Anda di halaman 1dari 26

Oleh

Tim Pengajar KMB Prodi Keperawatan Kotabumi


 BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan
di mana kelenjar prostat mengalami pembesaran,
memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra.
 Hiperplasia : bertambah besarnya organ / jaringan,

akibat bertambahnya jmlh sel pembentuk organ


 BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum

pada pria. (Smeltzer dan Bare, 2002)


Gambar Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit
Penyebab pasti BPH belum diketahui secara pasti. Beberapa hipotesis
yang diduga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia prostat, yaitu
sebagai berikut (Basuki, 2011):
•Proses penuaan dan adanya sirkulasi androgen membuat BPH

•Dihydrostestosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor

androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat yang


mengalami hiperplasi
•Bentuk nodular jaringan prostat mengalami pembesaran

•Normalnya jaringan yang tipis dan fibrous pada permukaan kapsul

prostat menjadi spons menebal dan membesar


•Uretra prostatic menjadi tertekan dan sempit menyebabkan kandung

kemih menjdai kencang untuk bekerja lebih keras mengeluarkan urine


•Efek obstruksi yang lama menyebabkan tegangan dinding kandung

kemih dan menurun dari elastisitasnya


Grade BPH Tanda /GejalaKlinik
Stadium 1 • Ada obstruktif tapi kandung kemih masih
mampu mengeluarkan urine sampai habis. 
Stadium 2 • Retensi urine (+), kandung kemih mampu
mengeluarkan urine ttp tidak sampai habis
(Tersisa kira-kira 60-150 cc).
• Rasa tidak enak saat BAK (disuria) dan menjadi
nocturia.
Stadium 3 • Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
Stadium 4 • Retensi urine total, buli-buli penuh pasien
tampak kesakitan,
• Urine menetes secara periodik (over flowin
kontinen). (Roehrborn, 2011)
 Tahap awal, setelah terjadi pembesaran prostat, →
terjadi penyempitan lumen uretra prostatika dan
akan menghambat aliran urine → keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikel.
 Agar urine bisa keluar, buli-buli harus berkontraksi
lebih kuat guna melawan tahanan tersebut,
sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan
daerah prostat meningkat, serta otot detrusor
menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi
atau divertikel → Fase penebalan detrusor ini
disebut fase kompensasi.
 Bila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi
lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan
tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urine (Basuki, 2011).
• Gejala obstruksi, hesitensi (sulit untuk memulai
berkemih, sehingga untuk memulai berkemih
kadang-kadang harus mengedan.)
• Adanya perasaan ingin berkemih tidak tuntas, dan retensi
urine (Nursalam, 2008)
• Terdapat gejala iritasi, berkemih mendadak, sering dan
nokturia (Nursalam, 2008)
• Retensi urin
• Infeksi saluran kemih
• Involusi kontraksi kandung kemih
• Refluk kandung kemih
• Hidroureter dan hidronefrosis
• Gagal ginjal
• Hematuri
• Hernia atau hemoroid
Operasi:
1.Pembedahan
2.Pembedahan Terbuka
3.Pembedahan Endourologi
4.TURP (Trausetra Reseksi Prostat)
Terapi: 5. Elektrovaporasi Prostat
1.Watchful waiting 6. Laser prostatektomi
7. Tindakan invasive minimal
2. Medikamentosa
8. Termoterapi
9.TUNA (Transuretrhal needle ablation of the
prostate)
10. Stent
11. HIFU (High intensity focused ultrasound)
12. Control berkala
 Watchful waiting dilakukan pada pasien dengan gejala ringan, yaitu pasien dengan
hasil skor IPSS/AUA ((International Prostate Symptom Score/American Urological
Association ) yaitu antara 0 hingga 7.
 Berdasarkan skoring IPSS, gejala LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms = Gejala
Saluran Kemih Bagian Bawah ) dapat dibagi menjadi 3 derajat, yaitu:
 Ringan: skor 0-7,
 Sedang: skor 8-19,
 Berat skor: 20-25.
 Sebagai penatalaksanaan awal yang darurat, bila pasien mengalami retensi urine
akibat benign prostatic hyperplasia maka pasien dapat diberikan kateterisasi uretra
atau bila gagal, kateterisasi suprapubik untuk mengatasi retensi urine →Metode
terapi ini sering kali mengalami kegagalan, yaitu sekitar 40% dalam 3 bulan
pertama hingga 60% dalam 12 bulan.
Obstruktif iritatif
Kesulitan memulai miksi/hesitancy Frekuensi
Mengejan untuk memulia miksi/straining Urgensi

Pancaran melemah/weak stream Nokturia

Rasa tidak lampias/incomplete emptying Inkontinensia

Urin menetes di akhir miksi/dribbling

Aliran urin hilang timbul/intermitten flow


 Menayakan kpd pasien terkait dg gejala yang dialami dalam sebulan terakhir antara lain perasaan tidak
tuntas pengosongan kandung kemih , frekuensi buang air kecil , aliran urin terputus-putus , urgensi buang
air kecil , aliran lemah, mengejan dan bangun malam untuk buang air kecil.
 IPSS dirancang untuk skrining dan diagnosis BPH.
 Enam pertanyaan pertama dinilai berdasarkan hal-hal berikut:

0 Tidak semuanya

1 Kurang dari 1 kali dalam 5


2 Kurang dari separuh waktu
3 Sekitar separuh waktu
4 Lebih dari separuh waktu
 Pertanyaan
5 ketujuh,selalu
Hampir berkaitan dengan nokturia, diberi skor dari 0 sampai 5 berdasarkan berapa kali pasien
bangun pada malam hari untuk buang air kecil (yaitu 1 diberi skor untuk satu kali per malam dan 5 untuk
lima kali per malam).
 Selain itu, IPSS dapat dilakukan beberapa kali untuk membandingkan perkembangan gejala dan tingkat
keparahannya selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun.
 Pasien dengan gejala sedang (Skor IPSS/AUA 8-18) hingga
berat (Skor IPSS/AUA 19-35) dapat diberikan terapi
farmakologis. Jika terapi farmakologis tidak berhasil
mengatasi gejala yang ada, maka dapat dilakukan tindakan
pembedahan. Pilihan terapi farmakologis sesuai advis dokter.
 Transurethral Resection of Prostate adalah prosedur pembedahan yang
digunakan untuk merawat gejala Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
yang sedang hingga parah.
 Selama Transurethral Resection of Prostate, dokter bedah memasukkan
resectoscope (alat visual dan bedah) ke dalam uretra untuk mengikis
kelebihan jaringan prostat, sedikit demi sedikit setiap kali.
 Pengangkatan jaringan prostatik yang mengganggu dengan
menggunakan Transurethral Resection of Prostate memungkinkan aliran
air kemih dari kantung kemih dipulihkan.
 Transurethral Resection of Prostate biasanya dilakukan di bawah
pembiusan umum atau tulang belakang.
• Pemeriksaan rectal
• Urinalisis
• Serum kreatinin dan BUN
• Serum PSA
• Radiologis
• Pemeriksaan darah lengkap
• Residual Urine
• Urodynamic.
• USG.
• Cytourethroscope
ASUHAN KEPERAWATAN
• Identitas Klien: Nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat.
• Keluhan Utama: Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu
adanya rasa nyeri. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing. Hesitansi yaitu
memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan.
• Riwayat Kesehatan: riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat kesehatan keluarga.
• Pola Fungsi Kesehatan: Pola Manajement Kesehatan, Presepsi Kesehatan,
Pola Nutrisi dan Metabolisme, Pola Eliminasi, Pola aktivitas latihan, Pola
istirahat tidur, Pola Presepsi kongnitif, Pola konsep diri presepsi diri, Pola
hubungan peran, Pola reproduksi seksual, Pola terhadap stres dan koping,
Pola keyakinan nilai.
• Keadaan Umum: Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus,
pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, nadi.
• Sistem Pernafasan (BI): Pada pemeriksaan ini kaji bentuk bagaimana, apakah ada
pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada
suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing.
• Sistem Kardiovaskuler (B2): Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau
tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya.
• Sistem Persyarafan (B3): Pada daerah kaudal akan mengalami kelumpuhan (relaksasi
otot) dan mati rasa karena pengaruh anasthesi SAB
• Sistem Perkemihan (B4): Setelah dilakukan tindakan TURP klien akan mengalami
hematuri . Retensi dapat terjadi bila kateter tersumbat bekuan darah.
• Sistem Pencernaan (B5): Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan
retensi umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada
nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau
hemoroid.
• Sistem Muskoloskletal (B6): Apakah ada pembengkakan pada sendi. . Pada sekitar
pemasangan infus ada tanda – tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri
tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana
• Pemeriksaan  Laboratorium
• Pemeriksaan  Uroflowmetri
• Pemeriksaan  Imaging  dan  Rontgenologik
• Pemeriksaan CT- Scan dan MRI
• Pemeriksaan sistografi
• Nyeri Akut b/d agens-agens penyebab cedera karena adaya pembesaran
kelenjar prostat.
• Retensi Urin b/d peningkatan tekanan ureter dan ketidakmampuan kandung
kemih untuk berkontraksi secara adekuat.
• Gangguan Eliminasi Urin b/d obstruksi anatomik yg abnormal karena adanya
pembesaran kelenjar prostat
• Gangguan Pola Tidur b/d sering terbagun di malam hari karena adanya
gangguan eliminasi urin (Retensi Urin)
• Ansietas b/d perubahan status kesehatan karena penyakit BPH (Benigna Prostat
Hiperplasia)
• Kurang Pengetahuan b/d kondisi prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
(NANDA, NIC & NOC )
1. Retensi Urin b/d ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.
2. Gangguan Eliminasi urin b/d obstruksi anatomik yg
abnormal karena adanya pembesaran kelenjar prostat
3. Gangguan Pola Tidur b/d sering terbagun di malam hari
karena adanya gangguan eliminasi urin (Retensi Urin)
(NANDA , NIC & NOC )
• Ansietas b/d tindakan operatif pembedahan kelenjar prostat
• Ketakutan b/d prosedur invasive pembedahan kelenjar
prostat
(NANDA, NIC & NOC )
• Nyeri Akut b/d agens-agens penyebab cedera karena adanya tindakan
pembedahan
• Hambatan Mobilisasi Fisik b/d penurunan kekuatan, kendali atau masa otot
karena pembedahan kelenjar prostat
• Defisit Perawatan Diri b/d kelemahan akibat adanya tindakan pembedahan
prostat.
• Kurang Pengetahuan b/d prosedur infasif akibat adanya pembedahan kelenjar
prostat
• Resiko Kekurangan Volume Cairan b/d kehilangan volume cairan aktif karena
adanya perdarahan post operasi prostat
• Resiko Disfungsi Seksual b/d perubahan structur atau fungsi tubuh akibat
adanya pembedahan prostat
• Resiko Infeksi b/d masuknya organisme atau adanya prosedur invasive pada
pembedahan prostat.
• Resiko Cedera b/d penurunan kesadaran akibat tindakan operasi
( NANDA NIC & NOC )
Intervensi Keperawatan Silahkan
dilihat pada SIKI /NIC
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai