abnormal :
Tachipneu napas cepat ( frekuensi > 24 x/menit ), misalnya pada demam, gagal jantung
Bradipneu (napas lambat) ( frekuensi < 12 x/menit), misalnya pada uremia, koma DM, stroke
Cheyne Stokes→ napas dalam, kemudian dangkal dan diserta apneu berulang-ulang. Misalnya pada stroke, penyakit
jantung, ginjal.
Biot→ dalam dan dangkal disertai apneu yang tidak teratur, misalnya meningitis
Kusmaull → Pernapasan cepat dan dalam, misalnya koma DM, asidosis metabolik
Apneustik → inspirasi tersengal, ekspirasi sangat pendek, misal pada lesi pusat pernapasan.
Asimetris → pneumonie, TBC paru, efusi pericard/pleura, tumorparu.Dari arah depan tentukan adanya pelebaran vena
dada, normalnya : tidak ada
24
Palpasi:
Dengan posisi duduk merunduk, letakkan ke dua tangan pada
punggung di bawah scapula, tentukan : kesimetrisan gerak dada,
dan daya kembang paru
26
Suara perkusi
Paru-paru normal: resonan (“dug dug
dug”)
Tumor paru: pekak/dullness (“bleg
bleg bleg”) → bagian padat lebih
banyak dari bagian udara
Pneumothoraks: hiperresonan (“deng
deng deng”) → udara lebih banyak dari
padat
Daerah yang berongga: timpani (“dang
dang dang”)
Jaringan padat (jantung, hati):
pekak/datar
Gambar 3 : Teknik Perkusi
27
Perkusi
Lakukan perkusi secara merata pada daerah
paru, catat adanya perubahan suara perkusi :
• Normal : sonor/resonan ( dug )
• Abnormal :
• Hipersonor → menggendang ( dang ) : thorax berisi
udara, kavitas
• Hiposonor → "deg" : fibrosis, infiltrate, pleura menebal
• Redup → "bleg" : fibrosis berat, edema paru
• Pekak → seperti bunyi pada paha : tumor paru, fibrosis
28
Auskultasi:
31
PRECORDIUM
Inspeksi dan Palpasi
1. Posisi telentang dengan kepala diangkat 30-40 derajat
2. Letakkan tangan pada ruang intercostae II (area aorta dan pulmonal), lalu amati
ada tidaknya pulsasi. Normalnya tidak ada
3. Geser tangan ke ruang intercostae V parasternal sinister (area ventrikel
kanan/tricuspid). Amati adanya pulsasi, normalnya tidak ada
4. Dari area tricuspid, geser tangan ke area midclavicula sinister (area apical/point
of maximal impulse)
5. Tentukan letak ictus cordis di ICS V garis midklavikula kiri. Untuk mempertajam
getaran gunakan jari ke-2 dan ke-3 tangan kanan
6. Ictus cordis disebabkan karena denyutan dinding thorax karena pukulan pada
ventrikel kiri, normalnya berada ICS V midclavicula sinister sebesar 1 cm.
32
Lokasi PMI (point of maximal impulse)
33
Perkusi
Untuk memeriksa batas jantung
ICS II (area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri)
ICS V Mid Sternalis kiri (area katup trikuspid atau ventrikel kanan)
ICS V Mid Clavikula kiri (area katup mitral)
Untuk mengetahui batas, ukuran dan bentuk jantung secara kasar. Batas-
batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Midclavikula Kiri
Batas Kanan: ICS IV MidSternalis Kana
34
Auskultasi
1. Dengarkan BJ I pada :
ICS V garis midsternalis kiri (area katup trikuspid)
ICS V garis midklavicula kiri (area katup mitral): terdengar LUB lebih keras akibat
penutupan katub mitral dan trikuspid
2. Dengarkan BJ II pada :
ICS II garis sternalis kanan (area katup aorta)
ICS II garis sternalis kiri (area katup pulmonal): terdengar DUB akibat penutupan
katup aorta dan pulmonal.
3. Dengarkan adanya suara tambahan (BJ III) pada fase sistolik-diastolik, BJ
IIIterdengar setelah BJ II dengan jarak cukup jauh tapi tidak melebihi separuh
dari fase diastolic
4. BJ III normal pada anak dan dewasa muda
35
Auskultasi
5. BJ III pada decompensasi kiri disebut Gallop Rhythm, yaitu suara yang timbul akibat
getaran derasnya pengisian diastolic dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang sudah
membesar
6. Dengarkan adanya Murmur (bising jantung), yaitu suara tambahan pada fase sistolik,
diastolic, maupun keduanya yang disebabkan karena adanya fibrasi/getaran dalam
jantung atau pembuluh darah besar yang disebabkan karena arus turbulensi darah.
Derajat murmur :
I : hampir tidak terdengar
II : Lemah
III : Agak keras
IV : Keras
V : sangat keras
VI : masih terdengar jelas ketika stetoskop diangkat sedikit
36
DAERAH KETIAK DAN
PAYUDARA
Inspeksi
Ukuran payudara, bentuk, kesimetrisan, dan adakah pembengkakan. Normalnya
melingkar dan simetris dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih gelap.
Putting : Adakah cairan yang keluar, ulkus, pembengkakan
Adakah pembesaran pada kelenjar limfe axillar dan clavikula
Palpasi
Adakah nyeri, adakah nyeri tekan, dan kekenyalan
Adakah benjolan massa atau tidak
37
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Empat Kuadran Abdomen Sembilan Kuadran Abdomen
38
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Permukaan perut Bentuk perut
Perhatikan kulit perut : apakah Perhatikan : kesimetrisan (baik pada
tegang, licin, tipis (bila ada orang yang gemuk/kurus).
pembesaran organ dalam perut) Pembesaran perut secara simetris
atau kasar, keriput (bila mengalami disebabkan penimbunan cairan di
distensi). Apakah terdapat luka rongga peritonium, penimbunan
jahit atau luka bakar. udara di dalam usus dan orang
terlampau gemuk. Pembesaran
Perhatikan warna kulit perut : perut asimetris ditemukan pada
apakah kuning / tidak (pada pasien kehamilan, tumor di dalam rongga
ikterus), apakah tampak pelebaran perut, tumor ovarium atau kandung
pembuluh darah vena / tidak kencing. Pembesaran setempat :
Perhatikan adanya striae (tanda dijumpai pada pembesaran hepar,
peregangan pada ibu hamil) limpa, ginjal, kandung empedu, dan
tumor pada organ-organ tersebut
39
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
42
Pemeriksaan abdomen
Auskultasi
Rasakan : adanya ketegangan otot atau tidak, nyeri tekan atau tidak
Rasakan konsistensinya : apakah padat keras (seperti tulang), padat kenyal (seperti meraba hidung),
lunak (seperti pangkal pertemuan jempol dan telunjuk), atau kista (ditekan mudah berpindah seperti
balon berisi air, berisi cairan
Jika dirasakan adanya massa, maka ukuran massa ditentukan dengan meteran / jangka sorong panjang,
lebar, tebal (kalau tidak ada peralatan, bisa dengan ukuran jari penderita)
44
Pemeriksaan abdomen
Palpasi
45
Pemeriksaan abdomen
Palpasi
Palpasi pada titik
Palpasi Ginjal Mc.Burney
Dengan teknik bimanual : tangan kiri mengangkat
ginjal ke anterior pada area lumbal posterior,
tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae,
kemudian lakukan palpasi dan deskripsikan adakah
nyeri tekan, bentuk dan ukuran. Normal ginjal tidak
teraba
46
Palpasi dan Perkusi untuk Melihat Cairan
Acites
1. Atur posisi telentang
4. Satu tangan mengetuk dinding abdomen, tangan yang lain merasakan getaran. Bila ada
getaran, berarti ada cairan bebas pada rongga abdomen
5. Kemudian lakukan perkusi, perkusi dimulai dari bagian tengah abdomen menuju dinding
lateral abdomen. Perubahan suara dari tympani ke dullness (pekak) merupakan batas cairan
pada abdomen
6. Ubah posisi pasien ke posisi miring (cairan akan pindah ke bawah). Lakukan perkusi pada
kedua bagian lateral abdomen. Bila terdapat cairan akan didapatkan : daerah sisi lateral
abdomen yang semula pekak akan berubah menjadi tympani, sedangkan bagian lateral lainnya
berubah menjadi pekak. Keadaan ini disebut shifting dullness. 47
PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
Inspeksi
Perhatikan :
Penampilan umum, gaya jalan, ketegapan, cara bergerak, simetris tubuh dan
extremitas (bandingkan sisi yang satu dengan yang lain → ekstemitas atas / bawah,
kanan/ kiri). Adanya perasaan tidak nyaman, pincang, atau nyeri saat berjalan
Kelumpuhan badan dan atau anggota gerak. Adanya fraktur atau tidak
Warna kulit pada ekstremitas (kemerahan / kebiruan / hiperpigmentasi)
Periksa adanya benjolan / pembengkakan pada ekstremitas. Adanya atrofi /
hipertrofi otot, struktur tulang dan otot. Amati otot kemungkinan adanya kontraksi
abnormal dan tremor
48
PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
palpasi
50
Penilaian Kekuatan Otot
Sekala Normal Ciri
Kekuatan (%)
0 0 Paralisis total
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi
otot
2 25 Gerakan otot penuh menentang gravitasi, dengan
sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan normal menentang gravitasi dengan sedikit
tahanan
5 100 Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
tahanan penuh
51
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
52
PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS
53
Fungsi Dan Jenis Saraf Kranial
54
Cara Pemeriksaan Nervus Kranialis
NERVUS CARA PEMERIKSAAN
I Olfaktorius Minta pasien untuk mengidentifikasi aroma non iritatif seperti kopi dengan mata tertutup
VII Facialis a. Minta klien untuk tersenyum, mengembungkan pipi, menaikkan dan menurunkan alis mata, kemudian perhatikan
kesimetrisannya
b. Minta klien untuk mengidentifikasi rasa manis dan asin di bagian depan dan pinggir lidah
VIII Vestibulococlearis Kaji kemampuan klien untuk mendengarkan kata yang diucapkan pemeriksa
IX Glossopharingeus a. Minta klien untuk mengidentifikasi rasa asam, asin, dan manis pada bagian posterior lidah
b. Gunakan spatel lidah untuk memeriksa reflek gags
c. Minta klien untuk menggerakkan lidahnya
X Vagus a. Minta klien untuk mengucapkan kata “ah” dan observasi pergerakan palate, dan faring
b. Gunakan spatel lidah untuk memeriksa reflex gags
c. Kaji adanya suara parau ketika klien berbicara
XI Accesorius Minta klien untuk mengangkat bahu dan memallingkan wajah ke sisi yang ditahan oleh tangan anda secara pasif
XII Hipoglossus Minta klien untuk menjulurkan lidah sejajar garis tengah tubuh, kemudian menggerakkannya ke kanan dank e kiri
55
PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS
1. Reflek Biseps 2. Reflek Triseps
Posisi: dilakukan dengan pasien duduk, dengan Posisi : dilakukan dengan pasien duduk. Dengan
membiarkan lengan untuk beristirahat di pangkuan perlahan tarik lengan keluar dari tubuh pasien,
pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 sehingga membentuk sudut kanan di bahu atau
derajat di siku. lengan bawah menjuntai ke bawah langsung di
siku
Identifikasi tendon: minta pasien memflexikan di siku
sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa Cara : ketukan pada tendon otot triseps, posisi
antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
tali tebal.
Cara: ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan
pada tendon muskulus biseps, posisi lengan setengah
diketuk pada sendi siku
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Respon: fleksi lengan pada sendi siku
56
PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS
3. Reflek Brachioradialis 4. Reflek Patella
Posisi : dapat dilakukan dengan duduk. Lengan Posisi : dapat dilakukan
bawah rileks di pangkuan pasien.
dengan duduk atau berbaring
terlentang
Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis Cara : ketukan pada tendon
(sisi ibu jari pada lengan bawah) sekitar 10 cm
proksimal pergelangan tangan. Posisi lengan patella
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons : flexi pada lengan bawah dan supinasi Respon : plantar fleksi kaki
pada siku dan tangan
57
PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS
5. Reflek Glabela 6. Reflek Rahang Bawah (Jaw Reflex)
58
PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS
7. Reflek Achiles
KAKU KUDUK.
Pemeriksaan dilakukan sbb:
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala
pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala
ditekukkan ( fleksi) dan diusahakan agar dagu
mencapai dada. Selama penekukan
diperhatikan adanya tahanan.
Bila terdapat kaku kuduk, kita dapatkan
tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.
Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat
60
CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL .
KERNIG SIGN.
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang
berbaring difleksikan pahanya pada persendian
panggul sampai membuat sudut 90 derajat.
Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut sampai membentuk sudut
lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila
teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau
kurang dari sudut 135 derajat , maka
dikatakan kernig sign positif.
61
62
CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL .
BRUDZINSKI SIGN.
Ini meliputi :
Tanda leher menurut Brudzinski,
Tanda tungkai kontralateral menurut Brudzinski,
Tanda pipi menurut Brudzinski,
Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski
63
CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL .
Tanda Lasegue.
Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang
berbaring lalu kedua tungkai diluruskan ( diekstensikan )
, kemudian satu tungkai diangkat lurus, difleksikan pada
persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus
selalu berada dalam keadaan ekstensi ( lurus ) .
Keadaan normal dapat mencapai sudut 70 derajat
sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah
timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70
derajat maka disebut tanda Lasegue positif.
Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil
patokan 60 derajat.
69
70
71
PEMERIKSAAN REFLEK
PATOLOGIS
Babinski
• Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari
posterior ke anterior.
• Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning)
jari – jari kaki.
Chaddock
• Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral,
sekitar malleolus lateralis dari posterior ke anterior.
• Respons : seperti babinski
72
PEMERIKSAAN REFLEK
PATOLOGIS
Oppenheim
• Stimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari
proksimal ke distal
• Respons : seperti babinski
Gordon
• Stimulus : penekanan betis secara keras
• Respons : seperti babinski
73
PEMERIKSAAN REFLEK
PATOLOGIS
Schaffer
• Stimulus : memencet tendon achilles secara keras
• Respons : seperti babinski
Gonda
• Stimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempat
• Respons : seperti babinski
Stransky
• Stimulus : penekukan ( lateral ) maksimal jari kaki kelima
• Respons : seperti babinski
Rossolimo
• Stimulus : pengetukan pada telapak kaki
• Respons : fleksi jari – jari kaki pada sendi interphalangealnya
74
Refleks Primitif
Graps refleks
• Stimulus : penekanan / penempatan jari si
pemeriksa pada telapak tangan pasien.
• Respons : tangan pasien mengepal
Palmo – mental refleks
• Stimulus : goresan ujung pena terhadap kulit
telapak tangan bagian Thenar.
• Respons : kontraksi otot mentalis dan
orbicularis oris ipsilateral.
75
PEMERIKSAAN GENETALIA DAN ANUS
Pria
1. Inspeksi rambut pubis: perhatikan penyebaran, pola pertumbuhan, dan kebersihannya
2. Inspeksi kulit dan ukuran penis: adakah lesi, pembengkakan atau benjolan, dan adanya kelainan lain yang tampak pada batang penis
3. Inspeksi kepala penis untuk melihat meatus uretra: apakah ada cairan yang keluar, adakah lesi/oedema/inflamasi atau tidak, lubang uretra
normalnya terletak di tengah kepala penis
4. Pada yang belum di sirkumsisi, tarik prepusium untuk melihat kepala penis dan meatus uretra (secara normal prepusium seharusnya dapat ditarik
dengan mudah). Bila pasien merasa malu, penis dapat dibuka oleh pasien sendiri. Pada kepala penis akan tampak sedikit smegma (kerak) putih
kekuningan seperti keju. Bila pasien telah disirkumsisi, kepala penis terlihat kemerahan dan dalam keadaan kering tanpa smegma
5. Inspeksi skrotum dan perhatikan: ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna (normal hiperpigmentasi), adanya lesi/edema atau tidak
6. Palpasi permukaan kulit skrotum: adakah benjolan atau tidak. Normalnya teraba longgar dan kasar. Skrotum kontraksi pada suhu dingin dan relaks
pada suhu hangat
76
PEMERIKSAAN GENETALIA DAN ANUS
Pria
7. Palpasi skrotum dan testis dengan menggunakan jempol dan tiga jari pertama. Palpasi tiap
testis dan perhatikan ukuran, konsistensi, bentuk, dan kelicinannya. Testis normalnya teraba
lunak, elastis, licin, tidak ada benjolan atau massa, berukuran sekitar 2-4 cm, dan testis kiri lebih
rendah dibanding testis kanan
8. Lakukan palpasi penis untuk mengetahui: adanya nyeri tekan atau tidak, adanya benjolan pada
batang penis, dan kemungkinan adanya cairan kental yang keluar
10. Palpasi anus dan rektum dengan jari (menggunakan sarung tangan dan beri pelumas),
perhatikan: adakah nyeri tekan atau tidak, adakah cairan/darah yang keluar, raba dinding rektum
(adakah benjolan/ polip atau tidak), raba kelenjar prostat (apakah mengalami hiperplasia atau
tidak)
77
Genetalia eksterna pria
78
PEMERIKSAAN GENETALIA DAN ANUS
Wanita
1. Inspeksi rambut pubis: penyebaran, pola pertumbuhan, dan kebersihannya
2. Inspeksi labia mayora dan bagian dalam (klitoris, labia minora, orifisium uretra, orifisium vaginal) dengan cara buka
lebar ke arah lateral labia mayora dengan jari-jari dari satu tangan, perhatikan: labia simetris atau tidak, warna mukus
membran normal merah muda, adakah iritasi/inflamasi atau tidak, keluaran sekret (warna putih/kuning, berbau/tidak),
dan amati adanya polip/benjolan atau tidak
3. Inspeksi perineum: normal kulit perineal lebih gelap, halus, dan bersih
5. Palpasi anus dan rektum dengan jari (menggunakan sarung tangan dan beri pelumas), perhatikan: adakah nyeri tekan
atau tidak, adakah cairan/darah yang keluar, raba dinding rektum (adakah benjolan/ polip atau tidak), raba kelenjar
prostat (apakah mengalami hiperplasia atau tidak)
79
Pemeriksaan genetalia wanita
80
Genetalia Interna Wanita
81
Pemeriksaan ekstremitas (Integumen dan
kuku)
Amati kebersihan kulit pasien
Amati adanya kelainan pada kulit seperti : Eritema, papula, vesikula, pustule, ulkus,
crusta, excoriasi, fissure, cicatrix, ptechie, hematoma, naevus pigmentosus, vititigo,
tattoo, hemangioma, spider nevi, lichenifikasi, striae, anemi, sianosis, ikterus
Amati adanya Clubbing Fingers
Periksa kehangatan, kelembaban, dan tekstur kulit
Amati turgor kulit dengan cara mencubit perut, kondisi normal jika bekas cubitan
kembali kurang dari 3 detik
Amati pengisian darah kapiler / capillary Refill Time (CRT) dengan cara menekan
ujung jari. Kondisi normal Jika warnanya kulit kembali kurang dari 3 detik.
82
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation